b; find you

1.2K 224 12
                                    

A KookMin Fanfiction

Get inspired by: Taeyeon's Starlight and Why MV Theory
.

.

Happy Reading!

A U T H O R

Langit sore New York hari itu terlihat cukup indah. Sinar mentari mulai redup digantikan cahaya bulan yang bahkan belum sempurna keluar. Sepanjang mata memandang, hiasan semburat pink pada langit sore itu bisa menjadi suatu objek yang patut dikagumi. Orang-orang sibuk berlalu lalang memenuhi trotoar dan jalanan. Mereka berbondong-bondong menyebrang ataupun berjalan layaknya dikejar waktu. Disudut jalan lainnya, ada satu hal tak kalah menarik yang akan terjadi.

Jungkook berjalan dengan raut kesalnya, tak sedikitpun menaruh atensi pada sosok mungil yang baru saja ia tolong. Setelah kejadian napasnya yang dipaksa berhenti mendadak, Jungkook segera pergi meninggalkan Jimin. Tak melanjutkan bertanya apapun. Walaupun Jungkook yakin si pirang tadi asli Korea. Selain fisiknya, tadi ia sempat berbicara menggunakan bahasa Korea.

Jungkook harus segera menjauh dari pemuda ini. Keberadaannya sudah disadari. Tapi ada banyak rasa penasaran dibenak Jungkook yang menyebabkan bermacam pertanyaan. Sementara itu, Jimin di belakang mengekor tanpa alas kaki.

Jungkook mendadak berhenti berjalan. Kemudian punggungnya terasa ditabrak sesuatu. Mungkin si pirang tak sengaja menabrakku. Jungkook menoleh cepat. Mata bulatnya segera memindai sosok di depannya yang balas berkedip polos.

Rambutnya bergelombang dengan warna kuning pirang, kulitnya putih bersih, wajahnya manis dan mungil, bibirnya merah merekah. Semua terlihat sangat menarik sampai ia terhenti dengan pandangan ke bawah.

Tanpa alas kaki.

Jungkook menghela napas.

Ia berbalik lagi hendak melanjutkan langkahnya saat lengan jaketnya serasa ditarik kecil. Jimin memanggilnya, tanpa suara. Tau-tau mata Jimin sudah berbinar cantik, wajahnya bersemu karena lelah bernapas, jemarinya menunjuk pedagang permen kapas diseberang jalan.

Jungkook menautkan alisnya. “Mau apa?” Jungkook tau, si pirang paham jika ia berbicara dalam bahasa Korea.

“Aku tidak punya uang.” bohongnya.

Jimin balas menggeleng, “Mau, permen.” kalimat kedua yang Jimin ucapkan.

Jungkook kembali menghela napas. Sosok didepannya cukup aneh untuk ukuran manusia normal. Walau Jungkook sadar ia bukan termasuk golongan yang baru saja disebutkan, setidaknya ia tidak akan meminta permen kepada orang yang baru saja temui.

“Terserah saja. Aku akan meninggalkanmu kalau begitu.”

Jungkook sudah maju selangkah. Ia kira si pirang akan menyerah dan kembali membuntutinya. Tapi yang terjadi adalah Jimin menghempaskan lengan Jungkook kesal lalu berjalan sendiri kearah yang ia mau. Tak memedulikan apapun akibat dari perbuatannya.

Klakson mobil otomatis ditekan saat sadar seseorang baru saja melintas santai ketika seharusnya giliran mobil yang melaju. Jimin tak gentar, tetap berjalan lurus menghampiri permen.

Jungkook terkejut. Mata dan mulutnya sudah terbuka lebar mengamati Jimin di depan sana.

Gosh!” Segera ia mengerang frustasi dan berlari menyusul sosok pirang itu. Terlalu muda untuk mati, pirang!

Okay, fine! I'll buy it for you. Diam di sini dan jangan bergerak sedikitpun.”

Jimin tersenyum senang.
.

.
J I M I N

Benda berbentuk tabung berlapis perak dengan banyak huruf alphabet itu masih setia digenggamanku. Dari tadi kujungkir balikkan untuk menemukan susunan huruf yang menjadi kata sandinya. Otakku sudah dipaksa berpikir keras dari beberapa jam yang lalu.

Aku telah menemukan abjad A diantara puluhan abjad lainnya. Dengar, aku masih harus menemukan empat huruf lagi. P, p, l, dan e. Itu butuh perjuangan yang cukup lama. Sedangkan, permenku sudah habis daritadi.

Aku akan mengambil eskrim dan melanjutkan kegiatanku.

.

.

Aku telah mendapatkan permenku—bonus sepatu dan baju. Rasanya sangat manis, membuatku lagi-lagi mengayunkan kakiku ringan. Jungkook duduk dua meter di sampingku, sedang sibuk dengan sebuah pulpen dan note kecil. Aku tak tau ada note disaku jaketnya, ia baru mengeluarkannya beberapa menit yang lalu. Aku mengamati wajah serius Jungkook. Ia sepeti tak memedulikan keberadaanku, terfokus sepenuhnya pada note yang ia pegang dengan benda yang sempat membuatku penasaran.

Merasa diperhatikan, Jungkook mendongak untuk sejenak mengalihkan atensinya. Saat itu juga aku mencoba mengambil benda hitam yang tergantung dilehernya. Lalu memasangnya seperti yang Jungkook lakukan. Jungkook diam saja. Ia membiarkanku, mengamatiku dengan senyum tipis.

Suara dentuman keluar memenuhi telingaku. Aku tersenyum kecil, ritmenya mengingatkanku pada musik di galaksiku, rentetan nada-nada yang pernah kubuat. Aku mengembalikannya dengan senyum puas.

Apa Jungkook juga menulis lagu?

Sebuah suara beep beep berulangkali muncul dari balik saku. Aku mengambil pager yang baru saja berbunyi. Disana tertulis pesan yang kemudian membuatku termenung sejenak.

M74 MISS ME?

Pesan dari galaksiku, rumahku.

Galaksi spiral bernama Messier 47.

Seharusnya begitu. Seharusnya aku merindukan tempat asalku, dimana hanya ada perbukitan gersang, kincir angin, kesepian dan kesendirian. Seharusnya di sana tempatku berada. Mereka mengingatkanku untuk kembali ke sana.

Sebuah lambaian tangan tau-tau membuyarkan lamunanku. Dihadapanku Jungkook sudah menatapku, keadaannya masih sama seperti sebelumnya, dengan benda yang tergantung dileher. Aku beranjak berdiri, berjalan mendahului Jungkook.

“Kau belum cerita apapun. Darimana kau tau aku bisa teleportasi?”

Jungkook segera menyusul. Berjalan ringan dibelakangku. Sepertinya aku memang harus menceritakan semuanya.

“Ayo pulang.” ucap sebisaku.
.

.

To Be Continue

Starlight | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang