Bagian Keenam - Pengakuan Dosa

30 6 0
                                    

Hari Sabtu minggu kedua bulan September

Sinar menembus dari ventilasi kamar Lys. Di mana Lys masih tertidur pulas di sana, namun tidak lagi. Suara lagu FIRE milik BTS terdengar begitu keras dari sebuah handphone yang sudah tergeletak di meja kamar Lys. Lagu itu benar-benar berhasil membuatnya terbangun.

Lys melihat ke sekelilingnya, lalu dia meraih handphone itu dan mematikan alarmnya. "Ini milik siapa?" tanyanya setengah sadar. Lys pun beranjak dari tempat tidurnya dan dia melihat ada foto yang pernah Tere tunjukkan padanya di mejanya. "Ini bukannya foto bibi Vini waktu SMA?"

Lys meletakkan handphone dan foto itu di mejanya lalu dia keluar kamar. Matanya tertuju ke meja ruang tengah. Di atas meja itu sudah tertata sarapan untuk satu orang. Lys menggaruk-garuk kepalanya, bingung. "Tere?" panggilnya.

Tidak ada jawaban.

Lys pun berjalan dan membuka kamar Tere, di sana sudah tidak ada siapa pun. "Apa hari ini dia sedang interview kerja? Tapi masa hari Sabtu?" gumamnya.

Tidak mau ambil pusing, Lys pun kembali ke kamarnya mengambil handuk dan pakaian ganti. Setelah selesai mandi Lys langsung makan sarapan yang sudah disiapkan oleh Tere.

Selesainya mencuci piring, Lys kembali ke kamarnya. Dia hanya duduk di tempat tidur lalu handphone itu berbunyi lagi. Kali ini bukan alarm, tapi panggilan masuk. "Nomor siapa ini?" tanyanya dalam hati lalu mengangkat telepon itu.

"Hallo."

"Hallo, kak Lys," jawab seorang perempuan dari sambungan telepon itu.

"Tere?" tebak Lys yang tidak asing dengan suara Tere. "Kau di mana?" tanyanya.

"Aku sedang menyelesaikan masalahku," jawabnya. "Kak Lys, kuharap kau juga segera menyelesaikan masalahmu," ujarnya yang langsung menutup telepon.

"Hallo? Tere? Hallo?"

Lys sadar jika ada sesuatu yang aneh. Kenapa Tere meninggalkan hanphone miliknya dan juga foto ini? Kenapa dia pergi tanpa pamit? Apa maksudnya tentang menyelesaikan masalahnya? Masalah yang mana?

Lys langsung bergegas menuju kamar Tere lagi dan membuka lemari Tere. "Sudah kuduga, dia pergi dari sini."

Tanpa lama-lama Lys langsung memakai jaketnya, menggemblok tasnya, dan dia juga membawa foto serta handphone yang sengaja Tere tinggalkan di mejanya. Dia bergegas keluar rumah, mengkuncinya.

"Silahkan duduk nak Lys," kata bibi Vini yang mempersilahkan Lys duduk di sofa bermotif bunga, di ruang tamunya yang dihiasi banyak foto keluarga.

"Terima kasih bi," jawab Lys sopan yang segera duduk di sana.

"Bibi bawakan minum dulu ya," ujar wanita itu yang segera masuk ke ruangan lainnya.

Lys melihat ke dinding-dinding ruang tamu. Melihat ke arah foto yang tergantung dengan rapinya.

"Maaf ya nak Lys, Cuma ada air putih," ujar bibi Vini yang sudah menaruh gelas dan seteko air putih dingin di meja ruang tamu.

"Terima kasih banyak bi," ujar Lys.

"Ada apa nih nak Lys datang ke rumah bibi?" tanyanya tanpa ragu.

"Aku ingin bertanya tentang keponakan bibi yang..."

"Ah si Cindy, maaf ya bibi lupa kasih tahu kamu," potong bibi Vini.

"Cindy?" refleks Lys bertanya.

"Iya, keponakan bibi namanya Cindy. Dia tidak jadi tinggal sama kamu, katanya orang tuanya tidak memberi izin."

I'm a SinnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang