Hujan Sesekali

57 1 1
                                    

Aku pernah mencintai hujan.
Mencintai awan mendung, angin kencang, gerimis mengganggu, sampai suara petir yang terdengar mengerikan.
Hujan tidak selalu menyenangkan,hanya saja bagiku ia memberi ketenangan.
Kadang,ia membuatku tertawa, setelahnya aku dibuat kesakitan karna terlalu lama berdiri dibawahnya.
Sama seperti ketika aku bersamamu.
Kamu layaknya hujan.
Ketika kamu datang, kamu membawa sejuta alasan untuk aku merasakan sejuknya, membuatku enggan berdiri dari tempat yang ku pijak. Entah menatapmu lebih lama, atau menyentuhmu lebih lama. Aku suka keduanya.
Hingga terkadang aku lupa, semakin lama aku bersamamu, kau bisa membuatku kesakitan.
Namun, begitulah ketika kita mencintai seseorang. Semenyakitkan apapun yang dia lakukan, tetap akan membuatmu terus kembali menyambutnya ketika dia datang lagi.

Kamu seperti hujan.
Tiba-tiba datang membuatku berkali kali lipat mencintai alam.
Kemudian, setelahnya aku kau buat kelam. Lalu kau pergi, tanpa sebuah pertanda selain meninggalkan tetesan air didahan dedaunan.
Jika, dedaunan itu adalah pipiku, apa kau masih tega pergi dengan cara mengenaskan seperti hujan? Ah, tentu tetesan air mata ku takkan mampu membuatmu untuk tetap bersamaku, bukan?

Kau seperti hujan.
Ketika aku sudah mulai bersinar, dan sembuh dari sakitku, kau datang lagi..
Dan bodohnya, aku selalu menyambutmu dengan cara yang tak pernah berubah. Berkali kali merelakan diriku untuk memandangimu, sampai aku lupa bahwa kau hanya datang sesaat, memberi kesejukkan, dan setelahnya kau akan pergi tanpa pamit.

Tapi, itu takkan membuatku berhenti mencintai hujan. Karna bagiku, mencintai hujan sama seperti aku mencintaimu.
Kau bisa datang semaumu, seperti hujan datang semaunya kepada bumi.
Kau bisa pergi semaumu, seperti hujan yang pergi semaunya meninggalkan bumi.
Namun, terkadang kau lupa diri.
Aku bukanlah bumi, yang bisa kebal dihajar hujan berkali-kali.
Aku bukan bumi, yang tahan kedinginan meskipun hujan menyerangnya dengan sangat keji.
Bagi bumi, hujan adalah sebuah berkah. Tapi, hujan perihal tentang dirimu selalu menjadi bagian menyakitkan untukku.

Ketika hujan, kau mengajakku merayakannya dengan cara bergandengan tangan, lalu setelahnya aku merayakannya sendirian dengan menangisi kenangan.

Dan pagi ini, aku mencium aroma tanah yang basah disiram hujan, jika hujan tahu kemana dia akan jatuh, yaitu kebumi. Kenapa hatiku masih limbung tak menentu selepas kamu pergi?
Mungkin, kita hanyalah sepasang awan mendung yang hujan sesekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan SesekaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang