Part 1 - The Coincidence

111 4 1
                                    

"Sumpah ya mager banget kuliah gue cui"

Yak. Mager. Salah satu kata yang paling sering kita ucapkan apabila bawaannya adalah kepengin tetep di posisi kita berada saat itu. Males berdiri. Males untuk bangun. Males ngapa-ngapain. Males gerak.

"Nape lau?" sahut suara di seberang sana.

"Biasa lahh, lo kalo mager di suatu masa pada bulan-bulan tertentu biasanya karena apa dah?"

"Buakakaka! Lagi dapet lo? Sabar ye Mey! gue kemaren baru aja kelar hahaha happy mager day deh buat lo"

"Sialan lo Ket. Emang sahabat paling gaje dah lo."

"Yoi lahh, gaje-gaje tetep kesayangan kan Mey?"

"Halaah.. kesayangan, kesayangan, emang dah lu jomblo ngenes Ket!"

"Heh ngaca lauu... Btw, mendingan daripada ribut di telpon lo ke rumah gue aja."

"Hahaha, I'll be right there soon baby, be ready for more chaos. Mwah!"

Begitulah percakapan antara 2 sahabat di pagi hari yang sangat tidak indah. Meisya dan Catherine.

Mereka masih kuliah dan berada di jurusan yang sama : Hubungan Internasional.

Dan sudah akrab begitu mereka masuk kuliah pada hari pertama, tepatnya pada saat OSPEK dulu.

--

*flashback OSPEK*

"Wuoyy lu yang disana!" Panggil kakak pengospek yang cantik-namun-galak tersebut.

Semua orang yang mendengarnya begitu terpekik begitu Kak Angel meneriaki salah satu calon mahasiswa baru itu.

Orang yang dimaksud pun tak kalah kaget dengan calon mahasiswa yang lainnya. Ia malah melongok ke kiri-kanan-belakang, berharap bukan dirinya yang dimaksudkan Kak Angel. Namun semua yang ia lakukan, mengulur waktu, dan berpura-pura bodoh hanya sia-sia saja. Karena hari itu sepertinya memang bukan hari baik untuknya.

"Yeee.. Ini anak malah pelangak-pelongok kayak orang oon. Sini gak lo, hah?!" Teriak Kak Angel dengan suara yang lebih cempereng dari yang sebelumnya.

"... S-Sa-Saya?" Jawab Catherine masih pura-pura oon. Ya.. hitung-hitung untuk mengulur waktu.

"Iya elo nyoong, hadooh!!" Jawab Kak Angel sambil memijat pelipisnya sendiri.

Catherine pun datang ke sumber suara yang memekakkan telinga tersebut sambil menunduk. Begitu ia sampai, ia masih tak berani mendongakkan kepalanya. Namun ia akhirnya bersuara, daripada semakin dimarahi, pikirnya.

"Ya Kak? Ada apa ya, Kak?" Sahut Meisya memberanikan diri.

Kak Angel tak menjawab, namun malah memperhatikan Catherine dari atas hingga ke bawah, bawa hingga ke atas, sampai dua kali, dan berhenti begitu melihat mata Catherine. Catherine pun semakin kebingungan. Karena ia tidak merasa melakukan kesalahan di pagi itu.

Kak Angel sungguh memperhatikan Catherine dan seperti mencari-cari kesalahan pada Catherine, meskipun ia sendiri tahu tak ada yang salah pada anak ini. Namun yaa, begitulah kebiasaan buruk Kak Angel. Jika ia tak suka pada seseorang, dan apalagi jika menurutnya orang tersebut adalah ancaman, ia tak segan-segan berbuat sesuatu yang tak mengenakkan. Dan ini jelas terlihat bahwa Kak Angel benar-benar tak suka pada Catherine.

Catherine adalah sesosok yang kalem, ia keturunan Jabul, alias Jawa-Bule, ayahnya keturunan Chinese-Jerman, sedangkan ibunya Jawa-Belanda. Perawakannya kecil, manis, dan imut. Namun ia bisa dibilang kecil-kecil cabe rawit. Eitts, bukan cabe-cabean tapi ya..

Kak Angel pun tersenyum sinis setelah sekian lama terdiam.

"Lo gak tau apa kesalahan lo?" Tantang Kak Angel.

"..Ng-ng-nggak, Kak.." jawab Catherine terbata-bata.

"Ckckckck, kesalahan lo adalah.. ELO SOK CANTIK! Mau kuliah apa mau ke mall, mbak?" Kata Angel dengan sinis serta senyumannya yang kecut.

"....." Catherine pun terdiam. Dia benar-benar tak mengerti apa yang dimaksud oleh Kakak galak di hadapannya ini.

"Siapa yang suruh ke kampus make softlens? HAH?!" Kata Kak Angel.

Catherine pun tak mengerti apa yang harus ia katakan saat itu, karena ia juga tak mengerti apakah yang baru saja Kak Angel ucapkan adalah sebuah pertanyaan yang perlu dijawab, ataukah itu pertanyaan retorik-alias gak perlu dijawab? Namun, akhirnya Angel memutuskan untuk menjawabnya.

"A-a-aku ada minus Kak." jawab Catherine seadanya.

"Minus sih minus! Tapi kenapa harus softlens berwarna hah? Banyak gaya, lo! Sokbet-sokbet mau matanya warna biru.. Idiih, kamse deh!"

Catherine pun semakin kebingungan karena ia benar-benar tidak mengenakan softlens berwarna biru. Akhirnya ia pun mengerti bahwa semua ini hanya salah paham.

"Ehm, maaf kak sebelumnya, tapi softlens yang saya kenakan benar-benar tidak berwarna, saya mengenakan softlens bening, dan warna biru di mata saya ini adalah asli mata saya." jelas Catherine.

"Halah, udah salah, ngelak pula! Sok-sok bule deh lo, pengen banget jadi bule ya? Iya?!" Sahut Kak Angel masih tak puas.

Catherine pun tak berani berbicara lebih lanjut lagi. Tiba-tiba muncul seorang perempuan dari balik barisan dan mendatangi sumber keributan. Rupanya ia juga calon mahasiswa yang sedang di OSPEK.

"Maaf sebelumnya, Kak Angel yang ter-hor-mat.." ia sengaja memberi penekanan ketika mengucapkan kata terhormat. "Jika memang Kakak meragukan apakah anak ini benar-benar bermata biru ataukah hanya soo bergaya memakay softlens warna biru, mengapa tidak dibuktikan sekarang juga? Coba minta dia mencopot softlensnya, dan mari kita lihat apakah softlens tersebut benar-benar bening atau berwarna biru seperti yang Kak Angel tuduhkan." jelas perempuan satu ini dengan berani.

"Hmph, sok-sok mau jadi pahlawan lo, hah? Lo siapa berani nyuruh-nyuruh gue? Tapi.. Boleh juga sih saran lo gue turutin, kita liat aja siapa yang bakalan malu!" tantang Kak Angel.

"Heh, elo, siapa sih nama lo" tanya Kak Angel sambil melihat ke arah nametag yang terlingkar dari bahu hingga pinggang yang sengaja dibuat layaknya gelar Miss Universe.

"Oh, Catherine. Coba lepas softlens lo!" perintah Kak Angel.

Buru-buru Catherine segera melepas softlens nya dan mengambil kotak softlens yang untung saja tadi pagi ia kantongi. Dengan cekatan Catherine melepas softlens dan menunjukkannya kepada Kak Angel. "Ini Kak.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Girl PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang