Sekumpulan orang sedang berlari sembari membawa obor. Menerangi hutan yang gelap dengan cahaya dan teriakkan yang menggema. Menelusuri dinginnya malam ditemani dengan suara lolongan serigala, hanya untuk satu tujuan yaitu menemukan seorang gadis yang bernama Charlotte Adelline.
Dua jam kemudian mereka menemukan sebuah gua kecil yang berada di bawah tanah. Tiga orang memutuskan untuk masuk, sementara yang lainnya menunggu di luar. Seorang pria yang bernama Edmund Hayder menelusuri jalan dengan terus mengarahkan cahaya obor ke setiap sisi gua tersebut. Tiba-tiba Ia pun berhenti sejenak dan mengarahkan obornya ke sebuah batu besar yang tidak terlalu tinggi, disanalah Ia menemukan Adelline dengan keadaan tidak sadarkan diri dan juga ada beberapa luka goresan di sekitar wajah dan lengannya.
"ADELLINE !!!" teriak pria itu membuat dua orang lainnya berlari menuju ke tempat pria itu berada.
"Apakah ia masih bernafas?" tanya salah satu pria yang menghampiri Edmund.
"Ia masih bernafas. Kita harus segera membawanya ke tabib terdekat!" kata Edmund.
Edmund lekas membawa Adelline keluar, mereka yang berada di luar pun segera mengikuti Edmund menuju pondok tabib terdekat.
Sesampainya di pondok, Adelline segera diperiksa oleh seorang tabib tua. Ia memeriksa nadi dan luka-luka di sekitar wajah juga lengan Adelline, lalu ia mengolesi ramuan herbal ke sekitar luka Adelline.
"Bagaimana keadaanya?" tanya Edmund.
"Ia tidak apa-apa, sepertinya ia terbentur sesuatu. Benturan itulah yang membuatnya tak sadarkan diri. Ini ramuan herbal yang harus ia gunakan agar luka-lukanya segera sembuh." kata tabib tua itu.
"Baiklah, terimakasih. Apakah ia akan baik-baik saja jika kita membawanya pergi sekarang?" tanya Edmund.
"Tentu saja." kata tabib tua.
Setelah berbicara kepada tabib tentang keadaan Adelline, Edmund pun memutuskan untuk membawa Adelline kembali kepada keluargannya di Desa Windsor.
"Kau akan membawanya kembali ke Windsor malam ini?" kata Harry kepala desa Bibury.
"Iya, keluarganya pasti sangat menkhawatirkannya. Terimakasih atas bantuan seluruh penduduk desa, tanpa bantuan kalian akan sangat sulit untuk menemukan Adelline." kata Edmund
"Tak masalah. Kita semua pun berhutang budi kepada kalian. Baiklah, aku sudah mempersiapkan kereta kuda." kata Harry
Mereka pun pulang menuju Desa Windsor.
__________________o0o_________________
Matahari mulai bersinar kembali, cahayanya menembus jendela kamar seorang gadis yang sedang berbaring di tempat tidurnya. Perlahan-lahan kedua iris mata berwarna emerald itu mulai terbuka. Ia duduk di sisi ranjang mengamati sekeliling kamar yang ia tempati, semuanya berbeda dari kamar yang biasa ia tempati.
Dindingnya terbuat dari batuan-batuan yang saling tumpuk. Tidak ada televisi, penyejuk ruangan, lampu ,sofa empuk favoritnya, dan juga tidak ada pajangan foto. Jendelanya pun tidak memiliki kaca. Ia berpikir apakah ia berada di hotel yang memiliki konsep seperti rumah penduduk zaman kerajaan inggris dahulu, akantetapi mengapa ia dapat berada di hotel ini?
Saat melihat pakaian yang ia kenakan, pakaian tersebut adalah pakaian tidur zaman dahulu.
Ia berjalan menuju pintu kamar, seketika ia pun terkejut setelah membuka pintu kamar karena ada tiga orang yang melihat ke arahnya dengan tatapan yang terkejut juga, satu orang wanita berusia sekitar 50 tahunan dan juga dua orang pria, yang satu berusia sekitar 50-an dan yang satu berusia sekitar 30 tahunan.
"Adelline? syukurlah kau sudah sadar nak" kata wanita yang bernama Dolores.
"Tunggu, bagaimana kau tahu aku adalah Adelline?" tanya Adelline
"Apa maksud mu nak? tentu saja kami tahu karena kau adalah anak kami" kata pria tua yang bernama Charles.
"Ti-tidak mungkin, aku adalah anak yatim piatu. Mereka sudah lama meninggal. Ja-"
"Oh ya Tuhan" kata Dolores
"Bagaimana kau dapat mengatakan hal seperti itu? Apa kau sedang berpura-pura?!!" tanya pria muda yang bernama Edmund
"Ma-maaf sepertinya kalian salah, aku tidak pernah mengenal kalian. Aku harus segera pergi, kalau tidak aku akan terlambat bekerja,terimakasih." kata Adelline
Setelah berkata seperti itu, Adelline dengan segera berlari menuju pintu keluar. Tiba-tiba lengannya dicekal oleh Edmund.
"Memang kau bekerja dimana?" tanya Edmund dengan nada sarkastik
"Aku bekerja di London, di sebuah perusahaan penerbitan buku. Apa kau tahu dimana stasiun kereta terdekat?" tanya Adelline
"Sejak kapan kau bekerja di perusahaan penerbitan buku. Kau ini adalah salah satu komandan perang Kerajaan Windsor." kata Edmund
"Komandan? Kerajaan Windsor? Kau pasti bercanda, aku tidak mungkin seorang prajurit perang. Bagaimana bisa seorang yang introvert sepertiku menjadi komandan perang. Bisakah kita hentikan ini? Aku benar-benar harus pergi sekarang." kata Adelline
Adelline pun membuka pintu dan melihat sekitar. Semua orang memakai pakaian yang tidak biasa, pakaian seperti kerajaan inggris dahulu. Tidak ada mobil dan bus yang ada hanyalah kereta kuda, tidak ada rumah-rumah mewah, tidak ada jalan yang beraspal,semuanya berbeda ini bukanlah atmosfer zaman modern. Benarkah ia memang berada di zaman kerajaan dahulu? Tidak mungkin ini nyata.
"Ya Tuhan " ujar Adelline terkejut. Dan semua menjadi gelap seketika.
____________________________________________
Balik lagi dengan cerita yang baru yeeeee!!!!
Cerita ini tanpa sengaja terlintas begitu aja. Gara-gara tugas kuliah yang mengharuskan membuat sebuah cerita. Dan akhirnya sebelum menguap tulis di sini dulu saja.
Jangan lupa voment nya ya !!!!
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARLOTTE ADELLINE
FantasyBagaimana jika kita dapat berada di zaman dulu dan menjadi seorang komandan perang? Lalu,Apa yang akan kau lakukan ? MockingjayTree