Him..
Semua kenangan itu kembali saat aku bertemu dengannya. Sore itu di sebuah stasiun.Aku bertatap muka dengannya. Seorang gadis yang kini sudah menjadi wanita dewasa. Dia masih sama seperti saat kami berpisah dahulu.
Rambutnya masih panjang dan bergelombang bagai rumput laut. Matanya masih memancarkan binar-binar kebahagian walau aku sudah pernah meninggalkannya untuk waktu yang lama.
Kami bukan berpisah, aku yang meninggalkannya di stasiun waktu itu. Meninggalkannya saat dia bersedia untuk menyerahkan hidupnya kepadaku. Dia adalah seorang gadis yang penuh impian. Pertemuan pertama kami adalah di stasiun yang kini menjadi tempat aku berdiri.
Saat itu tersesat dan gadis itu menawari bantuan dan dengan singkat aku jatuh cinta padanya. Gadis itu membuatku untuk terus tetap tinggal. Dia membuat duniaku jadi lebih kecil. Aku tak tau apapun selain dia.
Tapi aku merindukan duniaku yang luas. Aku ingin pergi. Tak ada yang lebih menakutkan memiliki dunia kecil seperti gadis itu. Dia tinggal di tempat sama untuk separuh kehidupannya. Bertemu dengan orang yang sama dan melakukan hal yang sama. Dunia yang lebih luas memanggilnya tapi dia menolak panggilan itu untuk tetap tinggal di sangkarnya. Jika terus begitu, aku yang bisa mati. Untuk apa mencinta tapi kebebasanku terkekang. Maka saat kesempatan untuk pergi dari dunia kecil gadis itu datang, tak kusia-siakan. Hari itu tanggal 10 oktober, kami berjanji untuk mengikat janji sehidup semati dan aku pergi.
Aku memang bebas. Dunia sudah kujelajahi dengan sempurna tapi duniaku mendadak kosong. Aku tak lagi menemukan kepuasan yang dahulu aku rasakan saat berkelana.
Hatiku sesak tiap kali mengingatnya. Aku tak tau mengapa itu terjadi yang jelas aku merindukannya. Satu atau dua hari kemudian, seminggu bahkan bertahun-tahun aku masih merasa kosong yang sama.
Waktu terus bergerak Tapi aku hanya melihat langit dengan pikiran kosong dan semua kenangan kebersamaan kami. Aku ingin menertawai diriku sendiri. Bukan dunia bebas ini yang aku inginkan tapi dunia bersamanya adalah impianku.
Aku membuang impian itu, aku baru tau apa itu kosong saat meninggalkannya di atas altar. Aku ingin kembali. Tapi aku tak harus bilang apa saat kami bertatapan nanti. Aku tak mampu mendengar amarahnya karena itu akan sangat menyakitkan bagiku. Tapi diam juga akan membuatku terus terperangkap dalam kosong yang berujung. Aku ingin tau kabarnya. Aku ingin dengar suaranya aku ingin melihatnya. Karena aku merindukannya, kembali merindukannya bahkan saat aku memejamkan mata, aku tenggelam dalam air mata.
Aku terus memikirkan kehidupan dengannya jika aku tetap tinggal bersamanya. Menghabiskan hari tua bersamanya dan memiliki banyak anak bersamanya. Lalu kemudian aku berpikir apa dia merasakan rindu yang sama denganku?
Berkali-kali aku berharap kalau cinta yang kumiliki hilang ditelan lupa tapi sayangnya tak bisa. Aku terus memikirkannya dari hari ke hari sampai hari ini. Saat aku melihatnya lagi di stasiun itu aku masih mememiliki rindu yang sama.
Aku berharap bisa memberitahunya kalau yang kita miliki saat ini hanyalah kesalahan waktu. Aku ingin memberitahunya bahwa aku begitu bodoh untuk tak mencoba hidup bersamanya.
Aku ingin memberitahunya bahwa aku menyadari hidup tanpanya hanya membuat duniaku kosong tak berujung. Aku ingin memberitahunya bahwa aku masih mencintaimu, mencintaimu dan terus kembali ke saat bertemu denganmu dan pergi dari hidupmu.
Aku masih di sini.
Di stasiun tempat kita berpisah. Aku berharap bisa menulis kembali kisah yang dahulu pernah aku tinggalkan. Aku berharap bisa memutar waktu dan mengatakan apa yang hendak aku katakan padanya saat kami bertatap muka.
Aku ingin memeluknya.
Aku ingin menggenggam tangannya
Aku ingin bercerita semua hal.Aku ingin menyampaikan semua pemikiranku sebelum berkarat dimakan usia. Tapi, aku lagi-lagi berhenti.
NOTE AUTHOR:
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yha biar tidak disangka ghost hehe ,ohiya kalo kalian suka sama cerita nya jangan lupa buat tambahin ke daftar list bacaan kalian :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Him
Teen Fictionkamu yang selalu membuatku menunggu membuatku beranjak pergi dalam hatimu