part 3

58 5 1
                                    

Happy reading ^^

"woi liat pr lo dong"

"Gue juga belum buat tai"

"Eh..eh.. minjem buku lo dong"

"Buatnya di meja gue aja"

"Liat oi, liat."

Kira-kira begitulah kegaduhan yang di buat oleh anak-anak ipa 4 pada pagi hari.

"Udah pr Matematika Ra?" Ucap Gisel saat melihat Dhera yang baru datang.

Dhera yang lemot itu terlihat berfikir sejenak lalu setelahnya ia memukul kepalanya sendiri.

"Yaampun, buku Rara kan masih sama kak Will." Seru Dhera sambil menggigit bibir bawahnya. Dhera terlihat seperti orang bodoh saat ini.

"Semuanya, duduk oi duduk! Pak Joko udah otw."  Teriak Bobby dari ambang kelas. Bobby adalah ketua kelas yang paling bijak dan tegas menurut teman-temannya tidak heran kalau banyak dari mereka sering meminta solusi tentang masalah yang sedang dihadapi.

"Anjir, pakek dateng segala tu pak Joko" umpat Dhera kesal.

"Selamat pagi semua." Sapa pak Joko dan dibalas sapaan kembali oleh mereka.

"Baiklah, minggu lalu bapak telah memberi tugas rumah kepada kalian. Sekarang kumpul per-baris. Yang tidak mengerjakan tugas rumah harap maju kedepan!"

"Mampus gue" muka Dhera sekarang sudah pucat seperti mayat hidup sebab sebodoh bodohnya Dhera, ia masih mau mengerjakan pr dan itupun dibantu oleh Willdan, kakak kelas sekaligus sahabat yang sudah perturut-turut mendapat juara 1 umum di sekolahnya.

"Dhera, pr lo mana?" Ucap Bobby yang bertugas mengumpulkan buku teman-temannya itu.

"Eh.. anu.. buku Rara, aduh gimana ya ngomongnya" kata Dhera sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Sebenarnya Rara buat pr, tapi bukunya ada di kelas kak Willdan."

"Kenapa bisa bukunya disana?"

"Semalem Rara minta ajarin pr nya sama kak Will, jadi gimana dong?"

"Yaudah, buruan lo ke kelasnya dia. Biar gue yang ngulur waktu disini tapi cepet ya, lari." Bisik Bobby di iringi senyuman manisnya.

"Beneran? Aduh, makasih ya Bobby, lo tuh emang temen gue yang paling best" ungkapnya dengan semangat lalu berjalan kearah pak Joko dan menjalani misinya itu.

"Teman? Kok gue ngerasa keberatan ya" gumam Bobby pelan.

Setelah meminta ijin kepada pak Joko dengan alasan mau buang air kecil Dhera pun berjalan dengan cepat yang membuat langkah kakinya menggema di sepanjang koridor kelas yang sepi karena murid-mirid yang sedang belajar di dalam kelas.

Kakinya berhenti melangkah karena mendengar namanya dipanggil oleh seseorang. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Kira-kira perumpamaan itulah yang paling cocok untuk mengambarkan keadaan saat ini. Willdan, iya Willdan lah orangnya yang memanggil Dhera.

"Nah ini dia kak Willdan, padahal Rara mau keke..." Dhera langsung berhenti bicara karena baru ingat kalau ia sedang marah kepada Willdan.

"ehm, pr Rara mana? Ucapnya sok cuek.

"Ini buku lo"

"Makasih" saat ia hendak melangkah pergi kekelas, tangannya di cekal oleh tangan seseorang.

"Kenapa? Rara lagi buru-buru!" Kata Dhera saat melihat tangannya di cekal oleh Willdan

"Masih marah?" Kata Willdan saat mendengar perkataan Dhera tadi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UncertaintyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang