EMPAT

7.6K 837 60
                                        

Untuk para Dinxie yang baik di manapun berada, mohon maaf The Prince's Wives hanya bisa dibaca hingga sampai bab 4 saja. Dindin sudah bekerja sama dengan Platform lain sehingga The Prince's Wives terbit di sana. Untuk membaca kembali atau bagi yang baru saja menemukan cerita ini, kalian bisa membaca di Platform Dreame dengan judul yang sama "The Prince's Wives" dan nama author yang sama pula (Dindin Thabita).

Silakan baca cerita dindin yang lainnya yang masih lengkap atau on going di sini ya ^^

love dan kecup basah dindin




Kedua wanita itu saling berpandangan dan seketika sekitar mereka sunyi. Abdul sudah mempersiapkan hal itu jika dia membawa kembali Azarine ke kediamannya. Dia hampir membuka mulutnya ketika terdengar suara nyaring yang lantang muncul dari arah dalam gedung, membuat seluruh manusia yang berada di sekitar kedua wanita itu menoleh ke arah datangnya suara.

"Nona Margoooo!!" dari tangga paling atas tampak seorang anak perempuan berambut panjang berlari menuruni tangga seraya mengangkat ujung abayanya yang berwarna cerah. Sinar matanya yang terang benderang seakan memeriahkan suasana tegang yang baru saja berlangsung dan anak perempuan itu bahkan mengabaikan Leila yang terpaksa menggeser kakinya agar memberi jarak ketika Nimah memeluk Azarine yang tertawa bahagia.

"Nimah!" Azarine membalas pelukan anak perempuan bermata cokelat itu dan mendekapnya penuh kerinduan. Dia menunduk dan menyadari bahwa dalam waktu hampir 3 tahun Nimah telah menjelma menjadi anak perempuan bertubuh jangkung dan cantik. "Kau sudah begitu jangkung!"

Nimah mendongak dan tersenyum. "Tapi belum bisa mendekati jangkung tubuhmu, Nona Margo." Dia sungguh bahagia bisa bertemu kembali dengan wanita berambut pirang keemasan itu.

Abdul mendekati Nimah dan memeluk bahu adik kecilnya itu dan berkata lembut. "Kini namanya Azarine, adikku." Dia tersenyum dan menatap Azarine yang tersenyum kemudian menatap Leila yang tampak memperhatikannya. "Apakah aku bisa menikmati sahlabku sekarang, Leila?"

Leila tersentak oleh pertanyaan halus Abdul yang menandakan bahwa konfrontasi tak tampak antara dirinya dan Azarine harus segera diakhiri saat itu. Dia memberi anggukan kecil agar suaminya melangkah lebih dulu menaiki tangga diikuti oleh dirinya dan disusul oleh Azarine. Saat seperti inilah orang akan melihat status isteri mana yang lebih utama. Dialah isteri utama Pangeran Abdul. Dan Azarine hanyalah isteri kedua yang harus berada selangkah di belakangnya.

Leila melirik Ruminah yang berada di antara para wanita dan Sayyidah , melemparkan pandangan tajamnya sebelum memasuki pintu megah gedung kediaman Pangeran.

Sementara Azarine tampak lebih ceria menerima kondisi dirinya yang harus berjalan di belakang isteri utama dan tertawa riang bersama Nimah. Di belakang sang Azarine tampak berjalan Hannun dan Saleema serta para pria berkondura hitam berserban putih yang dipimpin oleh Bahir.

Azarine merasakan rindu yang luar biasa saat kakinya menapaki lantai marmer gedung indah yang amat luas dan indah itu. semuanya tampak tak begitu jauh berbeda sejak terakhir kali dia berada di sana. Hanya saja ada beberapa bagian yang terasa kental oleh sentuhan wanita yang merupakan selera Puteri Leila di gedung itu.

Azarine tak menginginkan hak yang sama seperti Puteri Leila untuk mengatur kediaman itu, dia lebih senang jika suaminya mengajaknya berbincang tentang pandangan mereka akan hidup, dia lebih bahagia ketika suaminya mengajaknya untuk mendalami islam ketimbang mengatur perabotan. Dia lebih senang hati ketika berada di dapur wanita dan mengajari mereka beberapa makanan khas Kazan.

THE PRINCE'S WIVES (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang