Malam ini tepat dimana malam ulang tahun ke-18 Claretta.
Malam dimana seluruh sahabat dan keluarganya berkumpul. Seharusnya ia merasa bahagia, memang seharusnya begitu.
Tapi..entah kenapa ia malah merasa sedih.
"Clare..ayo, para tamu sudah menunggu mu" seru sepupunya tiba-tiba datang.
Ia hanya tersenyum sambil mengangguk lesu. Lalu berjalan keluar kamar diikuti oleh Mia, sepupunya.
Riuh tepuk tangan para tamu terdengar begitu mereka melihat sosok Claretta yang berjalan menuju panggung dimana ia akan meniup lilin ber-angka 18.
Setelah para tamu menyanyikan acara tiup lilin, Claretta menahan napas sebentar lalu meniup lilin tersebut.
Sejenak perasaannya kembali sedih karena--
"happy birthday" ucap salah seorang temannya. Ia hanya bisa tersenyum tipis menanggapi.
Tak sengaja pandangannya jatuh pada bangku disamping kolam rumahnya. Ia teringat setahun yang lalu, tepat dimana ketika--
Flashback
Karena lelah menanggapi tamu yang datang pada acara ulang tahunnya, Claretta memutuskan untuk kehalaman belakang rumahnya sejenak. Untuk mendinginkan pikiran.
"Hi" sapa seseorang dengan suaranya yang berat. Claretta menoleh sesaat lalu mengalihkam pandangannya pada air dikolam yang memantulkan bayangannya.
"Aku menyapamu, setidaknya kau harus balik menyapaku" ucapnya tenang sambil mengambil tempat disamping Claretta namun tak menatap Claretta sama sekali.
"Tidak mau" mendengar hal itu, pria tersebut menoleh cepat lalu menatap Claretta aneh
"Kenapa?" tanya-nya. Ia heran, jika semua orang ingin berbicara padanya maka lain halnya dengan perempuan disebelahnya ini
"Karena...tidak mau" jawab Claretta malas
"Aku tidak suka berbicara dengan stranger" sambung Claretta
Mendengar itu tentu membuat pria tadi tertawa keras. "Kalau begitu perkenalkan namaku Axel" ucap pria itu sambil tersenyum manis kearah Claretta.
"Hm"
Senyum Axel pudar seketika melihat reaksi Claretta seperti itu.
"Gadis aneh"
Claretta otomatis menoleh sewot namun saat akan mem-protes ucapan Axel, Axel terlebih dahulu memotongnya
"Itu pujian. kau berbeda, menurutku kau mahal, dalam artian susah didapatkan. Namun jika mendapatkanmu, maka susah juga dilepas"
Tanpa Axel sadari, Claretta tersenyum tipis lalu mengajukan pertanyaan yang menurutnya aneh dari perkataan Axel.
"Kenapa harus dilepas?"
Axel tersenyum simpul lalu mengatakan "Karena tak akan ada yang tahu kapan sebuah hubungan berakhir. Suka atau tidak, semua orang pasti akan berpisah. Dan berpisah dengan orang yang kita sayangi sungguh sangat mengesalkan"
"Kenapa harus kesal? kenapa tidak sedih saja?" tanya Claretta lagi
"Karena.. aku tak suka terlihat menyedihkan. Menyedihkan akan membuatmu semakin terpuruk dan lemah dengan kesedihan"
Claretta tertawa kecil mendengarnya
"Jadi, bagaimana? apakah berbicara dengan stranger itu buruk?" tanya Axel memastikan tawa Claretta tadi tidak palsu
"Tidak juga. Terima kasih pujiannya by the way" ujarnya sambil tertawa renyah
Flashback off
"Clare..kau sedari tadi melamun terus. Jika nanti kau kerasukan, aku tak akan peduli" kata seseorang menyadarkan Claretta dari lamunan singkatnya
Claretta hanya memutar bola matanya sebal. Ia muak dengan sifat lebay sepupunya yang menurutnya sangat menyedihkan.
Mengingat kata menyedihkan, ia jadi teringat Axel lagi. 'Kenapa kau pergi? seharusnya hari ini menjadi hari bahagia. Tapi ketidak hadiranmulah yang membuat hari ini begitu muram' batin Claretta
"Kau melamun lagi Claretta Wayne!!" teriak Mia yang kelihatannya sudah kesal.
"Aku merinduan Axel" hanya satu kalimat yang diucapkan Claretta namun kalimat itu mampu membungkam mulut Mia.
"Kau tak boleh terpuruk terus. Dia menyelamatkanmu bukan untuk melihatmu bersedih, ia hanya ingin kau hidup bahagia dan... Bukankah Axel tidak suka melihat seseorang sedih? apalagi orang yang ia sayangi? ayolah semangat!! ini hari ulang tahunmu" nasihat Mia. Terdengar helaan napas panjang dari Claretta. Namun setelahnya, ia tersenyum manis kearah Mia
"Aku baru tau kau bisa sebijak ini" ledek Claretta
"sialan! aku hanya tidak suka melihatmu murung terus. Sejak kematian Axel kau seperti tidak punya semangat hidup"
"Kau tahu, siapa pun yang melihat kekasihnya sendiri meninggal didepannya akan mengalami depresi sepertiku. Apalagi Axel dibunuh dengan cara yang sadis" Mia terdiam. Bukan karena ucapan Claretta, tapi karena ia melihat seseorang.
Orang itu...
Ia datang menghampiri keduanya dengan senyum licik. Awalnya Claretta sendiri tidak menyadari keberadaan pria itu namun setelah beberapa saat memperhatikan pria itu, ingatannya kembali berputar 1 bulan yang lalu.
Dimana pria itu membunuh kekasihnya. Dan begitu melihat pria itu lagi, membuat emosinya naik kepermukaan.
"Mau apa kau kesini?" desis Claretta tajam
"Membunuh orang yang seharusnya mati sejak sebulan yang lalu" jawab pria itu santai sambil mengeluarkan pistolnya secara perlahan
"Tidak! jangan lakukan itu kumohon" pinta Mia kini memelas. Sedangkan pria didepannya itu, saat ini tertawa mengerikan.
"Tidak mungkin aku membiarkan mangsaku kabur sayang" ujar pria itu sambil tersenyum manis kearah Mia
"Tapi..yang akan kau bunuh itu sepupuku"
"Sepupumu atau bukan aku akan tetap membunuhnya" ucap pria itu sambil melirik kearah Claretta yang terdiam saja. "Namun, bukan dia yang menjadi incaranku saat ini"
Sontak, keduanya mengernyitkan dahi mereka heran. "Lalu siapa?" tanya keduanya serempak
Pria itu tertawa misterius lalu menunjuk seseorang dibelakang mereka dengan pistol yang ia pegang. "Dia"
Baik Claretta maupun Mia sama-sama terperangah melihat seseorang dibelakang mereka.
Ia...
Axel..
Menatap Claretta dengan tatapan sendu. Sedangkan Claretta sendiri terpaku ketika mendengar suara pistol menggema diruangan tempatnya berdiri...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Stranger (A Short Story)
RandomKisah ini tentang, Claretta Wayne yang anti berbicara pada stranger tapi pada akhirnya ia jatuh hati pada stranger. Namun ditengah hubungan mereka, terjadi permasalahan yang menyebabkan hubungan keduanya diambang perpisahan yaitu maut. Cerita ini te...