"Kenangan itu seakan terputar kembali bagai film yang telah di nonton berkali-kali yang endingnya akan sama saja. Masih teringat jelas hujan di awal November, ketika kau putuskan untuk meninggalkanku, rasanya kala itu hatiku bagai di tusuk ribuan jarum. Bagaimana mungkin kita telah lama menjalin hubungan, dan tiba-tiba kau memutuskannya. Selang berapa bulan, kudapati undangan pernikahanmu, kau tahu betapa hancurnya hatiku, aku berfikir kau pria brengsek yang tega meninggalkanku karena ada wanita yang lebih cantik, dan modis dariku. Tapi pandanganku itu salah, ketika melihat wanita yang bersanding denganmu, dia wanita yang anggun, dengan balutan pakaian syar'inya. Seketika pandanganku tentangmu hilang, aku iri dengan wanita itu.