-

7.6K 645 320
                                    

Bagas

"Ati-ati ya, abang. Jangan lupa tanggal 25!" Gue menutup telefon setelah sejam penuh setia mendengarkan suara manis khasnya dia, yang dari dulu nggak pernah berubah, selalu bikin betah mengobrol lama-lama. Sama kayak tadi, di saat orang lain istirahat makan siang. Gue menghabiskan waktu di ruangan, dengerin curhatnya dia dan ikut berbahagia.

Bahagia itu sederhana. Memang. Dan bahkan gue pun nggak pernah menuntut banyak untuk mengukur kebahagiaan. Kadang, cukup dengan liat orang lain bahagia, gue pun bakal turut merasakannya. Apalagi kalau si pihak lain itu punya posisi khusus di hati dan pikiran. Maka ketulusan mana lagi yang kau dustakan? Liat dia bahagia dengan apapun pilihannya, bakal dengan sangat otomatis membahagiakan lo juga. Seperti kata Robert A Heinlein dalam bukunya "Stranger in a Strange Land": 'Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own.' Gila gaya bener ya gue. Tapi emang bener kok, om Robert.

Tok tok! seseorang mengetuk pintu ruangan kerja gue dan menyadarkan gue dari lamunan siang bolong, dia datang bawa sebungkus salad bumbu kacang yang orang pasti lebih familiar dengan nama lotek.

"Ul," sapa gue sambil nyengir, senang bisa memperbudak si Paulus, "Susah beli lotek, Ul?"

"Menurut lo?! Mana ngantri banget lagi nih warung. Heran gue kenapa banyak yang beli, modalan sayur rebus doang." Si Paul menjawab dengan betenya.

"Lo gak liat proses si mbanya ngulek emang ya? Nah itu yang bikin ngantri, Ul."

Si Paul tergelak, "Bener juga. Gue curiga, lo sering kesana jangan-jangan bukan karena loteknya enak ya, bang. Tapi karena yang nguleknya cewek bohay."

Giliran gue yang tergelak. Nggak, kok. Nggak sekali.

"Ul, lo bisa urus ulang jadwal gue, nggak? Buat tanggal 25, dibersihin ya."

"Bisa diatur," Katanya sambil duduk di sofa ruangan, "Emang mau kemana bang?"

"Ada nikahan adek." Gue menjawab sekenanya.

"Adek lo? Si Fabian? Dia bukannya lagi S2 di SG?"

Gue mengangguk. Mengiyakan Fabian sedang menempuh pendidikan Strata Dua di Singapura.

"Lha, dia nikah sambil S2? Gila, kalah lo bang sama adek sendiri."

"Bukan, bukan dia yang nikah."

"Terus siapa?"


"Adek perempuan gue, Danisha Aline."

nepentheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang