"Kau bangun pagi sekali hari ini."
Jisoo menghentikan kegiatannya di dapur saat menyadari suara Seokjin dan membuatnya kini menatap pria itu yang berjalan menuju area dapur.
Jisoo hanya tersenyum membalas Seokjin dengan senyumannya dan kembali melanjutkan aktivitasnya.Seokjin memilih untuk duduk di kursi meja makan dan memerhatikan wanita itu yang sudah kembali sibuk dengan masakannya.
"Kau bisa memasak? Apa saat usiamu 17 tahun kau sudah pintar memasak?"
"Oppa meremehkanku?" Ucap Jisoo belum beralih pada Seokjin.
Hingga beberapa menit kemudian, masakan Jisoo sudah hampir tersaji di meja makan itu.
"Kenapa hanya dilihat saja? Oppa makanlah." Ucap Jisoo saat sudah duduk di kursi yang ada di hadapan Seokjin saat ini. Seokjin melirik ke arah Jisoo sejenak sebelum mengambil sumpitnya.
Tanpa sadar sebuah senyuman terbentuk di wajah Jisoo melihat bagaimana Seokjin yang memakan masakannya.
"Kenapa hanya melihatku? Kau juga makanlah makananmu."
"Huh? Ah, iya."
Jisoo pun akhirnya kini mengambil sumpitnya dan ikut makan sama seperti Seokjin.
"Oppa..."
"Hmm?"
"Bisakah hari ini kau tidak bekerja?"
Seokjin menghentikan sejenak makannya dan menatap Jisoo, meminta kejelasan dari wanita itu.
"Memangnya, kau mau melakukan apa?"
"Hmm, itu, bagaimana aku menjelaskannya, ya?"
"Katakan saja. Jangan membuat orang menjadi bingung dengan--"
"Bagaimana kalau hari ini kita pergi berkencan?"
Jisoo memotong kalimat Seokjin dengan cepat dan membuat pria itu kini terdiam dengan menatap pada Jisoo yang sudah menutup mata dengan menundukkan kepalanya.
Seokjin hampir saja akan mengeluarkan tawanya namun menahannya. Ia berusaha menetralkan dirinya sebelum kembali menatap Jisoo.
"Jika kau berbicara dengan seseorang, kau harus menatap pada orang itu. Ini namanya kau tidak sopan."
Jisoo perlahan membuka matanya dan kini menatap Seokjin.
"Jadi, kau ingin berkencan denganku? Dalam rangka apa kau ingin berkencan?" Ucap Seokjin sembari melanjutkan makannya.
"Apa jika berkencan, kita sedang merayakan sesuatu? Lagipula, jika kau tidak mau, kau bilang saja tidak."
"Baiklah, kita berkencan hari ini."
Jisoo menatap kembali Seokjin dengan cepat setelah mendengar ucapan pria itu. "Benarkah?"
"Lebih baik, kau cepat habiskan sarapanmu."
"Yes, sir."
Seokjin tersenyum pada Jisoo saat melihat tingkah wanita itu.
.
.
Suara heels itu terdengar cukup nyaring saat bergesekan dengan lantai keramik itu, membuat para orang-orang di sekitar wanita itu menatapnya. Mereka semua seolah sudah tahu siapa pemilik heels dengan bunyi nyaring itu.
Hyejeong terus berjalan, tidak mempedulikan tatapan intimidasi dan kebencian dari para karyawan yang menatapnya saat ini. Wanita itu seperti sudah terbiasa dengan tatapan itu dan bisikan serta gunjingan yang keluar dari mulut-mulut para penggosip di kantor tersebut. Toh, ini hidupnya. Mengapa orang lain harus repot-repot mengurusi dirinya dan melakukan hal-hal yang tidak berguna dan menghabiskan banyak waktu?
![](https://img.wattpad.com/cover/121759160-288-k155559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To 17
Fiksi Penggemar[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...