Kau tahu suasana apa ini. Hanya ditemani temaram lilin Minanti membaca lembar demi lembar surat yg masih tersimpan dengan apik. Aku tak akan bisa membayangkan betapa sepinya hidup seorang diri. Sungguh Minanti yg tegar dan kuat, gadis 20 tahun yg mampu mengendalikan kehidupannya seorang diri.
Ia terduduk sembari membuka sebuah surat. Iya surat itu surat pertama saat ia mulai mengenal seseorang itu. Sebuah balasan dari seseorang yg mengabarkan bahwa semua yg terjadi tidak baik2 saja.
"Untuk Minanti"
Maaf, aku harap setelah engkau membaca surat ini km tak akan kecewa dengan keadaan yg sebenarnya. Alamat rumah yg km tuju, bukanlah alamat rumah ayahmu. Maaf jika ku lancang telah membacanya. Tp sungguh aku membalas surat ini agar engkau tak terlalu berharap dengan sesuatu yg tidak ada. Sekali lagi aku minta maaf atas kelancanganku. Aku harap engkau tak marah.
Salam Dariku"
Surat yg tak menunjukkan dengan jelas siapa seseorang itu. Minanti tersedu saat membaca, ia marah dengan bapaknya, ia marah dengan dunia yg melahirkannya. Tp dilain sisi kekuatan untuk tegar itu ada. Sebab surat itu membuatnya ingin membalasnya.
"Untuk Minanti"
Aku berjanji akan mengirimkan surat balasan tepat ditanggal ini. Jadi aku harap km tak lupa, jngn menyerah walaupun engkau tak bs melanjutkan sekolah sampai SMA. Aku akan mengirim ini buku2ku yg mash bisa digunakan. Kau hrs tetap belajar, jangan menyerah karena keadaan. Owh iya Minanti aku berharap bs mengajakmu ke kampus, karena di tempat ini km akan bisa belajar banyak hal. Km hrus menikmati suasana ini, kau bs bayangkan bukan lalu lalang mahasiswa yg membawa buku. Duduk di rerumputan sembari berdiskusi tentang isu2 hangat. Wahhhh disini sangat menyenangkan kau pasti akan mengagumi tempat ini. Baiklah Minanti aku harap km dn ibumu baik2 disana.
Salam Dariku"
Semenjak Minanti membaca surat itu. Keiingan kuat itu muncul kembali. Ia tak bis membayangkan betapa indahnya dunia di luar sana. Banyak hal yg bahkan Minanti tak tahu, sebab setiap hari dia hanya akan diuguhi pemandangan swah yg membentang di sepanjang desa ini.
Surat itu berbalas setelah Minanti mulai membuka hidupnya, ketika hatinya mulai mengeluh karena keadaan. Ia tak mungkin mengatakan semua beban dan keinginannya pada ibu yg sudah renta karena penyakit. Menatap wanita paruh baya itu saja Minanti tak kuasa , apalagi ia meminta sembari merengek permintaan yg tak bisa dijangkau.
"Untuk Minanti"
Bagaimana kabarmu dan ibumu?, Apa semuanya baik2 saja. Aku harap semua baik2 saja disana. Mendengar kalau hasil panen kali ini banyak, aku jadi ingin sekali pergi ke tempatmu. Sungguh aku ingin merasakan bagaimana itu mencangkul dan memakai caping seperti yg para petani lakukan. Itu pasti sangat menyenangkan. Owh iya apa buku2 yg aku kirimkan sudah habis engkau baca? Jika memang telah habis, kali ini aku akan mengirim ini novel2 kesukaanku. Dan kau harus membacanya. Minanti aku sangat senang bisa berbalas surat setiap bulan denganmu. Pasti akan lebih menyenangkan lagi jika kita bisa bertemu. Tapi tak masalah jika kesempatan bertemu kita belum datang, suatu saat pasti akan terjadi. Jaga dn rawatlah ibumu dengan baik. Dan semoga ibumu lekas sembuh.
Salam Dariku"
Lembaran yg tertulis seolah menjadi sabda bagi Minanti. Tuhan mungkin telah mentakdirkan kehidupan walaupun tanpa pertemuan. Rasanya kasat mata, tp bg Minanti seseorang itu sangatlah nyata, dekat dengan dirinya, dan tahu segalanya tentang apa yg dia pikirkan. Ya Tuhan Minanti sesenggukan membaca itu, kali sebulan setelah surat yg ia kabarkan kepada seseorang itu. Minanti menangis mengingat ibunya, adakalanya ia ingin memintanya kembali pd Tuhan.
"Untuk Minanti"
Kali aku tidak tahu kata apa yg pantas aku tulis untuk menggambarkan kesedihanmu. Aku tahu dan aku mengerti perasaanmu. Pasti kau sangat kehilangan, aku juga ikut bersedih Minanti atas apa yg terjadi pada ibumu. Tp Minanti aku hanya sekedar mengingatkan bahwa engkau, ibumu dan aku adalah makhluk-Nya. Kau paham maksudku bukan! Silahkan bersedih untuk saat ini, tp Minanti segeralah bangkit dan mulai lagi rajutan hidupmu yg indah. Jangan sesali dan biarkan rasa kehilangan ini mengalir seperti yg seharusnya.
Minanti aku kirimkan sebuah buku yg aku harap bisa menjadi inspirasi untukmu. Jangan larut dalam kesedihan, hidupmu masih panjang, amat sangat panjang jangan lewatkan hidup yg indah ini dengan begitu saja. Jaga dirimu baik2 , semoga kita lekas bertemu diwaktu yg tepat.
Salam Dariku"
Minanti sangat merindukannya, amat sangat, perhatian dan segala yg tertulis dalam lembaran itu. Malam ini sangat dingin listrik pun masih belum menyala.
Seseorang itu menghilang begitu saja, tak ada apapun yg bisa Minanti lakukan, walaupun sesungguhnya bisa saja Minanti pergi ke tempatnya, tp sungguh sekali lagi Minanti bertahan untuk tetap berada di tempat ini.
Tak ada yg bs ia lakukan selain tetap menjalani hidup seperti yg seseorang minta. Setiap surat yg dibalasnya selalu meminta Minanti untuk tegar dan kuat untuk bertahan dalam kehidupannya.
"Untuk Minanti"
Aku senang mendengarnya Minanti. Kau memang gadis yg luar biasa, aku senang jika kau sudah bisa mempelajari resep masakan dari buku yg aku kirimkan. Minanti tetaplah belajar dan baca semua buku yg aku kirimkan untukmu. Aku yakin buku2 itu pasti membantumu. Mungkin kali ini kau sudah bisa belajar membuat masakan enak, mungkin lain hari kau akan jadi guru di desamu. Tidak masalah Minanti kesempatan sekolah itu pasti datang, bersabarlah dan tetap tekun belajar. Perbanyak bekalmu, dengan demikian kau akan menjadi gadis yg luar biasa.
Salam Dariku"
Ya Tuhan malam semakin larut, keheningan dan kesepian ini semakin memeluknya. Diantara banyak hal yg amat ia senangi adalah kegelapan dan keheningan. Sebab keadaan inilah yg membuat Minanti belajar untuk bangkit. Jangan pernah kalian bayangkan bagaimana rasanya berada dalam keadaan sepertinya, itu sangat menyakitkan.
"Untuk Minanti"
Aku tidak tahu km akan membacanya dengan ekspresi seperti apa?, Tp Minanti sekali lagi aku katakan. Sungguh belum saatnya engkau memulai kehidupanmu dengan keluar dari tempatmu Minanti. Tunggulah sampai engkau benar2 siap. Aku tahu engkau gadis pemberani, tp Minanti bukankah aku sering menceritakan bagaimana kerasnya hidup di tempatku seperti ini?. Jadilah gadis yg luar biasa, maka engkau akan lebih muda datang ke tempatku dengan rasa hormat. Bila engkau datang sekarang Minanti, aku tahu kau hanya akan jadi gadis biasa2 saja. Kumpulkan bekalmu dulu, jngn terburu-buru untuk datang kemari. Engkau masih punya banyak waktu Minanti untuk mempersiapkan segalanya.
Aku mengatakan semua inipun demi kebaikanmu, tak sampai hati aku mengatakan kebohongan padamu.
Salam Dariku"
Minanti sangat paham kenapa seseorang itu memintanya melakukan hal itu. Dia sadar tak ada siapapun yg bisa ia genggam ditempat itu, tak mungkin baginya menggantungkan hidup pd seseorang itu. Minanti harus punya cukup uang jika memang ia ingin pergi ke tempat itu.
Lembar demi lembar surat yg ia baca berulang-ulang seolah memberinya kekuatan untuk segera bangkit dari hidupnya yg menyesakkan. Ia kembali beranikan diri membangun setengah harapan yg masih tersisa untuknya. Ya Tuhan gadis itu telah berharap pada lembaran kertas yg bahkan ia sendiri tak tahu siapa yg mengiriminya. Tak apa memang pada kenyataannya hanya surat itu yg bisa diajaknya mengeluh akan hidupnya.
Malam yg pekik, dingin menyapanya lagi dengan balutan angin khas pancaroba. Minanti menarik selimutnya, bersembunyi dalam kehangatan yg indah. Ia tahu esok hrus lebih baik, memulai segalanya dengan lebih baik. Hanya Minanti, surat-surat itu seperti lembaran kasih sayang yg tak pernah ia dapatkan. Walaupun ia sangat ingin sekali untuk bertemu dan menemui seseorang itu. Tp malam ini Minanti telah memutuskan untuk tetap tinggal.
The End
Inuywhy
19-04-17
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat-surat Minanti
Short StorySiapalah Minanti? Dia hanya gadis desa sederhana. Dia hanya menggantungkan hidupnya pada gubuk tua dan sebidang tanah yg menjadi warisan ibunya. Tp dia mulai berharap, ketika surat2 itu datang padanya. Sepucuk surat yg kembali membangunkan hidupnya...