Chapter One

27 4 0
                                    

Aku duduk di sebuah kursi yang ada di balkon depan kamarku. Malam ini cukup indah untuk melihat bintang-bintang di langit. Melihat mereka aku jadi ingat dulu kalau aku punya banyak teman dan juga sangat ceria. Tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah, aku tidak seceria dulu. Semua yang ku lihat hanyalah orang-orang yang ingin menjadi temanku karena ingin memanfaatkanku. Kalian mungkin berfikir aku seorang pendendam. Tidak, aku sudah memaafkan mereka. Namun apa yang terlah mereka perbuat tak akan ku lupakan. Aku tidak pernah berfikir untuk balas dendam. Untuk apa aku membalas dendam, toh nanti mereka akan mendapatkan hal yang setimpal. Mungkin kalian menganggapku berlebihan, tapi kalian semua pasti tau rasanya gimana kalau kalian di tusuk dari belakang sama teman kalian. 

Besok adalah hari baru dan tentunya sekolah baru. Aku ga merasa senang, karena aku takut. Takut tidak bisa beradaptasi dengan teman-teman yang baru. Seharusnya aku berfikir positif, kalau begini caranya aku kalah sebelum berperang. 

"Emily, waktunya kamu tidur. Kuatkan dirimu untuk besok" gumamku menyemangati diriku.

***

PIIP PIIPPIIP PIIP

Alarm handphoneku berbunyi. Aku terpaksa bangun untuk menjalani kehidupanku yang sangat menyedihkan ini. Aku tak lupa untuk mengawali hariku dengan Sholat, karena dengan itu aku bisa merasa lebih tenang. Sehabis sholat aku pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap memulai hariku yang pertama di SMA.

"Haah MOS aku bakal jadi korban bully ga ya" gumamku.

Aku menuruni tangan dengan perasaan yang sangat malas. Mungkin asisten rumah tangga di sini sudah bisa melihat dari ekspresi wajahku. 

"kamu kenapa non emily?" tanya bibi.

"aku gak apa apa kok bi" jawabku sambil memaksakan senyumku.

"kalo non sakit ga usah sekolah saja dulu" kata bibi.

"aku gak apa apa kok" jawabku meyakinkan.

Mom sudah nunggu di meja makan. Mom memang selalu ada buat aku. Tapi aku gapernah share cerita aku yang ada di sekolah. Kalau Dad, perhatian juga sama kayak Mom dia selalu ngajak kita sekeluarga jalan-jalan. And the last, ada adik kecilku namanya Lucky, dia masih umur 3 tahun. Dia paling bisa menghiburku, tetapi tetap saja itu tidak akan merubahku.

"Mom aku berangkat dulu ya! Lucky, kakak Em berangkat sekolah ya" kataku seraya pamit dan mencubit pipi Lucky.

Meskipun kita punya supir, aku ga diantar dengan supir melainkan dengan Dad. Supirku tugasnya hanya menjemputku. Dad selalu bertanya tentang kehidupan sekolahku saat di jalan. Bahkan selalu bertanya jika aku sudah punya pacar atau belum. Tentu saja aku ga punya pacar, sekarang liat aku? memangnya ada yang tertarik denganku? aku hanya seorang anak yang selalu fake a smile. Senyumku tidak pernah sampai ke mataku. Saat aku tersenyum, mataku tidak bersinar. Mom dan Dad selalu berfikir aku baik-baik saja karena temanku banyak. Tapi yang aku rasakan aku tidak memiliki satu teman pun.

"Emily, kita sudah sampai" kata Dad.

"Ah iya! sekolahnya bagus ya!" kataku berbohong

"Nah sekarang kamu cepat masuk ke sekolah supaya kamu bisa berbaur dengan teman barumu"

"Okee Daddy, hati-hati ya" kataku keluar dari mobil dan Dad mencium pipiku.

"Okay it's time to start a new day"  gumamku dalam hati. Sambil menghembuskan nafas panjang aku berjalan masuk ke gerbang sekolah. Aku berjalan seraya menundukan kepalaku. Yep, meskipun kata orang-orang aku cantik aku tidak percaya diri. 

"Hi! I'm Natalie nice to meet you" gadis berambut coklat yang di kuncir kuda ini mengagetkanku. Dia tampak senang sekali masuk ke sekolah ini. She must be a cheerful person.

"Hello! I'm Emily. Nice to meet you too" kataku pura-pura bersemangat dan tersenyum.

"Emily kamu masuk kelas 10 apa?" tanyanya

"Aku 10A " kataku

"Wah kita kebetulan dikelas yang sama kamu mau ga duduk sama aku? karena aku baru kenal kamu saja disini"

"Tentu saja boleh"

Good thing to start Em. Don't make a mess. Aku bergumam dalam hati. Kita sudah hampir sampai di kelas 10 A. Sekolah ini memang benar-benar megah. Saat aku masuk ke dalam kelas ternyata tidak ada dua bangku kosong untuk kita berdua. Intinya kita gabisa duduk satu meja bareng karena sisa tempat duduknya ada di paling depan dan paling belakang. Di paling depan itu sudah ada seorang perempuan berambut panjang dan putih pokoknya dia cantik.

"Um, Em aku duduk paling depan ya, kita ga bareng gak apa apa kan?" kata Natalie

"Well, again and again gue yang ngalah" gumamku dalam hati.

"Iya gak apa apa kok yaudah aku duduk di belakang ya" kataku sambil tersenyum.

Aku berjalan ke belakang kelas untuk duduk di kursi yang kosong itu. Jujur aku bingung banget aku itu sebenernya duduk sama siapa. Huft ga ngerti lagi deh. Bel pun berbunyi dan semuanya masuk ke kelas, tapi orang yang duduk di sebelahku belum juga datang. Padahal tasnya udah ada di kursinya. Kakak kelas yang akan membimbing kelasku pun masuk.

"Halo semua kenalin gue Kelly dan ini temen gue kak Adam"

"Yoi kita yang akan membimbing kalian selama MOS" kata kak Adam yang tubuhnya tinggi, rambutnya lumayan gondrong dan bisa di bilang manis, aku rasa dia itu blasteran gitu deh.

Kalau Kak Kelly aduh rambutnya bagus banget, cantik tapi sayangnya dia pendek. Kalo dari cara dia ngomong sih kayaknya rada galak gitu deh.

SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang