Aku terdiam menatap sosok diriku yang lain dalam gelap. Namun sejenak kemudian ia berdiri dengan tangan terkepal keras, matanya menyiratkan kebencian yang teramat dalam. Dengan kasar dia menghampiri dan menggenggam erat kerah kemeja ku
"kita tidak bisa seperti ini terus! kita harus melawan!" setelah berucap demikian, genggaman tangannya pada kerah kemeja ku terlepas. Kami terdiam
"Ya.. tapi kamu tahu kan apa akibatnya?" aku mengingatkannya tentang timbal balik yang akan kita dapatkan. Ia tertunduk lesu menyadarinya,
"Baiklah, nanti akan ku cari jalan keluarnya" ucapku padanya. Ia menatap ku beberapa saat kemudia mengangguk. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar ku, seketika juga diriku yang lain itu menghilang,
"Andi! dipanggil ibu tuh" seru seseorang dibalik pintu kamarku yang tidak lain adalah kakak ku,
"Iya mas! aku keluar" segera setelah menyaut, aku bangkit dan melangkahkan kaki menuju ruang keluarga untuk menemui ibu ku.
"Hari ini kamu ngga sekolah ndi?" tanya ibu tetap sibuk dengan jahitannya
"Hari ini Andi libur bu, kemarin udah diumumin sama pak Hafid" Ibu mengangguk dan meletakkan kain dan jarumnya diatas meja, kemudian beliau mulai menatapku sendu. Sambil mengusap kepalaku ibu berkata
"Kalau begitu, kamu main aja keluar, jangan dikamaaar terus" tak lupa pula senyumnya terpampang diwajahnya yang mulai terlihat kerutannya. Ini aneh! tidak biasanya ibu menyuruhku untuk main diluar, ahh. mungkin hanya sekedar perasaan saja.
Sudah 1 jam berlalu. Aku berada dirumah Raka. Raka adalah satu-satunya sahabat terbaik yang ku miliki, ia tak pernah meninggalkanku walau terkadang ia kena bully oleh Rendi cs gara-gara dekat dengan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 HATI DALAM 1 JIWA
FantasySemakin lama, sisi lain diriku semakin nyata. Dan mulai menyeret ku kedalam kehampaan mutlak, oh god.. apa yang harus aku lakukan?