01. introducing, xii-a

38 3 4
                                    

Hari ini merupakan hari pertama penerimaan murid baru ajaran 2017/2018. Ada yang menjalaninya dengan senang riang, ada yang malas-malasan, ada juga yang deg-degan karena memasuki suasana baru.


"OOOOOOYYYY ASSALAMUALAIKOOOOOMMMM!" siapa lagi kalo bukan suara Ong Seongwoo yang abis upacara panas-panasan aja masih hiperaktif.

Dia masuk ke ruangan yang bertuliskan "XII-A" sambil melepas topinya lalu berpose ala bintang iklan. Walaupun sapaan teriak-teriaknya gak kayak bintang iklan sama sekali.

"Berisik banget anjing pagi-pagi," omel Hwasa yang duduk di baris kedua dari depan dan kini Ong berpose di depannya. "Salah apa gue bisa sekelas sm lo."

"Astagfirullah bu Haji, kalo orang ngasih salam mah dijawab atuh," kata Ong, "tapi tenang, Sa, di tahun terakhir SMA ini gue bisa kasih jaminan bahwa hidup lo tambah berwarna karena sekelas ama gue," sambil duduk di kursi depan Hwasa sambil menggodanya.

"Apalagi sama gue yang duduk di sebelah lo, Sa," tiba-tiba datang Jisoo sambil menaik-naikkan alisnya. Tanpa Hwasa sadari, tas Jisoo sudah ditaro rapi di meja sampingnya sedari tadi.

"Ya Allah salah apa gue," kata Hwasa sambil menutup kepala dan muka dengan pashmina yang dibawanya.

Siapa sangka dua orang berkelakuan random dan suka bikin bingung ini bisa sekelas. Ya gimana gak bikin bingung, wajah dan penampilan mereka memang diatas rata-rata, teman mereka juga banyak dimana-mana. Yang ngefans? Duh gak usah ditanya, dari kakak kelas, teman seangkatan, adik kelas, tidak sedikit juga guru yang menganggap mereka sebagai murid kesayangannya, terutama sama Ong.

"Ong kenapa lo toa banget sih! Berisik tau!" suara Ong yang menggelegar itu ternyata sampai juga ke ujung kelas, tempat para pelor berkumpul. Di barisan itu ada Exy yang lagi ngomel-ngomel, Yooa yang lagi ngeliatin feed Instagram sambil menidurkan kepalanya di atas meja, Jeonghan yang udah siap memasang headset untuk mendengarkan lagu dan berangkat tidur, dan Dowoon yang udah tidur daritadi, bahkan kayaknya gak ikut upacara.

Oh iya, ada satu orang lagi yang duduk di sebelah Jeonghan baru masuk. Cowok ini juga salah satu cowok andalan di angkatan; selain tinggi dan ganteng, teman tongkrongannya juga berasal dari berbagai kalangan sekolah dan kelas.

"Morning, ladies," sapanya seiring melewati meja Exy dan Yooa. "Cantik-cantik kok udah emosi pagi-pagi?"

Perkenalkan, dia adalah Johnny, yang kelakuan gombalnya rada-rada kayak Mas Okis di webtoon Terlalu Tampan.

"Tau nih! Ayo pada semangat dong, ges! Kayak Kei dong, udah semangat banget nih kayaknya menuntut ilmu." Banyak comment banget deh lo, Ong, kayak The Comment.

"Yak! Jadi di hari yang berbahagia ini, kawan-kawanku semua, kita sebagai generasi penerus bangsa harus menyebarkan energi positif!" Ong mengangkat tangannya, seakan-akan mau orasi, sampai ia merasa tangannya berbenturan dengan sesuatu.

Maksudnya seseorang. "Oi, semangat amat, Ong, pagi-pagi."

"E-eh m-maap, Ho!" Ong langsung panik. "Sakit gak?! Perlu gw bawain es gak bos?! Lo mau apaan, Ho, gw siap laksanakan gerak!"

Orang itu adalah Dongho, salah satu sosok yang paling ditakuti satu sekolah. Selain perawakannya yang kelewat gahar, badannya yang selebar kulkas dua pintu itu membuat bahkan seorang Ong Seongwoo bisa bersikap segan.

"WAKAKAKAKAKAKAKAKAK MAMPUS LU ONG! HO, SIKAT AJA EGO, HO!" Nah, kalau yang ini namanya Bobby. Gak kalah rusuh sama Ong, gak kalah kompor sama Ong, tapi kalau Ong disayang sama banyak guru, kalau Bobby justru sering bikin guru sakit kepala karena sering ikut tawuran.

Berjalan di sebelah Bobby ada Mimi, cewek yang paling cees sama Bobby selain Jisoo.

"Hei, Anda ini! Berani-beraninya seorang rakyat jelata memanggil Paduka Dongho dengan sebutan 'ego' versi singkat dari 'bego'?!" mata Ong mulai membelalak dan suaranya juga ikut meninggi. "Paduka, beri saya sepuluh pemuda dan akan ku hancurkan dia!"

Di saat Ong sedang mencurahkan seluruh jiwa raganya untuk berakting drama, tiba-tiba sosok berambut panjang datang sambil berlari-lari, membuat ia terlihat sedang shooting iklan sampo. "GUYS! SIAGA 1! YANG TIDUR AYO BANGUN! YANG LAIN BURUAN DUDUK!"

"Bok, nape dah lu masuk-masuk panik?" ujar Mimi heran.

Belum sempat sosok berambut panjang itu menjawab – oh iya, nama dia Moonbok ya, ges – suara high heels itu memasuki ruangan kelas mereka dan seketika membuat kelas mereka menjadi lebih dingin. "Yang masih mau main-main, silahkan keluar."



Glek. Seluruh murid di kelas XII A langsung duduk di tempatnya masing-masing dengan tegak, tidak ada lagi yang tidur, tidak ada lagi yang pake headset. Seluruh murid mulai mengalami perdebatan batin.


Ya Allah, jadi gini akibat kurang sedekah.

Apa ini ganjaran gue sering males ke gereja?

Sungguh Maha Dahsyat cobaan-Mu kali ini, Ya Allah.

Jadi begini yang namanya tercyduq.


"E-eh, Ibu," Ong terbata-bata. Kayaknya saking shocknya sampe gak bisa ngibrit deh tuh orang. Kayak di film-film gitu deh, di saat yang lain udah lari ngibrit, pasti ada satu orang yang tertinggal dan alhasil tertangkap basah. "Saya mah udah siap banget, Bu, menuntut ilmu untuk masa depan, hehehehehehehe... Ini lagi mungutin sampah aja, Bu, nakal nih Bobby tadi buang sampah sembarangan..."

Sosok yang ditakuti oleh seluruh warga kelas, bahkan seluruh warga SMA 1001 sebenarnya, adalah Ibu Kahi. Salah satu guru yang paling cantik, namun karena kedisiplinannya yang ketat membuat ia ditakuti. Bahkan sang Kepala Sekolah, Pak Sungkyun, pun takut dengan beliau. Lah, yang kuasanya lebih tinggi siapa, yang takut siapa.

Bu Kahi tersenyum simpul, tanda basa-basi dan menahan emosi. "Seongwoo, duduk."

Tanpa pikir panjang, Ong langsung kembali ke tempat duduknya. Ngibrit sampe kepentok ujung meja.

"Selamat pagi anak-anak," ujar Bu Kahi. "Mulai dari hari ini sampai satu tahun ke depan, saya adalah wali kelas XII A. Saya harap kalian lebih disiplin daripada tahun sebelumnya, mengingat kalian harus menghadapi banyak tryout dan ujian."

Beranjak dari tempat duduknya, Bu Kahi mulai mengelilingi kelas, sembari menghafal siapa saja yang akan menjadi murid-murid bimbingannya selama satu tahun ke depan.

"Saya akan masuk 5 menit setelah bel berbunyi, dan saya harap ketika saya masuk, tidak ada lagi barang di atas meja kecuali buku cetak, buku catatan, dan tempat pensil. Saya tidak mau ada barang lain selain yang saya sebutkan. Saya rasa permintaan saya cukup mudah dimengerti dan dilaksanakan. Sampai sini apakah ada yang mau bertanya atau keberatan?"

Terlihat seluruh murid kelas menggelengkan kepala, pertanda bahwa tidak ada satupun dari mereka yang keberatan dan bisa dinyatakan setuju dengan permintaan Bu Kahi.




Dengan wali kelas seperti Bu Kahi, apakah murid seabsurd Jisoo, Ong, dan Moonbok bisa berkreativitas tanpa membuat beliau membelalakkan matanya? Apakah Dongho, Bobby, Mimi, dan Hwasa bisa stay out of trouble demi keselamatannya sendiri? Apakah Kei bisa mempertahankan reputasinya sebagai anak rajin? Akankah Jeonghan, Exy, Yooa, dan Dowoon memiliki waktu tidur yang cukup?



Atau... Apakah murid sekadal Johnny malah akan nekat untuk centil ke Bu Kahi? 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang