1

36 4 5
                                    

---Karena perkenalan hanyalah sebatas mengetahui apa yang tidak kita ketahui sebelumnya---

#2008

Cukup lama dia memandangi kelas baru beserta teman-teman yang tak ada seorang pun yang dia kenali. Nafisya, murid SMP yang baru beberapa minggu melepas masa SD nya. Yaah.. Dia adalah murid baru di salah satu SMP Negeri yang berada di kota nya, sekolah pilihan orangtua nya.

Tidak ada yang dia kenali di ruangan 5x5 meter itu, ketika orang-orang di kelasnya sibuk untuk saling berkenalan satu sama lain, lain halnya dengan Nafisya yang akrab dipanggil Nana lebih sibuk dengan pikiran-pikirannya, apakah masa SMP akan lebih baik dibanding masa SD nya? Apakah teman-teman baru nya dapat diajak bekerja sama? Apakah akan ada sahabat yang diemui nya di sini? bagaimana dengan cinta? Nafisya belum begitu tau apa itu cinta.

Nafisya terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tidak menyadari ada orang yang datang menyapannya...

"Hello..." seorang anak laki-laki yang telah berdiri di samping bangku yang Nafisya duduki, entah anak ini datang dari arah mana karena Nafisya sedari tadi sibuk dengan dirinya sendiri.

"E..eh Iyah?" jawab Nana sedikit kaget dan bingung dengan orang yang tiba-tiba mendatanginya.

"Hmm.. Gue liat gak ada bangku kosong selain di samping lo, gue boleh duduk di sini gak?"

Orang yang ditanya memandang seisi kelas dan benar saja sudah tidak ada lagi bangku kosong selain bangku di sampingnya, tidak ada alasan untuk menolak.

"Oh iya, boleh" jawab Nafisya singkat. Lawan bicaranya pun mengangguk kecil dan tersenyum lalu duduk menempati bangku kosong yang tersisa di kelasnya.

"Gue Naufal, kalau boleh tau nama lo siapa?" orang yang beberapa detik yang lalu menempati bangku disebelahnya memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Nafisya

"Nana" jawabnya singkat, padat dan terkesan malas untuk melanjutkan obrolan. Nafisya bukan tidak suka dengan orang baru yang mendatanginya.

Tidak ada alasan untuk tidak menyukai orang yang telah berinisiatif memulai perkenalan dengannya itu, laki-laki yang Nafisya pikir ramah yang dilihat dari senyum nya yang tidak mahal untuk ditampakkan.

Hanya saja Nafisya sedang malas untuk berinteraksi dengan siapa pun saat ini. Nafisya butuh lebih beradaptasi dengan suasana kelasnya yang baru. Melihat orang-orang yang menurutnya masih asing di sekitarnya itu membuat Nafisya bingung harus bersikap seperti apa sehingga Nafisya lebih memilih untuk berdiam diri dan malas untuk mengeluarkan kosakata-kosakata walau hanya perkenalan sekalipun.

Ketika sadar jika lawan bicaranya tidak se-antusias dirinya dalam berkenalan membuat anak laki-laki yang sebelumnya memperkenalkan diri dengan nama Naufal itu pun memilih ikut diam dan melihat keadaan kelas baru nya.

Jika boleh memilih, Naufal ingin jika yang duduk disampingnya adalah orang yang sama dengannya, laki-laki. Setidaknya ada banyak hal yang nanti bisa dia diskusikan dengan teman sebangku nya. Naufal tidak terbiasa duduk dengan seorang perempuan, menurutnya tidak ada topik diskusi yang seru jika berbicara dengan perempuan, akan lebih banyak gosip. Itu pendapatnya.

Namun jika dilihat lagi, teman sebangku nya ini tidak terlihat seperti perempuan pada umumnya yang memiliki pembendaharaan kata yang banyak dan sayang untuk tidak dikeluarkan.

Anak perempuan yang duduk di sebelahnya lebih banyak berdiam diri dengan pikiran-pikirannya, namun tidak lagi ketika dia yang memperkenalkan dirinya sebagai Nana menoleh ke arah Naufal dan mendapatinya sedang memperhatikan Nafisya sedari tadi dalam diam.

Naufal yang tidak siap akan itu menjadi salah tingkah dengan menggaruk kepala nya yang tidak gatal dan tersenyum malu kedapatan memperhatikan orang disebelahnya.

Nafisya yang terkesan cuek tidak peduli akan hal tersebut, dia hanya tidak terbiasa diperhatikan dalam jarak yang sedekat itu. Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan mengenai kejadian tadi, Nafisya kembali diam dan sibuk dengan pikiran-pikirannya.

Naufal pun dapat bernafas lega melewati kejadian yang cukup memalukan menurutnya sehingga dia memilih untuk berhenti memperharikan orang di sebelahnya lagi, tepat ketika saat itu juga seorang wanita paruh baya yang diketahui sebagai salah satu guru yang mengajar di sekolahnya itu datang memperkenalkan diri sebagai wali kelas di kelasnya itu.

---TBC---

DeserveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang