Bersama dengan para anggotaShinsengumi lainnya, Hijikata Toushirou masuk ke dalam sebuah gedung mewah dengan gemerlapan lampumembikin silau. Orang-orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan mereka—minum-minum dan memanjakan diri sendiri—kompak menjeda gerak.
Mengisap rokok yang ada di celah bibir, navy tajam menjelajah cepat—mencari target 'perburuan' Shinsengumi malam ini. Janki Akage, seorang pemain mahjong profesional dari geng Kada. Bukan itu yang membuat lelaki dengan rambut merah tersebut menjadi sasaran Shinsengumi, melainkan tindakannya dalam menyebarkan obat-obat terlarang di Edo lah yang membuatnya akan diciduk Shinsengumi malam ini.
"Hijikata-san, Janki Akage ada di ruang sana. Aku mau pergi menonton drama di TV malam ini, jaa!" Tunjuk Okita menggunakan pedang, di samping lelaki bergelar do.S itu ada sosok Kada yang terlihat menggunakan kipas, terbentang menutupi separuh wajah.
"TEME, KEMBALI KEMARI SOUGO!" Hijikata sulit kalem, Sougo sungguh membikinnya nyaris hipertensi. Teriakan Hijikata hanya dibalas dengan lambaian tangan dari Okita yang berjalan pergi.
"Terima kasih sudah mau bekerja sama," ucap Yamazaki menggantikan kedua atasannya yang terlihat enggan mengucapkan terima kasih.
"Zaki, pastikan semua jalan keluarnya ditutup! Aku yang akan pergi mengurusnya."
***
Gintoki benar-benar yakin bahwa dewi keberuntungan saat ini benar-benar menjauhinya. Setelah kalah dan harus kehilangan pakaian—yang menyebabkan ia hanya mengenakan selembar boxer pink bergambar stroberi—ia juga masih harus menghadapi kesialan berikutnya yaitu bertemu dengan Kanbe si pembaca keberuntungan. Babak satu, babak dua, mereka menang. Tapi saat babak tiga, Kanbe ketahuan curangnya.
Ia, Hasegawa, dan Kanbe terpaksa diseret menemui Janki Akega. Setelah perundingan rumit, tentu. Pilihannya menang atau dilempar ke teluk Tokyo.
Janki memasang senyum seringai, senang saat ia mendapat kemenangan mutlak di awal permainan ini. "Kalian tak punya poin sama sekali, jadi bersiaplah untuk kalah."
Hasegawa yang melihat seringaian itu menjadi pucat. Tangannya basah karena keringat. Ia belum siap jika harus ditenggelamkan di teluk Tokyo. Ia belum rujuk dengan Hatsu, ia juga masih belum punya rumah dan pekerjaan tetap yang bisa menjadi pertimbangan Hatsu untuk kembali lagi jadi istrinya.
"Tidak ada yang bisa bertaruh lagi," pungkas pria yang mengenakan mage di atas rambutnya yang tebal itu.
Mendengar ucapan merendahkan dari lelaki di hadapannya, Gintoki memalingkan wajah sambil berdecih nyaris meludah, "Nol atau apa pun, seorang pria tidak bertaruh dengan poin!" Menaruh kedua tangannya di depan dada, kini mata Gintoki menatap sinis pada lawan mainnya.
"Hm... Lalu apa yang akan kau lakukan?" Ada nada mengejek dalam pertanyaan yang Janki Akega ajukan.
Gintoki bangun dari kursi setelah menggesernya. Berbalik memunggungi para pemain malam ini, tangan Gintoki terangkat menyentuh kain jas di pundak. Gerakan tampak melambat di setiap pasang mata, Gintoki mulai menurunkan kain yang menutupi kemeja, setelah jas yang ia kenakan terlepas tangannya terangkat menyentuh kancing kemeja putih. Menatap malu-malu ke belakang, Gintoki mulai berlagak seperti para pemuda lambai di luaran sana.
Kemeja putih telah tanggal dan menampakkan punggung seputih salju dari lelaki berjuluk Shiroyasha. Terdengar tegukan ludah berat dari belakang. Bahkan Hasegawa yang sering melihat Gintoki tak percaya bahwa aura yang Gintoki keluarkan bisa se-sensual ini.
Hasegawa merapal mantra. Ia lurus, tidak belok. Ia lurus, tidak belok. Ia lurus, nyari belok—eh?
Saat ketiga orang tersebut masih sibuk memandangi Gintoki, ternyata celana bahan yang dipakai oleh ketua Yorozuya itu telah melorot hingga lantai. Kini terpampang sudah tubuh full naked Gintoki dari bagian belakang.
YOU ARE READING
Game for Tonight is Game Over!
FanfictionRe-Publish dari akun saya di Ffn. . Singkat kata, Hijikata Toushirou dibakar api cemburu ketika bertugas. Ketidakpekaan Gintoki kadang memang super keterlaluan. . Gintama sepenuhnya milik Sorachi Hideaki. Fanfict ini sepenuhnya milik saya. Cover fi...