a; meet you

2.7K 255 35
                                    

A KookMin Fanfiction

Get inspired by: Taeyeon's Starlight and Why MV Theory
.

.

Happy Reading!

J I M I N

Benda berbentuk tabung berlapis perak dengan banyak huruf alphabet itu masih setia digenggamanku. Dari tadi kujungkir-balikkan untuk menemukan susunan huruf yang menjadi kata sandinya. Otakku sudah dipaksa berpikir keras dari beberapa jam yang lalu.

Angin yang akrab denganku untungnya masih setia menemaniku untuk berpikir lebih panjang. Permen dimulutku semakin habis digerus air liur.

Tenang saja, aku akan segera memecahkannya. Barangkali memori ini bisa membantuku.

.

.

Hari itu sinarnya cukup terik saat aku merasa terhempas begitu keras keluar dari sebuah portal. Aku hampir terjungkal jika saja tanganku tak segera bergerak cepat. Kuluruskan punggungku, berdiri tegap membaca keadaan setelah insiden hampir terjungkalku selesai. Aku mulai menyipitkan mata, beradaptasi dengan suasana asing ini. Mataku menjelajah setiap sudut yang kutemui.

Aku berhasil!

Ini bukan tempat seharusnya aku berada. Ini bumi, tempat manusia hidup dengan banyak air dimana mana. Semuanya terasa begitu asing dan menyenangkan.

Baik, mari periksa dulu apa barang-barangku terbawa saat aku keluar dari portal. Kompas, teropong, pager, dan permen. Semua telah pada tempatnya.

Orang-orang masih sibuk berjalan seolah tak menyadari aku baru saja muncul disekitar mereka. Mungkin ini terbilang tak terlalu padat, tapi bahkan orang-orang ini sanggup membuat jantungku berdegup keras.

Senyumku mengembang.

Waktunya berpetualang dan mencari.

.

.

Senyum belum hilang dari wajahku. Astaga! Ini sangat menyenangkan. Melihat air yang melimpah serta banyak kincir angin besar berjejer rapi terlihat begitu megah ditengah tanah luas ini.

Aku berlari kecil tanpa alas kaki. Rambut pirangku bergerak tersapu angin, sesekali menghalangi penglihatanku. Kalung permata biru dileherku bergerak seiring gerak kakiku yang semakin bersemangat menapaki jalanan bumi.

Jalan ini bernama M74. Aku seperti mengenal deretan huruf itu. Maka aku berhenti sejenak dan mengambil teropongku. Tanah ini cukup luas jika untuk dijejaki manusia sepertiku. Aku harus menentukan kemana aku pergi. Satu hal yang pasti, aku harus pergi ke Selatan. Tempat yang mungkin di sana ada serpihan yang kucari.

.

.

A U T H O R

Kedua tangan Jimin pagi itu sudah memegang botol saus yang ia ambil diam-diam dari kedai makanan kemarin. Ia tersenyum jahil menghampiri penjual hotdong di pinggir jalan.

Langkahnya begitu tenang namun hatinya sudah menggebu untuk melakukan hal yang menurutnya menyenangkan. Maka, setelah kurang lebih tiga meter dihadapannya berdiri lelaki dengan perut bulatnya, Jimin berhenti.

"Can I help you?" lelaki itu menoleh membuat senyum nakal Jimin semakin lebar. "Hey!!"

Raut marahnya membuat Jimin tergelak keras. Kakinya segera mengambil langkah seribu setelah dengan sengaja mengotori baju lelaki tadi dengan saus. Suara tawanya lembut hampir tak terdengar.

Bugh. Ups, ia terlalu asik tertawa.

Alis Jimin terpaut. Lalu ia mendongak, mencari tahu apa yang barusan ditabraknya.

Seorang pemuda dihadapan Jimin menunjukkan raut sama seperti lelaki sebelumnya sambil berusaha menghilangkan noda saus yang tak sengaja tercetak pada kaos putih yang ia kenakan.

Jimin terdiam mengamati sosok itu. Sebuah benda tergantung dilehernya, dentuman samar keluar mengudara dari benda itu. Ia mengenakan kaos putih ditambah jaket hitam yang menutupi setengah telapaknya. Jari telunjuk pemuda itu dilingkari sebuah cincin.

Deg!

Cincin dengan permata hijau laut sebagai hiasannya. Jantung Jimin serasa berhenti. Kalung dilehernya berpendar samar. Seolah mengerti apa yang baru saja dipikirkan Jimin.

Tanpa pikir panjang, ia tarik pemuda itu untuk berlari bersamanya tanpa memedulikan protesan yang keluar dari bibir tipis pemuda tadi.

Jimin bertemu dengannya. Bibirnya mengukir senyum penuh makna bersamaan dengan genggaman ia pererat.

"Hey, stop!"

Jimin berhenti karena pemuda tadi menghentikan langkahnya. Dibelakang sudah menyusul lelaki perut bulat yang tadi ia jahili. Lelaki itu hendak menggapai Jimin dengan raut marahnya sebelum sang pemuda menghalangi jalan. Mereka lalu memperdebatkan sesuatu yang sayangnya Jimin kurang paham apa itu.

"He's just playing around."

Jimin menyeringai. Menjulurkan lidah dibalik punggung pemuda itu. Membuat lelaki tadi menggeram kesal.

"I'm sorry, Sir!" Pembicaraan itu berakhir dengan lelaki gendut yang berbalik pulang dengan raut yang sedikit melunak. Jimin tertawa pelan. Kemudian tawanya terhenti ketika pemuda tadi berbalik kepadanya.

"Okay, let me hear some explanation from you." Jimin terdiam. Memegang belah bibirnya gugup, matanya menghindari kontak langsung dengan pemuda di depannya. Ia tak berniat menjawab.

"Hey, do you understand? Can you speak English?"

Jimin masih bungkam. Mengamati bagaimana wajah itu menampakkan raut bingung dengan sedikit campuran frustasi. Jimin tak tau harus menjawab bagaimana.

"Say something." gumamnya. "Buka mulutmu, pirang." kemudian bahasa ibunya keluar.

Apa dia orang Korea?

"Jeon Jungkook."

Lamunannya pecah oleh suara dengan pelafalan yang terdengar asing. Matanya melebar karena kalimat yang dilontarkan beberapa menit kemudian.

"Dua puluh dua tahun. Punya kemampuan teleportasi."

Jungkook diam mematung bersamaan dengan napasnya yang tercekat.

.

.

Benda berbentuk tabung berlapis perak dengan banyak huruf alphabet itu masih setia digenggamanku. Dari tadi kujungkir balikkan untuk menemukan susunan huruf yang menjadi kata sandinya. Otakku sudah dipaksa berpikir keras dari beberapa jam yang lalu.

Kini aku setidaknya telah memperoleh sedikit petunjuk untuk kata sandinya. Aku memutar lapisan perak kebawah, mencoba mencari abjad A.

Permenku sudah habis. Tinggal tangkainya yang tersisa. Namun benda ini belum selesai membuatku bingung.
.

.
To Be Continue

Starlight | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang