💎Renjana 💎

4 0 0
                                    

Tiba-tiba hatiku berdenyut. Mengingat puing-puing kenangan bersamanya. Sosok yang pernah singgah di hati, namun tak berniat menetap kembali. Sosok yang pernah mewarnai hari-hari, hingga ku lupa pada kelam yang membelenggu diri. Sosok yang selalu ada kala kesedihan menyapa. Sosok yang mengenalkanku akan cinta dan mengajarkanku akan luka.

Ku menatap rintikan hujan yang beradu. Membasahi bumi tanpa rasa malu. Mataku beralih pada mawar kering yang tergeletak di atas nakas. Menghembuskan napas pelan lalu memejamkan mata perlahan. Meskipun sudah lama berlalu, namun rasanya masih sama. Menyesakan. Ah, sangat menyesakan lebih tepatnya.

Andai saja mesin waktu memang nyata adanya, mungkin aku akan pergi ke masa lalu. Mengulang setiap momen indah yang tercipta. Bersamanya. Hanya bersamanya. Tapi ku tahu, hal itu tak kan mungkin terjadi. Karena faktanya dia memang sudah pergi. Membawa serta hatiku yang sudah ku berikan sepenuhnya. Meninggalkan ku dalam sepi.

Menyesal? Tentu saja tidak. Bahkan aku bersyukur. Tuhan telah mempertemukanku dengan sosok seperti dirinya. Meskipun pada akhirnya aku harus merasakan sakitnya sebuah perpisahan, namun aku tahu bahwa Tuhan punya skenario indah untuk setiap hamba-Nya.

Aku bangkit. Melangkah perlahan menuju tempat tidur. Ku baringkan tubuh yang terasa lelah. Tanganku tak sengaja menyentuh sepucuk kertas yang terselip. Surat terakhir yang dikirimnya sebelum dia menghilang. Hatiku terasa berdenyut sakit. Nama yang tertera di kertas itu membuat sesak menyergapku kembali.

Harris Jung.

Membaca namanya saja membuat hatiku mencelos. Lidahku kelu. Rindu yang membelenggu terasa menyesakkan.

Aku rindu senyumnya.
Aku rindu perhatiannya.
Aku rindu pelukannya.
Aku rindu dirinya.
Aku rindu kamu, Harris Jung.

Aku tak tahan. Kristal bening mendesak ingin keluar. Hingga akhirnya mereka jatuh. Membasahi pipi begitu deras. Aku terisak dalam diam. Bersama hujan aku kembali menangis. Lagi.

🌸🌸🌸

Teruntuk kamu yang pergi tanpa pamit
Terimakasih telah memberiku rasa sakit
Menorehkan luka pahit
Hingga membuat hatiku terhimpit

Tapi tak apa
Ku tahu ini sudah menjadi gurat takdir-Nya
Mungkin memang begitu skenario-Nya
Dipertemukan lalu dipisahkan

Dimanapun kamu berada
Kuharap kamu masih menyimpan rasa
Karena faktanya aku masih mencinta
Sampai kapan pun akan tetap sama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GURAT KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang