Part 1

113 8 0
                                    


“Yaaaa,, ayo bangun dan bersiap kesekolah.. apa kau mau dihukum karna terlambat lagi?” teriakan melengking neneknya menusuk gendang telinga dojoon. Setengah sadar ia mencoba membuka sebelah matanya sambil memalingkan wajahnya ke samping ke arah jam wecker yang berada di atas meja. Jam menunjukan pukul 7.00 pagi. Meskipun sadar ia akan terlambat tapi rasa kantuk kembali menyambar matanya membuat matanya kembali tertutup.

“Yaa!!! Ireona inmaa!!(bangun anak nakal)” teriakan neneknya kembali terdengar dari balik pintu.

“neee halmaee(nenek).. aku sudah bangun..” suara dojoon setengah tertahan dengan mata masih tertutup. dojoon menendang selimut yang menutupi kakinya sambil menghentak-hentakan tubuhnya. “aku benci bangun pagi.” Gerutunya mencoba membuka matanya.

“ayo cepat sarapan dan berangkat..”  

dojoon mengangkat kepalanya dari bantal dan menurunkan kedua kakinya ke arah slippers putih di samping tempat tidurnya, Lalu melangkah ke arah kamar mandi dan bersiap-siap ke sekolah.

Setengah jam kemudian dojoon sudah berada di depan meja makan sambil mengancing kemeja yang ia pakai dengan rambut yang masih basah dan berantakan.

“eigu eigu.. coba lihat penampilan anak ini, aku tidak tau apa yang akan kedua orangtuamu katakan saat melihat anaknya seperti ini.. apa kau sudah mengabari mereka??”

dojoon menatap neneknya tersenyum lalu mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai di atasnya. “aku rasa tidak perlu mengabari mereka.. lagipula aku yakin mereka tidak penasaran dengan apa yang terjadi denganku, jadi—“ “Yaaa!! kau ini.. mereka itu orang tuamu atsushi..”

“haiyuu, halmae.. aku sekarang sedang berada di korea, jadi tolong panggil aku Park Dojoon.. Kim Mirae ssi”  

“haahh,, yasudah terserah kau saja park dojoon ssi. tapi aku akan tetap mengabari orang tuamu meskipun kau tidak mau.” neneknya menatap dojoon sinis.

Meskipun kedua orang tuanya adalah orang korea, tapi dojoon lahir dan besar di jepang karna ayahnya di rekrut oleh salah satu perusahaan besar di tokyo. Ia pindah ke korea beberapa bulan lalu setelah bertengkar hebat dengan ayahnya. Dojoon memutuskan untuk tinggal bersama neneknya dan melanjutkan sekolahnya di korea.

Dojoon memasukan roti yang ia pegang ke dalam mulut. “afu fewgi duwu..” kata-kata dojoon terdengar sangat aneh karena roti yang memenuhi mulutnya.

“jangan pulang terlalu malam..” teriakan neneknya mengantar dojoon sampai ia menutup pintu rumah.

“Yap, perjalanan panjangku kembali dimulai.. bertahanlah kaki, hanya tinggal beberapa bulan lagi..” gumam dojoon pelan sambil menatap kakinya.

Jarak antara sekolah dojoon dan rumah neneknya cukup jauh. Jika naik bus mungkin hanya sekitar 15 menit, tapi dojoon lebih memilih jalan kaki selama sekitar 30 menit. Selain karna kemacetan yang tiba-tiba sering terjadi, ia juga sedang mengumpulkan uang untuk membeli motor dari hasil menabung dan kerja paruh waktu.

Sesampainya di depan gerbang sekolah lee saem guru olah raga yang terkenal garang di sekolah mereka sedang berdiri di depan pagar. Di depan lee saem 4 orang pria sedang memasang posisi pushUp dan 3 orang wanita sedang berlutut sambil mengangkat tangan mereka ke atas. Saat mata mereka berdua bertemu lee saem  tersenyum lebar.

“wah wah wah. Lihat siapa lagi yang datang.” Lee saem menyambut dojoon dengan senyuman seperti serigala lapar yang menemukan mangsanya.

“joheun achimimnida(selamat pagi)” dojoon menundukan kepalanya memberi salam. Meskipun dojoon baru sekitar 2 bulan bersekolah disitu, tapi lee saem merasa sudah sangat mengenal anak ini karna sering terlambat.    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SiGNALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang