status
Mengenalmu adalah hadiah terindahku
Bersamamu adalah harapku
Memilikimu sunguh itulah kebahagianku
"aku mengaguminya!" ucap lirih seorang gadis berlesung pipit pada sahabatnya yang kini berada tepat di sebelahya. Senyum indah pun terlukis diwajah gadis itu lalu ia menunduk malu.
"kau tak salah mengaguminya!" ucap sahabatnya seraya tersenyum kearah gadis itu.
"benarkah....?" tanyanya.
"iya..., siapa yang tidak akan mengagumi jika ada seorang cowok yang nyaris sempurna seperti dirinya?. Dia pinter, ustadz lagi dan satu lagi nilai plus untuknya" sahabatnya itu menghentikan ucapannya mencoba menggoda gadis yang kini sedang asyik menunggu kata selanjutnya yang akan diucapkannya. "dia muaniis...!" ucapnya kemudian.
"akankah kau juga mengaguminya?" tanyanya penuh selidik, namun senyum masih menghiasi wajahnya.
Gadis yang di sapa Ayu itu menyentuh bahu gadis manis di depannya lalu berkata "bukankah kau tau aku mengagumi siapa?" gadis itu tersenyum lega.
***
Mengagumi seseorang tidaklah mudah apalagi seseorang itu hanya bersikap layaknya teman biasa, tidak ada yang spesial. Sungguh perjalanan cinta yang melelahkan. Itulah yang dirasakan gadis yang memilki senyum seindah bunga mawar itu. Namun ia tak pernah menyesal telah mengagumi seseorang yang sering dipanggil ustadz itu oleh kebanyakan santri putri di pondoknya, jadi tidak heran jika seseorang yang ia kagumi menjadi idola santri putri yang telah mengenalnya seperti dirinya atau pun tidak.
Kekagumannnya pada sosok yang umurnya terpaut 3 tahun itu tak bisa dipungkiri lagi. Mungkin saat ini sudah mencapai puncaknya, namun apa yang bisa ia lakukan melainkan mengaguminya dalam diam. "mungkinkah kekaguman ini akan menjadi cinta?" pikirnya tiba-tiba.
cinta adalah rasa yang melekat pada setiap insan. Rasa itu suci, tinggal bagaimana hati akan menetapkan kesuciannya itu atau tidak. Nah di sinilah as-Syifa seorang gadis yang menjaga kesucian rasa itu dengan tidak mengedepankan nafsunya. Cintalah yang harus mendorong nafsunya bukan nafsunya yang akan mendorong cintanya.
Muhammad al-arif adalah nama dari sosok yang ia kagumi selama ini, nama yang selalu menjadi isi dalam doanya, nama yang tak pernah ia bosan untuk melafalkannya. Sungguh, alangka bahagianya jika ia bisa memiliki nama tersebut.
Dalam hatinya yang paling dalam ia sunguh mengagumi sosoknya bahkan bisa di kata sudah mencintainya sehingga harapan besar ia tuang padanya, harapan untuk menjadikannya imam yang diridlai olehNya, imam yang akan menuntuntunnya menuju ridlaNya, dan imam yang akan mengajarkannya mencintai Rasulullah sebagaimana Rasulullah mencintai hamba-hambanya. sungguh keselamatan atas para pecinta NabiNya.
Dalam sujud malamnya ia berdoa kepada pemilik rasa yang kini menyelimuti hatinya.
" Ya Allah jika rasa ini akan menyelamatkan hamba dunia sampai akhirat, maka tetapkanlah rasa ini dalam hati hamba dan hamba memintanya untuk hamba miliki demi rasa ini, akan tetapi jika rasa ini tidak menyelamatkan hamba, maka hilangkanlah rasa ini dan hamba memintanya untuk seseorang yang akan menyelamatkannya dunia sampai akhirat." Ucap gadis itu seraya mengusap air matanya yang mengalir dikedua belah pipinya.
***
Kebahagian seperti apa jika seseorang yang kita harapkan bisa kita miliki?.
Ya itulah yang dirasakan Syifa saat ini. kebahagiaan yang tak bisa diibaratkan oleh apa pun, kebahagiaan yang hanya dirinya sendiri yang bisa mendefinisikannya, kebahagian yang sempurna. Kebahagian karena bisa memiliki sang belahan jiwanya yang akrap di sapa Arif itu.