Prolog

88 3 1
                                    



***

Derap langkah kaki itu menyusuri lorong-lorong ruangan yang berjejer dengan tatanan mendekati sempurna. Seorang cowok yang memakai jaket berwarna ungu bercampur hitam lah pelakunya, ia berjalan dengan tidak cepat dan tidak lamban pula sambil membawa buku kecil yang ia baca. Sesekali ia membaca buku tersebut lalu langkahnya terhenti kemudian ia berjalan kembali. Begitu ia hampir sampai di kelasnya ia menghentikan langkahnya tatkala lengannya menabrak seseorang , dan ia adalah seorang cewek.

"maaf dek, kakak ga sengaja"pria itu meminta maaf pada cewek yang baru saja ia tabrak

"iya kak gapapa, maafin adek juga tadi buru-buru jalannya"Ucap cewek itu. Ia kemudian melanjutkan langkahnya dengan terburu-buru juga dan meninggalkan pria yang masih diam di tempat tadi.Pria itu menghela nafasnya pelan lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti lantaran insiden kecil tadi.

Pria tersebut bernama Alif Hadi Arsyarana, yang biasa dipanggil Hadi. Ia adalah salah satu cowok famous di sekolahnya, walaupun tak banyak yang mengetahuinya namun ia cukup terkenal dikalangan adik kelasnya.

Sesampai di depan kelas , ia tak langsung masuk namun ia duduk di teras depan kelasnya sambil membaca buku kecil tadi. Seorang temannya menghampiri dirinya

"lo kenapa ? masih pagi muka udah merah gitu"tanya temannya padanya yang tengah serius membaca tersebut

"sialan lo, muka gue udah merah dari sononya"Timpalnya pada ucapan temannya itu.

"hahahaha , gue bercanda kok"orang itu tertawa cukup keras dan Hadi yang tadinya serius membaca itu menjadi jengkel lalu ia meninggalkan temannya itu untuk kemudian masuk kelas.

"woii woii tunggu elah gue ditinggal"

Di dalam kelas ternyata sudah ramai dengan isinya yang tak lain adalah meja, kursi , papan tulis dan tentunya siswa dan siswi.

"Pagi paketu, tumben jam segini baru dateng"Ucap cewek bertubuh kurus itu, ia merasa tak biasanya sang ketua ini datang terlambat em bukan terlambat tapi biasanya ia selalu datang pagi sekali.

"ada insiden tadi Ri"Ucap Hadi yang tengah meletakkan tas di bangkunya itu. Si Ri alias Riana ini merasa sedikit penasaran dengan ucapan Hadi , ia mendekati Hadi dan duduk di bangku dekat Hadi tadi.

"Tadi gue liat dia nabrak Adik kelas tuh Ri di lorong"celetuk cowok yang baru memasuki kelas yang tak lain adalah cowok yang tadi sempat menganggu Hadi di depan kelasnya.

"Cowok atau Cewek , Ed?"Tanya Riana yang makin penasaran. Cowok itu bernama Edwin , teman-temannya biasa memanggilnya Edo atau Ed

"Tadi gue liat sih cewek"Jawab Edo , Riana manggut-manggut mengerti. Ia menatap Hadi yang sedari tadi sibuk dengan buku kecilnya.

"Bener, Had?"tanya Riana pada Hadi lagi. Memang kadar kekepoan Riana tak bisa diukur lagi, sekalinya ia kepo maka semua apa yang membuatnya kepo itu harus terjawab.

"ia tapi bukan itu kok yang membuat gue telat"Jawab Hadi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tersebut, Riana menatap Edo dan Edo hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak tau kemudian ia duduk di dekat Hadi, ya memang Hadi dan Edo duduk di bangku yang sama.

"Lalu apa?"Tanya Riana yang makin penasaran.

"Udah deh Ri, mending lo balik ke bangku lo duduk manis , buka buku , baca buku lo, bentar lagi bel tuh. Keponya udahan ya"Ucap Hadi pada Riana dengan baik-baik, namun bagi Riana itu adalah tanda pengusiran meskipun dengan cara lembut.

"Tau lo Ri, tuh rasa kepo kurangin dikit ngapa"Timpal Edo. Riana bangun dari tempat duduknya sambil mengerucutkan bibirnya lalu melenggang pergi.

***

DEKAT tapi JAUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang