Serpihan Satu

54 3 5
                                    

o-O-o

Aku.... emm, mulai dari mana ya???

???

??

Emm??

Oh, oke gini! Namaku Zicky. At least untuk sementara kalian bisa memanggilku Zicky. Aku adalah orang yang selalu ingin berbeda dengan yang lain. Dalam segala hal.. Apapun itu!

Contohnya disaat orang lain lebih memilih makan atau minum sesuatu yang hangat dikala hujan. Aku nggak! Aku lebih memilih makan dan minum sesuatu yang dingin. Saat orang lain berusaha agar dikenal baik. Aku nggak! Aku malah terang-terangan nunjukin kejelekan aku ke orang-orang. Alasannya apa? Karena aku pengen beda. Bahkan saat temen-temen cowok pada heboh cari pacar cewek sana-sini. Aku nggak! Aku malah sibuk cari pacar cowok! Alasannya ya sama, karena pengen beda, terlepas dari aku memang suka cowok.

Diluruskan, aku bukan tidak suka dengan cewek. Ingat aku masih sadar pada kodrat aku sebagai cowok! Aku masih suka kok lihat paha-paha mulus personil girlband Korea. Aku juga masih suka kok liat cewek-cewek yang bibirnya tipis kemerahan. Aku juga masih suka kok liatin pantat cewek yang pake celana ketat. Dan aku juga masih suka gemes kok kalo lihat cewek lari terus dadanya naik turun gitu. Jelas lah! Karena aku bukan homo, aku cowok yang suka keduanya. Aku gak mau juga dibilang biseks karena kesannya aku kayak orang rakus gitu. Serius! Aku suka keduanya tapi aku gak rakus!

o.O.o

"Cie... Udah jadi mahasiswa" ucap tetangga kosku saat aku baru keluar kamar degan pakaian putih hitam khas maba. Kami belum terlalu akrab, tetapi cara bercanda kami kian hari semakin berkembang, dan mendekati kurang ajar.

"Apaan? Kurang semangat aku bang" balasku.

"iya sih. Keliatan gak ada semangat hidupnya" kelakarnya langsung.

Sialan, dia bener!

"Anjir lu bang! Apa aku gak usah datang aja ya? Cuma ospek doang gini" ucapku sambil mengurungkan niat untuk mengikat sepatu, bahkan niatku berubah untuk melepas sepatu.

"Gila! Datang lah, syukur kamu lulus dan bisa kuliah disitu" ucapnya sok menasehati tapi dengan ekspresi yang terlihat kurang ajar.

"Aduhh malas banget bang. bukan aku yang harusnya bersyukur, tapi kampusnya! Syukur aku mau masuk kesana" ucapku sombong dengan nada yang lebih kurang ajar.

"Kamfret! Kau masuk kesana lewat tes SBMPTN kan? Itu artinya kamu yang usaha pengen diterima" balasnya ngotot, nadanya seolah pengen mengimbangi kekurangajaranku.

"Gak ah, aku cuma iseng-iseng aja. Lulus syukur gak lulus lebih bersyukur hahaha" balasku lagi dengan nada kurang ajar yang terlewat kurang ajar.

"Suka-suka kamu ajalah zik, udah pergi sana!" akhirnya dia mengalah dan berlalu pergi. Aku tidak berniat menghalangi dia, karena sadar kalau aku sudah cukup telat pergi ke kampus.

Aku turun dari lantai dua. Menuju pintu ruko, membuka dan menutupnya kembali. Berjalan sedikit mendekati jalan besar yang tepat berada di depan ruko kos-kosanku. Aku menunggu angkot dengan nomor yang tujuannya melewati kampusku.

Sebenernya, jarak antara kos dengan kampus tidak terlalu jauh. Umpanyanya terlalu dekat jika dengan kendaraan tapi cukup jauh jika berjalan kaki. Abang-abang kos juga sering bilang kalau mending jalan kaki aja ke kampus karena bisa menghemat ongkos. Tapi aku malah nggak setuju, karena mending naik angkot dengan ongkos dua ribu rupiah daripada jalan kaki ngehabisin energi, nggak kena ongkos tapi capek dan laper dan ujung-ujungnya ke kantin ngaabisin duit dua puluh ribu. Nggak! Nggak akan. Enggak ekonomis, walaupun dikata anak kos harus pinter berhemat, tapi bukan berarti harus jadi rakyat jelata juga kan? Nggak deh! Itu bukan gayaku!

KURANG DI(H)AJARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang