L & E Corporation
Di tengah sebuah taman kecil nan asri yang ada di dalam lingkungan bangunan bertingkat yang merupakan gedung perkantoran D & E Corporation, seorang perempuan muda sedang duduk di kursi yang disediakan untuk karyawan atau tamu yang bisa digunakan untuk diskusi ringan sampai makan siang.
Tampak diatas meja ada segelas es kopi dan sandwich yang belum tersentuh. Evan yang hendak berjalan memasuki gedung perkantoran tersebut teralihkan perhatiannya memandang perempuan itu, tampak tangannya sedang memainkan gelas es kopinya sambil menelpon.
Entah mengapa, ia ingin sekali menghampiri perempuan itu, wajahnya manis namun entah mengapa matanya seolah dipenuhi kabut kelam yang membuatnya tidak tersentuh. Sekilas percakapan di telpon itu sayup terdengar oleh Evan, memancing senyum kecil diwajahnya.
Mimi POV.
"Hah...." Sekali lagi helaan nafas terdengar dari mulut mungil mimi, di pandanginya es kopi kegemarannya dan sandwich yang masih belum tersentuh sama sekali. Tidak ada niat untuk mulai membuka dan memakannya, jika menuruti hatinya ingin sekali dia buang agar tidak dilihatnya lagi makanan didepannya itu.
Alih – alih memakan sandwich yang ada didepannya, dirogohnya saku blazernya untuk mengambil kotak kecil yang tidak pernah luput ada di kantong bajunya itu. Diambilnya salah satu pill dan ditelannya menggunakan kopi yang ada ditangannya. Disesapnya sesekali es kopi tanpa gula tersebut. Pahit dirasakan dilidahnya, memancing senyum getir di bibirnya.
Handphone di saku blazernya bergetar menandakan ada panggilan masuk, dilihatnya sekilas nama yang muncul di layar telponnya, William honey calling. Senyum dibibirnya kembali muncul menambah manis wajah mungilnya.
"Hi, sayang. Ada apa menelpon ?" jawab Mimi
"Sayang, kamu sedang apa? Apa sudah makan ?" suara lembut suaminya membuat hati mimi menghangat.
"Sudah, kamu apa sudah makan siang?" jawab mimi.
"Ini kami sedang menunggu pesanan makan siang kami datang, kamu makan apa sayang. Jangan minum kopi lagi ok, nanti maag kamu kambuh." jawab William.
"Kamu sedang dengan siapa sayang?" tanya mimi.
"Biasa, dengan Lukas dan Willy sayang. Oh iya, malam ini mungkin saya akan pulang agak malam, kamu ingat tidak sahabat yang sering saya ceritakan dulu. Yang tinggal di Amerika. Kemarin dia pulang ke Indonesia. Kami berencana untuk berkumpul makan malam bersama"
"Oh... berarti kamu tidak akan makan malam di rumah hari ini, kira – kira kamu pulang jam berapa sayang" sepercik nada kecewa tersirat dalam suara Mimi
"Kamu marah ya, bagaimana kalau kamu ikut saja ok, teman – teman ku juga sudah menanyakan terus kapan bisa bertemu dengan kamu, mereka hanya sempat bertemu kamu di pesta pernikahan kita sayang. Mau ya... aku jemput jam 6 ok" bujuk William yang mendengar nada sedih dalam suara Mimi, dalam hatinya William berharap kali ini Mimi mau diajak berkumpul dengan teman – temannya.
"Kamu dengan teman – teman mu saja sayang, saya tidak apa kok. Lagi pula masih ada design perhiasan yang harus ku selesaikan segera. " elak Mimi.
"Hhhh... kapan kamu mau ikut berkumpul dengan teman ku sayang, teman ku baik kok" bujuk William.
"Kamu tau aku tidak suka keramaian kan sayang, kalau aku memaksa ikut nanti malah membuat suasana tidak enak, sudah kamu bersenang – senang saja ok." Jawab Mimi.
Di kejauhan Eva asistennya tampak melambaikan tangan tergesa berjalan kearahnya, Mimi menganggukan kepala sambil mengangkat tangannya sekedar tanda meminta asistennya menunggu sebentar.
YOU ARE READING
Can I
General FictionApakah kalian mengerti arti dari bahagia? Dulu aku pernah merasakan hangatnya kasih sayang keluarga, sampai akhirnya pada hari itu, seluruh hidupku serasa runtuh. Ibu yang sangat ku cintai pergi meninggalkan kami selamanya. Yang tertinggal hanyalah...