Forever Blood

4 0 0
                                    

“Happy Birthday Ren...” teriak teman-teman sekelas Ren yang kala itu telah sampai lebih dulu di rumah Ren, mengejutkan.
“Ya tuhaaan.. pantes gue ditinggalin sendirian. Tega banget iihhh..” keluh Ren yang baru tiba di rumah dengan rasa lelah dan kesal namun cukup terkejut.
Hari itu teman-teman sekaligus teman dekat Ren, Dennis, memang sengaja meninggalkan Ren sendirian ketika pulang sekolah. Mereka sudah merencanakan acara kejutan ulang tahun untuk Ren yang ke-17. Rasa lelah serta kesal yang Ren rasakan berubah menjadi rasa senang dan tawa riang ketika teman-teman Ren menghadiahkannya ‘rainbow cake’ serta nyanyian selamat ulang tahun. Kebahagiaan Ren bertambah ketika Mama dan Papanya hadir dan menghadiahkan gitar impian Ren. Memang sudah sejak lama ia memimpikan gitar tersebut, dan ketika akhirnya impiannya terwujud senyum lebar pun terpampang di wajah Ren seketika. Terlebih yang memberikannya adalah orang paling special di hidupnya, Mama dan Papanya.
“Ren, ikut aku sebentar yuk!” Dennis tiba-tiba menarik tangan Ren, mengajaknya keluar dari riuhnya acara bersamanya. Dengan rasa penasaran, Ren pun mengikuti ajakan Dennis. Mereka kemudian berada di taman samping rumah Ren. Saling berhadapan, mencoba mengunci tatapan satu sama lain.
“Ren, menurut aku kita udah temenan cukup lama, dan itu cukup bikin aku nungguin saat-saat kaya’ gini, saat dimana kita berubah gak jadi temenan lagi.” Ucap Dennis sambil mencoba menggenggam tangan Ren.
“Gak jadi temenan lagi? Maksud kamu?” tanya Ren heran mendengar pernyataan Dennis itu.
“Aku harap aku dan kamu bisa jadi kita, happy birthday Renata Amelia. Will you be mine?” ungkap Dennis sambil membuka kotak kecil yang tampak sebuah cincin manis bertuliskan inisial nama Ren dan Dennis di dalamnya.
Entah jadi apa suasana hati Ren sekarang. Senang, bingung, terkejut tapi tak percaya bahwa ini nyata. Dennis, yang sejak SMA menjadi teman baik Ren, membantunya ketika ia dalam kesulitan, menjenguknya ketika ia sakit, dan tersenyum atas kemenangannya dalam berbagai perlombaan, kini memintanya untuk menjadi kekasihnya.
“Dennis, ini.. ini serius? Kamu beneran nembak aku? Cincin itu.. bener buat aku?” Ren mencoba memastikan rasa tak percayanya.
“Iya Ren, aku serius. Kamu mau kan jadi pacar aku?”
“Iya, tapi.. aku.. aku masih gak percaya aja kamu ngelakuin semua ini buat aku. Apalagi cincin itu.” ungkap Ren dengan sedikit terbata-bata.
“Ini cuma simbol, Ren. Yang jelas aku akan jagain kamu lebih dari waktu kita masih temenan, i’m promise.” ucap Dennis yang mulai tersenyum.
Akhirnya mereka berdua tersenyum. Ren pun memeluk Dennis yang kini telah menjadi kekasihnya. Lengkap sudah momen ‘sweet seventeen’ Ren. Rasanya ia ingin waktu segera berhenti saat itu juga. Tak rela jika senyum yang telah terukir indah kala itu tergantikan oleh wajah muram akibat rumitnya persoalan kehidupan. Malam pun mulai menggeser senja.
Sinar mentari yang digantikan oleh awan mendung pagi itu membuat Ren ingin tetap dirumah. Padahal tadinya Dennis ingin mengajaknya jalan-jalan pagi. Usai mandi dan menyantap sarapannya, Ren lalu kembali ke kamarnya. Melihat tombol tengah di handphonenya berkedip, Ren lalu mengechecknya. Ada pesan dari Dennis yang bermaksud memastikan rencana jalan-jalan pagi mereka. Tiba-tiba hujan pun turun dengan derasnya. Tidak seperti biasanya hujan deras di pagi hari seperti ini. Ren lantas membalas pesan singkat Dennis dengan mengatakan bahwa ia tak dapat mengiyakan ajakan kekasihnya itu karena di luar sedang hujan deras.
Entah kenapa Ren ingin sekali menyalakan laptopnya. Ia pun segera membuka akun-akun social media pribadinya. Saat membuka laman facebook, ada sesuatu yang membuatnya terkejut. Ada pesan yang masuk di kotak pesannya kala itu. Tertera nama ‘Raka Arjuna’ di pesan tersebut. Melihat nama itu membuat Ren ‘flashback’ seketika. Raka adalah teman lama Ren yang kini tinggal di London. Dalam pesan tersebut Raka mengatakan bahwa rencananya ia akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Ren pun segera membalas pesan Raka. Ia mengutarakan rasa rindu yang ia rasakan selama Raka pergi. Mengingat hangatnya senyum Raka saat terakhir kali melihatnya sebelum pergi ke London, membuat Ren menjadi tak sabar menunggu Raka pulang. Ren bahkan bersedia jika Raka ingin tinggal sementara di rumahnya. Toh, persahabatan mereka sudah cukup lama dan hal itu telah diketahui oleh orang tua Ren.
Meski bel tanda pulang sekolah telah berbunyi lima menit lalu, Ren belum bisa pulang. Hujan kala itu mengurungkan niat Ren yang ingin sampai di rumah dengan cepat. Dennis pun menghampiri Ren yang masih duduk di dalam kelas.
“Hey.. kok murung sih? Kenapa?” tanya Dennis sambil duduk di depan Ren.
“Bete nih, ujannya gak berenti-berenti. Pengin pulang nih..” jawab Ren dengan nada manja seperti anak kecil yang ingin pulang karena tidak betah berada di tempat itu.
“Sabar dong say, nanti juga berenti kok. Emangnya kamu kenapa pengin pulang banget? Tumben..” ucap Dennis sambil memangku dagunya di atas meja.
“Gak kenapa-kenapa kok, cuma pengin cepet nyampe rumah aja. Badmood nih.” Jelas Ren dengan wajah lesu tak bersemangat.
Dennis mencoba menggenggam tangan Ren. Tiba-tiba Ren bangun dari tempat duduknya. Melihat tidak adanya lagi tetesan air dari langit, membuat Ren bergegas menarik tangan Dennis untuk segera pulang.
Usai mandi dan makan malam, Ren bergegas membuka laptop lalu menghubungkannya dengan koneksi internet. Dibukanya laman facebook yang beberapa hari lalu membuatnya terkejut. Ternyata Raka sedang online juga malam itu. Ren memulai percakapan dengan Raka. Mereka pun saling berbalas pesan sampai akhirnya Dennis melihat percakapan mereka di facebook. Kala itu Dennis hanya ingin mengecheck sesuatu di facebook. ‘Ternyata ini alasan dia pengin buru-buru pulang?’ ucap Dennis dalam hati. Sesuatu berkecamuk dihatinya ketika ia melihat percakapan antara Ren dan Raka. Dengan rasa kesal yang tak bisa diungkapkan, Dennis segera mengklik tulisan ‘sign out’ dari akun facebooknya. Malam itu berlalu dengan cepat bagi Dennis.
Tak terasa kini Ren dan Dennis memasuki semester terakhir sekolah. Mereka pun mulai disibukkan dengan berbagai tugas juga tes ujicoba ujian nasional. Namun sejak beberapa minggu lalu, Dennis masih menyimpan rasa kesalnya kepada Ren. Rumah Raka yang saat itu tak jauh dari rumah ren membuatnya mengerti tentang sesuatu. Ren diantar pulang oleh seseorang yang ia yakini adalah kekasih Ren. Raka pun mulai melupakan rasa cinta yang selama ini ia simpan di dalam lubuk hatinya. Menjadi teman Ren dirasa cukup baginya. Lagipula ia baru pulang dari London. Konyol rasanya jika tiba-tiba ia mengutarakan perasaannya kepada teman lamanya itu.
Hari itu adalah ulang tahun Ren yang ke-18. Namun sepertinya ulang tahunnya kali ini tidak akan seindah tahun lalu ketika Dennis pertama kali mengutarakan perasaannya kepada Ren. Tak hanya mereka berdua, namun kenyataannya semua anak kelas 3 SMA kala itu memang sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan segala hal untuk ujian nasional nanti. Tapi Ren tak habis pikir dengan Dennis. Bisa-bisanya kekasihnya itu sama sekali tidak mengingat ulang tahun Ren, bahkan memberi ucapan pun tidak. Padahal teman-teman sekelasnya sempat memberinya ucapan ulang tahun. Hari itu bahkan Dennis pulang lebih dulu. Ia hanya mengirim pesan singkat tentang alasannya pulang lebih dulu. Betapa sedihnya hati Ren. Tanpa ucapan ulang tahun, tanpa diantar pulang seperti biasanya, ia pulang ke rumah bersama berbagai tanya di hatinya. Bahkan setelah ia ingat-ingat, hari itu mereka berdua sama sekali tidak bertemu muka. Melihat Raka yang telah berada di rumahnya lebih dulu, suasana hati Ren pun mendadak berubah.
“Raka? Ya ampun, sejak kapan?” tanya Ren yang bergegas duduk di samping Raka kala itu.
“Hay Ren, hmm.. sejak kapan apa nih? Sejak kapan aku nyampe di Jakarta atau sejak kapan aku duduk disini?” tanya Raka sebelum menjawab pertanyaan Ren.
“Hmm, dua-duanya deh.”
“Oke, aku nyampe di Jakarta sejak dua hari yang lalu, dan aku duduk disini sejak sepuluh menit yang lalu. Belum lama kok, hehe.” Ungkap Raka sambil tertawa kecil.
“Ya Tuhan, kamu gak berubah ya, ka? Aku kangen lho sama kamu. Gimana sekolah kamu di London?”
“Haha, London ya? Seru sih, tapi yang jelas disana kehidupan sekolah aku gak penuh liku-liku kaya’ waktu aku sekolah disini.”
Ren tertawa kecil mendengar jawaban Raka. Percakapannya dengan Raka kala itu membuat suasana hatinya berubah hampir 360 derajat. Bisa dibilang Raka cukup sukses menghapus kelelahan hati Ren hari itu. Ia bahkan memberikan Ren sebuah boneka kucing yang lucu sebagai hadiah ulang tahun Ren. Sejak saat itu ia berpikir bahwa Raka lebih baik daripada Dennis.
Beberapa hari kemudian Dennis mengajak Ren bicara sebelum mengantarnya pulang ke rumah.
“Ren, please.. liat aku. Aku minta maaf kalo selama ini aku nyuekin kamu. Kamu tau kan sekarang ini kita lagi sama-sama sibuk? Sorry, tapi aku gak..” belum selesai Dennis bicara, Ren sudah memotong pernyataannya.
“Udahlah. Aku ngerti kok aku udah gak penting lagi buat kamu. Kamu gak perlu susah-susah buat nyari alesan. Aku tau dan aku ngerti.” Ungkap Ren.
“Nggak, kamu nggak ngerti apa-apa Ren. Kamu..”
“Kita putus!” ucap Ren menyimpulkan semuanya.
“Hah, segitu gampangnya ya kamu bilang putus? Apa Raka lebih penting dari aku?” seketika pertanyaan itu membuat Ren berpikir.
“Kenapa kamu bawa-bawa Raka? Dia gak ada hubungannya sama semua ini.”
“Oke, aku gak akan bawa-bawa Raka. Tapi please, jangan bilang putus lagi.” Ucap Dennis bermaksud meredam amarah mereka.
“Nggak, aku mau kita putus.” Ren masih dengan pendiriannya.
“Oke, kita break! Please Ren aku gak mau putus dari kamu, you are my first love.” pinta Dennis dengan wajah memelas.
“Kamu pikir hubungan ini sama kaya’ barang jualan di pasar-pasar yang bisa ditawar sesuka kamu? Aku udah cukup sakit hati dan ternyata kamu masih gak ngerti juga. Iya, Raka emang lebih baik dari kamu.” Tak tahan dengan semua rasa sakit yang dirasakannya, air mata pun mulai membasahi pipi Ren.
“Oke, kalau itu yang kamu mau. Kita putus.” Dengan wajah memerah dan rasa kesal yang memenuhi pikirannya, Dennis lantas pergi meninggalkan Ren sendirian.
Usai acara kelulusan, Dennis masih belum bertemu dengan Ren. Sejak saat itu mereka berdua memang saling menutup diri, tak ingin bertemu. Terlebih sekarang Dennis disibukkan dengan urusan beasiswa kuliahnya. Rencananya ia akan kuliah di Bandung. Suatu hari tiba-tiba ada sebuah pesan singkat yang masuk di handphonenya. Meski yang tertera hanya nomer pengirim, namun isi pesan singkat tersebeut membuat Dennis terkejut.
‘Dennis, Ren kecelakaan dan sekarang dia di RS. Gue harap lo bisa dateng secepetnya. –Raka-‘
Membaca pesan singkat itu membuat Dennis berpikir. ‘Apa kabar itu benar? Atau itu hanya jebakan agar aku melihat mereka berdua yang mungkin telah menjadi sepasang kekasih?’. Seketika pertanyaan-pertanyaan itu muncul di benak Dennis. Namun ternyata hatinya tak mampu menahan rasa gelisahnya. Ia pun segera pergi dengan membawa beberapa pakaian.
“Gimana keadaan Ren?” Dennis berusaha bersikap biasa saja.
“Masih belom berubah. Tapi semoga dia bisa membaik kalo lo ada disini.” Jawab Raka datar.
Setelah menunggu beberapa menit, dokter yang menangani Ren pun keluar.
“Gimana keadaan Ren, dok?” tanya Raka dan Dennis bersamaan.
“Tubuh saudari Ren mengeluarkan cukup banyak darah. Golongan darahnya B, tapi stok darah B di rumah sakit ini sedang minim, sedangkan dia butuh banyak darah. Apa diantara kalian ada yang golongan darahnya sama dengan Ren?”
“Sayang, golongan darah saya A dok.” Ucap Raka menanggapi pertanyaan dokter.
“Saya belum tau dok. Mungkin dokter bisa cek dulu golongan darah saya.” Tanggap Dennis.
Tanpa pikir panjang, dokter pun segera mengecek golongan darah Dennis. Ternyata golongan darah Dennis B. Setelah kesehatan Dennis diperiksa, dokter lalu mengambil darah Dennis.
Beberapa menit kemudian Ren pun sadar. Ia menanyakan tentang dia yang terbangun di rumah sakit. Raka yang berada disampingnya pun menceritakan semuanya, namun tidak dengan pemberian darah dari Dennis. Dennis memang meminta Raka dan dokter yang menangani Ren untuk merahasiakan hal itu. Ia tak mau membuat Ren kembali sakit hati jika mengetahuinya. Darah sang mantan kekasih itu telah mengalir tenang di dalam tubuh mantan kekasihnya, menghubungkan mereka secara otomatis. Entah sampai kapan, mungkin selamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forever BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang