오해는마: Missing Strip

66 4 6
                                    


.

.

November, 2017

Universitas Howon, Klub Musik

 Jaket, sweater, celana panjang, baju lengan panjang, bahkan sepatu boots. Pemandangan yang sudah biasa disaksikan ketika November mulai menjemput dinginnya. Orang-orang sudah tidak membawa payung sebagai bekal kalau hujan musim gugur tiba-tiba turun. Gantinya, mereka mulai menyampirkan mantel di samping pintu ruang kelas atau klub, pintu kantor, juga pintu rumah. Korea resmi mengecap suhu lima derajat celcius sore ini. Memasuki musim dingin.

Pun dalam ruang klub musik Universitas Howon. Anggota klub mulai terlihat pakai baju hangat, tiga layer, atau kebanyakan coat. Tak terkecuali seorang perempuan yang kini sedang sibuk dengan grand piano di sudut ruang. Pakaiannya bahkan jauh lebih tebal daripada teman-teman yang lain. 

Merasa pusing karena tidak kunjung menemukan nada yang pas, dia berhenti menyentuh tuts piano, kemudian memperhatikan sekitar. Semua sibuk dengan alat musik masing-masing. Tinggal menghitung hari, mereka akan membawakan orkestra dalam pembukaan Teater Changgeuk di Sejeong Cultural Art Center. Perempuan tadi bersungut kesal, pasalnya hanya dia yang berlatih sendiri.

'Ah, harusnya aku tetap ada di tim biola. Kenapa juga aku mau dipindahkan?' batinnya.

Tidak lama kemudian, suasana hening, senyap.

'Aaachu!'

Dia membuka mata sambil tersenyum kikuk. Separuh anggota klub memandangnya miris dan sebal. Tentu saja, dia mengganggu konsentrasi anggota lainnya dengan suara bersin sebesar itu.

"Hehe. Maaf, maaf." Perempuan berambut hitam lurus itu menggaruk belakang kepalanya sambil menggumam kata maaf berulang kali. Sesekali dia mengusapkan sapu tangan ke hidungnya yang gatal. Merasa tidak kuat, dia memutuskan izin ke toilet. Untuk menyelesaikan urusannya, sesuatu yang mendesak keluar dari lubang hidung.

"Oh, Tuhan tolong aku!" teriaknya sesaat keluar dari kamar mandi. Frustrasi karena flu yang melanda.

Perempuan dengan padding hitam, jeans biru, serta sneakers yang menutupi mata kakinya berjalan di koridor, lurus sampai akhirnya belok ke ruang musik. Dia masih sibuk dengan sapu tangan hingga tidak sadar seseorang menunggunya di belokan sana. Tanpa minat memperhatikan sekitar, dia berbelok. Namun,

"Si-- Yah! Siwon!"

"Astaga!" Sung Siwon, perempuan tadi terlonjak kaget saat tiba-tiba tudung jaketnya ditarik. Bersamaan itu, teriak seorang lelaki menyapa telinga. Dia menoleh ke samping.

"Oh, yah! Kau sedang apa, sih? Lepas!" titah perempuan sipit itu.

Laki-laki itu melepaskan tudung jaket Siwon dan dengan satu tangan menarik Siwon masuk ke ruang musik. Sedangkan tangan lainnya dimasukkan pada saku mantel. Setelah pintu ditutup, mereka menuju ke pojok grand piano Siwon berada.

"Kau sedang apa sih, Sewoon?" tanya Siwon heran.

Sewoon, lelaki itu, melepas genggamannya kemudian duduk di kursi piano. Membiarkan Siwon berdiri  menatapnya kebingungan.

"Kau dari toilet?" tanya Sewoon.

"Aku izin padamu tadi, Jung Sewoon. Kau tidak mendengarkanku?"

"Kau izin pada Jaehwan Hyung tadi,"

"Mana ada?"

Sewoon terdiam sembari menatap ke arah lain. Merasa sebal, Siwon berdecak kemudian tangannya bergerak menjangkau Sewoon. "Sudah sana! Sedang apa sih kau ini? Pergi ini tempatku!"

Missing Strip (A Jung Sewoon Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang