Food Flash Fiction

Es Krim Kakak

"Adiik!" Teriakan itu terdengar nyaring di telingaku.

Konsentrasiku buyar seketika. Adegan demi adegan, dan dialog-dialog yang sudah tersusun rapi di otakku menghilang entah kemana. Padahal tadi sudah siap aku tuangkan ke layar laptopku.

"Kakak, kenapa sih?" ucapku dengan wajah ditekuk.

Melihat wajahku yang sudah tak bersahabat, anak sulungku itu langsung pasang wajah memelas.

"Adik, Bu! es krimku disobek-sobek!" jawabnya sontak membuat mataku membulat.

"Es krim? Disobek? Mana bisa?" Pertanyaanku yang beruntun membuat anak sulungku itu makin maju bibirnya.

Dengan tanpa suara dia arahkan telunjuknya ke adiknya yang baru berumur dua tahun. Di sana aku lihat bayi gendutku sedang asyik menggigit-gigit kertas. Dengan wajah bingung ku tatap sulungku kembali.

Dengan menghentakkan kakinya Qinthara mendkati adiknya dan bertanya, "Dhafi, es krim Kakak mana?" Pertanyaan Qinthara hanya dijawab dengan senyum lucu. Kebingunganku mulai terjawab saat dengan lucunya Dhafi menjilati kertas warna warni yang melekat ke sebilah stik es krim.

Kudekati Dhafi dan kupandang dengan lebih jelas dan tahulah aku benda yang menjadi sumber keributan. Ternyata kertas warna-warni yang dia gigit-gigit sejak tadi adalah es krim maiann yang dibuat Qhintara semalam.

Kudekap Qinthara dan dengan lembut kubujuk dia, "Maafin adik ya. Dia suka banget sih es krim mainan yang kakak buat. Tuh dia masih jilati es krim mainan buatan Kakak. Kakak hebat. Buatan Kakak sangat mirip es krim beneran. Sampai-sampai adik jilati terus tuh!"

Mendengar rayuan dan pujianku itu mulailah wajah anak sulungku ini cerah. Dengan berbinar-binar dia langsung menyiapkan stik es krim yang ada di laci meja belajarnya dan kertas asturo. Melihat dia sudah siap dengan kertas dan stik es krim maka akupun menyerah, kututp laptopku dan bermain bersama dua anakku.

"FFF Kamaksara
#Day4
#EsKrim