Joha-Joha

108 0 0
                                    

Joha-Joha

                     ***

Gadis itu mengumpat kesal dikesendiriannya. Berkali-kali dia menekan tombol di layar ponselnya, dan beberapa kali pula dia mendesah kasar.

Raut wajahnya pucat tanpa semangat. Padahal tepat satu tahun yang lalu dia juga berada disini, dengan senyuman cantik. Senyum bahagia yang kini tidak terpancar sama sekali disudut bibirnya.

Gadis itu tengah bersedih.

"Suho-ya. Kau dimana? Sudah tiga jam tapi belum juga datang. Menyebalkan." Sekali lagi gadis itu mengumpat. Terlalu khawatir pada keadaan pria tampan yang dia sebut bernama Suho tadi.

Yah, bermula dari satu tahun lalu, ditempat yang sama yaitu ditepi jalan. Shinceon inilah pertama kalinya dia bertemu dengan Suho, pria tampan yang kini menjadi sahabat dekatnya.

Entahlah... meski hanya sahabat, terkadang jika sebentar saja dirinya tidak mendapat kabar tentang pria itu, rasanya gelisah. Risau. Bahkan terkadang gadis itu sampai menangis. Rasa takut yang berlebihan tentu tidak lazim jika dirasakan oleh hati yang hanya terikat sebuah persahabatan.

Dan hari ini dia datang. Pria bernama Suho yang sebelumnya menetap di Inggris untuk pendidikannya, hari ini dia kembali.

Dan seperti yang sudah direncanakan sejak awal, keduanya berjaji untuk bertemu lagi disini. Di tepi jalan Shineon, tempat favoritnya dan Suho.

Kring-kring...

Dering ponsel gadis itu berbunyi dua kali. Tanda ada pesan singkat masuk yang datang.

Bercampur perasaan kesal dan cemas, gadis itu membuka pesan tersebut dengan hati-hati.

"Aku membawa mawar kuning kegemaranmu. Apa kau masih menyukainya?"

Pesan itu. Demi merdunya suara D.O, gadis itu tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan bahagia ketika membaca pesan itu.

Memang selama satu tahun ini keduanya tetap menjalin hubungan baik melalui sosial media, tapi tetap saja gadis itu merasa tersanjung karena ternyata pria tampan itu masih mengingat bunga kesukaannya. Bunga mawar kuning yang dia bawa ketika pertama kali bertemu Suho dulu.

Secepat kilat gadis itu menggerakkan jari-jari lentiknya untuk membalas pesan tersebut.

"Tentu saja. Aku tidak bisa menyukai bunga lain selain bunga itu."

Gadis itu tersenyum. Jari cantiknya baru saja menekan tombol send, dan secepat kilat pesan itu pasti akan sampai pada Suho.

Sahabatnya itu... akan seperti apa dia setelah satu tahun ini tidak bertemu?

---

Rasa gundah itu masih saja menggelayuti pikiran gadis cantik bersurai pirang itu. Bibir mungilnya yang cantik, juga tak pernah berhenti mengumpat sedari tadi.

Dia masih menunggu Suho. Dari langit yang berwarna cerah dampai senja tiba, pria dengan senyum mematikan itu belum juga datang.

Gadis itu tersentak seketika, tatlaka rintikan hujan tiba-tiba saja datang.

Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain meninggalkan tempat itu untuk mencari perlindungan. Tapi dimana? Tidak ada tempat strategis didekat tepi jalan sepi seperti ini.

"Kuda bodoh! Kau benar-benar menyebalkan. Puas membuatku khawatir sekarang kau membuatku menunggu sambil bermain hujan? Apa itu maksudmu?"

"Mianhae."

Mata gadis itu membulat. Desiran darah yang semua baik-baik saja, entah mengapa kini sangat cepat bekerja.

Suara itu. Suara ringan yang menyenangkan itu baru saja dia dengar. Suara yang sangat tidak asing dipendengaran gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Joha-JohaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang