Langit sudah berwarna gelap menandakan pergantian waktu malam. Bulan pun tak malu2 untuk menunjukkan dirinya. Bintang bertebaran sembarangan tempat dilangit luas tanpa berujung ini.
"Kurasa sampai hari ini dulu, terima kasih" ucapnya sambil membungkukkan badan tanda terima kasihnya terhadap Valio karena telah mengantarnya pulang.
"Okeoke. Ur welcome! See ya.." sahut Valio sambil melambai2kan tanggan kearah Inora. Dan Inora hanya membalasnya dengan seulas senyuman kecil.
"Hah?apa yg barusan dia lakukan? Tersenyum? Sungguh? Aku tak percaya" batin Valio. Dan Valio pun hanya senyum sambil mengaruk2 kepalanya yang tidak gatal.
***
"Aku pulangg" ucap Inora"Dari mana saja kau Inora? Kau pergi bagai hantu!" Tanya Ibunya kecemasan
"Ahh ka-sann tak perlu cemas. Aku baik2 saja kok" jawab Inora seraya memeluk ibunya
"Ngomong2 maafkan aku ka-san"
"Tak apa, syukurlah jika kau baik-baik saja. Ayo masuk! Makan malam telah siap" ajak ibunya
***
Waktu menunjukkan pukul 22.57 WIB"Laki-laki itu kenapa menguntitku terus yaa?? Apa dia psikopat??" Kata Inora bergidik ngeri. Cepat2 Inora menggeleng2kan kepalanya untuk menghilangkan jauh2 pikirannya dari Valio.
"Inoraaa.. kau sudah tidur??" Panggil ibunya dari balik pintu kamaranya Inora
"Ka-san ingin bicara padamu. Aku tau kau belum tidur."
Tak lama kemudian Inora pun membuka pintu kamarnya
"Ka-san ingin bicara apa malam2 begini?" Tanya Inora
"Ini tentang penyakitmu.."jawab ibunya dengan nada suara rendah
"Kumohon... aku tak ingin membahas itu lagi.." jawab Inora sambil meneteskan air mata
"Maafkan ka-san.." ucap ibunya sambil memeluk Inoraa
"Kumohonn...aku lelahh..." jawab Inora sambil menangis dipelukkan ibunya
"Ka-san tau.. tapi kau harus tau Inora.. ka-san tak ingin merahasiakannya lagi.." ucap ibunya yang ikut menangis
"Kau ingat 2 minggu lalu kita melakukan pemeriksaan padamu?" Ucap ibunya tiba-tiba dengan raut muka serius namun masih ada bekas air mata yang menghiasi wajahnya.
"Memangnya kenapa ka-san?" Tanya Inora, tiba-tiba tanggisannya terhenti
"Maafkan ka-sann" ucap ibunya kembali dengan tangisan
"Kaa-sannn!!! Memangnya ada apa??!" Tanya Inora setengah berteriak sambil mengguncang2 badan ibunya
"Kauu.... divonis dokter menderita kanker usus buntu.." jawab ibunya sambil menangis2 memeluk Inora
"Tii..dakk... munngkinn..." jawab Inora sambil menggeleng2kan kepalanya tidak percaya
"Ka-sann pasti berbohong iyakaannn???? Kumohonn!!" Inora setengah berteriak
"Inoraa... maafkan ka-san"
Tanpa diketahui Inora dan ibunya. Ayahnya diam-diam menyelinap dibalik dinding. Mendengar pembicaraan kecil antara Inora dan ibunya. Tak terasa tetesan air mata terjatuh dari pupil mata ayahnya. Ayahnya tak mampu berkata2. Dia hanya bisa menangis dalam diam. Melihat putri semata wayangnya Inora, harus menderita penyakit tersebut diumur yang masih terbilang muda.
Kesunyian malam itu akhirnya pecah dengan tanggisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inora.
Teen Fiction[on going] -sedikit polesan nuansa jepang "Kita dipertemukan oleh hal yang tidak terduga. Dan dipisahkan oleh hal yang tidak terduga pula. Pertemuan kita singkat namun setiap detiknya sangat berharga."