Bandara Soekarno Hatta
Seorang lelaki muda yang tampan tampak berjalan keluar dari imigrasi, kulitnya yang berwarna putih dan postur tubuhnya yang tinggi tegap membuat semua orang melirik lelaki muda itu. Raut wajahnya dingin namun entah mengapa malah membuat orang tidak dapat berhenti memandangnya.
Perlahan dibukanya kaca mata hitam yang sedari tadi bertengger di hidungnya. Tatapan mata tajamnya dapat melihat sesosok pria paruh baya yang sudah lama tidak dijumpainya, dengan perlahan dia berjalan melalui pintu keluar dimana banyak sekali orang – orang yang menunggu untuk menjemput keluarga atau relasinya di pintu kedatangan.
Perlahan dia berjalan menghampiri orang tersebut dan tampak senyum diwajahnya.
"Aku pulang papa" sambil memeluk erat orang.
Dengan wajah dipenuhi pancaran kebahagiaan dipeluknya erat anak kesayangannya yang sudah lama tidak dijumpainya ini.
"Welcome home my boy" dipeluknya erat sambil ditepuk sayang punggung putra tersayangnya ini.
"Ayo kita pulang, apakah kamu lapar? Kita bisa mampir dulu ke restaurant yang pasti kamu suka"
"Aku lelah papa, kita pulang saja ok"
"Baiklah, kita pulang"
Evan merengkuh bahu papa tersayangnya ini sambil berjalan menuju tempat keberangkatan, papanya sudah menghubungi supir untuk segera menjemput di area keberangkatan untuk menghindari kemacetan yang terjadi karena banyak antrian mobil yang menjemput.
Tidak lama menunggu mobil yang menjemput merekapun telah tiba di lobby keberangkatan, segera supir keluarga mereka turun untuk mengangkat koper milik tuan mudanya tersebut, sambil membungkuk hormat dan tersenyum disapanya tuan muda kesayangan keluarganya itu.
" Selamat datang tuan muda, senang akhirnya tuan muda kembali"
"Paman Jack kamu tampak makin muda saja" sambil tersenyum di peluknya supir keluarga mereka, Paman Jack bukan hanya supir keluarga, tapi sudah dianggap keluarga oleh mereka. Sejak muda Paman Jack sudah bekerja dan membaktikan dirinya di keluarga Lee ini, dan Evan sudah menganggap Paman Jack lebih dari sekedar pekerja di rumah, tapi keluarga yang dia sayangi.
"Tuan muda bisa saja, mari paman yang mengangkat koper anda Tuan Muda"
"Saya bisa Paman, dan tolong panggil saya Evan, saya risih dipanggil tuan muda" sahut Evan sambil mengangkat salah satu dari sekian banyak kopernya. Untung ayahnya membawa mobil yang besar buka sedan yang biasa dikendarai ayahnya jika pergi.
"Biarkan paman Jack membantumu Evan, biar cepat selesai. Untung perasaan papa tepat, banyak sekali barang bawaan mu ini" sahut tuan Lee.
"Saya sudah menjual apartement yang di Amerika papa, saya sudah memutuskan untuk membantu papa disini, dan tidak kembali ke Amerika lagi. Papa senang bukan ?" senyum evan teduh kepada papanya.
"Papa sangat senang sayang, akhirnya papa bisa pensiun. Ha ha ha..." tuan Lee tersenyum bahagia sambil menepuk ringan bahu anak kesayangannya ini. Sudah lama sekali dia mengharapkan anaknya ini untuk kembali mengambil alih usaha keluarga mereka. Selain itu, diapun sudah merasa kesepian di hari tuanya ini, istrinya sudah lama meninggal dan anak kesayangannya sejak kuliah tidak pernah kembali ke Indonesia, melainkan langsung bekerja disana. Akhirnya doanya terkabul juga, anaknya kembali.
" Tuan Lee, sebaiknya tuan masuk saja kedalam mobil. Udaranya panas sekali, biar saya membantu tuan muda untuk memasukkan barang – barang kedalam mobil"
YOU ARE READING
Can I
General FictionApakah kalian mengerti arti dari bahagia? Dulu aku pernah merasakan hangatnya kasih sayang keluarga, sampai akhirnya pada hari itu, seluruh hidupku serasa runtuh. Ibu yang sangat ku cintai pergi meninggalkan kami selamanya. Yang tertinggal hanyalah...