Secret Admirer

150 6 2
                                    

Nyatanya PENGAGUM RAHASIA lebih terlihat TULUS dari pada yang sering MENGUMBAR!

----------------------------------------

"Zahra, tolong fotoin gue sama Hanif?"

Zahra mengangguk sembari tersenyum. Ia pasrah ketika Alena menarik tangannya menuju perkumpulan OSIM. OSIM adalah singkatan dari Organisasi Siswa Intra Madrasah.

"Hanif... foto bareng?"

Hanif Musyaffa' menoleh. Ia tersenyum sopan menolak ajakan Alena namun tolakannya yang keukeh seketika hilang saat melihat wajah Zahra disana. Ia hanya mengangguk.

Cekret!
Satu foto telah diambil. Alena sangat senang bisa foto berdua dengan Hanif karena diam-diam ia memendam perasaannya itu. Bukan tak mau memberitahu, hanya saja dia adalah kaum hawa. Mau jadi apa dia nantinya? sementara tanpa diketahuinya, ada akibat dari perbuatannya itu. Ya, satu hati telah tersakiti.

"Lo gak papa?"
Pertanyaan itu terlontar dua kali dari bibir Annisa saat memerhatikan raut wajah sahabatnya yang tak seperti biasanya.

Zahra menggeleng cepat. "Gak papa."

"Trus mukanya kenapa ditekuk gitu?"

Zahra berusaha mengembangkan senyumnya meskipun itu adalah senyum paksaan namun sebisa mungkin ia tetap tegar.

"Yakin gak papa?"
Ulang Annisa tak rela jika Zahra tak mau menceritakan semuanya padanya.

"Enggak, santai aja kali Nis."

Mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas untuk mengambil tas.

Setelah kelelahan panjang yang dilewati hari ini akhirnya mereka pun duduk di kursinya. Zahra meneguk air putih dengan Annisa yang duduk di sampingnya. Sementara satu sahabatnya yang lain yakni Zulfa sudah terlebih dahulu pulang ke rumah.

"Gue seneng banget Ra, akhirnya gak sia-sia perjuangan kita selama ini. Latihan berjam-jam, alhamdulillah sekarang menampilkan yang terbaik!"
Seru Annisa kegirangan.

Siapa yang tak senang? setengah jam yang lalu Kelas XI IPA 1 berhasil menampilkan sebuah drama yang sukses dalam memperingati Hari Guru Nasional pada hari ini. Karena bagusnya drama yang bertemakan "Hari Guru" tersebut membuat semua guru tertegun. Pak Ardit selaku WKM menyuruh mereka menjadikan drama tersebut sebagai film pendek yang nantinya akan menjadi kenangan bagi Kelas XI Ipa 1.

Belum sempat menyambung perkataan Annisa tiba-tiba saja Alena datang dan memeluk erat tubuh Zahra.

"Makasih banyak ya Ra..."

Zahra kaget. Ia berusaha mengembangkan senyuman di wajah cantiknya. "Iya Len sama-sama."

Alena melepas pelukannya. "Lo tahu? Gue seneng banget sampe gak tau mau bilang apa. Foto ini bakal gue simpan."
Ucapnya sembari menunjukkan handphone-nya.

Annisa melirik tak senang melihat sosok Alena Mayasari yang sedang berkoak tak jelas di hadapannya. Ia tahu dengan jelas bahwa sahabatnya Zahra juga menyukai Hanif. Meskipun Zahra tak pernah menceritakan perasaannya itu padanya namun ia sangat yakin kalau diam-diam sahabatnya itu telah menaruh hati pada Hanif.

"Sakit kan?"
Tanya Annisa saat Alena sudah berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Hah?"

"Gue tau semuanya Ra, lo cuma pura-pura bahagia!"

"Maksud lo apa sih Nis, gue gak ngerti."

"Gak papa Ra, lo yang tabah ya!"
Ucapnya samar namun masih terdengar jelas di telinga Zahra. Zahra hanya tersenyum menandakan bahwa ia kuat dengan semua ini.

Kenapa lo gak pernah jujur sama gue Ra? mungkin cuma kata tabah yang bisa gue ucapin buat nyemangatin lo. Gue percaya suatu saat nanti cepat atau lambat lo pasti bakal terbuka dan menceritakan semuanya.

------------------------------

"Nif? foto bareng yuk?"

Hanif tersenyum tulus namun ia tetap bersikukuh menggelengkan kepalanya.

"Sombong banget sih Nif, mentang udah jadi Ketua OSIM!"

Sindiran Alena berhasil membuat Hanif tersadar. Benarkah ia sombong setelah Allah memberikannya tanggung jawab yang begitu besar?

"Maaf Len, foto berdua gak boleh nanti yang ketiganya syeitan."

Caranya sukses mencairkan suasana yang mulai memanas. Alena tertawa seraya berlalu meninggalkan Hanif yang masih sibuk dimintai foto oleh anak-anak lain.

"Ra, tolong fotoin gue sama Hanif?"

Aneh!

Ketika Zahra yang dibawanya, Hanif malah mengangguk setuju?

Hanif menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Cieee yang hari ini jadi artis!"

Godaan Mira berhasil membuat Hanif tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum hingga menunjukkan gigi saingnya.

"Gak jadi artis juga kali Mir."

Mira duduk tepat di sebelah Hanif yang sedang duduk di halte depan sekolah.

"Seenggaknya sekarang lo udah jadi se-terkenal ini Nif! gue iri!"

Almira memanyunkan bibirnya. Gadis berwajah Arab dengan hidungnya yang mancung itu menggoyang kakinya.

"Ini semua cuma titipan Mir, tugas kita cuma melaksanakan tanggung jawab yang diberikan-Nya. Cepat atau lambat ini semua juga pasti akan dikembalikan."

Almira tertegun mendengar pernyataan Hanif. Hal inilah yang membuat dirinya diam-diam menaruh hati pada teman sekelasnya itu. Karena selain pintar, Hanif juga adalah orang yang taat beragama. Wajar saja jika banyak siswi yang nge-fans padanya. Bahkan tadi, setelah acara Peringatan Hari Guru selesai, para siswi lebih memilih meminta foto bersama Ketua OSIM itu. Padahal jika dilihat-lihat, wajah Hanif tak begitu tampan hingga bisa menarik kaum hawa. Namun kembali lagi ke awal, akhlaknya yang sopan dibalut dengan sikapnya yang ramah membuat cowok ini begitu digemari para siswi.

------------------------------

Bismillah😊

Gak tau kenapa ana pengen banget nulis cerita ini. Btw, cerita ini setengahnya murni dari kisah nyata😁 nyesek? hmm pasti hehe😅

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Q A L B U NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang