"Kesendirian yang semakin lama semakin menyakitkan" by: Rossi
⭐⭐⭐⭐⭐Sinar matahari pagi yang masuk melalui celah kamar seseorang tersebut mampu membangunkan manusia yang sedang tertidur pulas di atas ranjangnya. Haahhh udah jam berapa sih? Sambil melirik kearah jam OMG udah jam 06:45 aku kesiangan mampus aku terlambat omelnya sambil berlari kearah kamar mandi. Dalam 5 menit dia sudah rapi dengan segala perlengkapannya. Dan langsung berlari keluar rumah dan berjalan kesekolah dengan tergesa gesa tanpa sarapan terlebih dahulu.
Ya dia adalah Rossi,dia akan lebih memilih berjalan daripada naik angkot karena menurutnya sekolahnya itu tidak jauh hanya menempuh waktu 15 menit jika berjalan kaki dan itu hanya membuat uangnya terbuang secara cuma-cuma.
Sesampainya di sekolah dia sudah terlambat 5 menit. Dan dia langsung menuju kelasnya dan hari ini dia beruntung karena gurunya belum datang. Diapun menuju kursinya lalu duduk sambil membaca novel kesukaannya. Rossi! Ros ssi!! Panggil Laras teman satu mejanya yang baru datang dan sahabatnya yang selalu ada buat dia. Rossi pun hanya menjawab dengan deheman
"Iss rossi jangan hm hum hmm dong kayak gak bisa ngomong aja!"
"Paansih Ras orang aku lagi baca buku malah di gangguin"
"Temenin gwe kekantin yuk,gwe yakin lo juga belum mammam yok" sambil menarik tangan Rossi.
"Kamu udah gilak inikan masih jam belajar Ras? Nanti kita kena hukum gimana?"
"Tenang aja guru-guru lagi rapat gak bakalan ada yang ngehukum kita"
"Kok kamu tau?" " Lo itu begok apa nggak sih Ros? lo gak liat guru-guru kita gak ada yang mengajar!! Huhh udah ayok!
Ya! Katanya sambil mengikuti Laras.*****
"Lo mau pesen apa Ros? Biar gwe yang pesenin"
"Terserah lo deh aku ikut kamu aja"
"Ok tunggu disini ya gwe pesen dulu"
"Ya"Saat sedang asyik melamun memikirkan nasib hidupnya tiba-tiba Rossi merasa ada yang mengalir dari atas kepalanya. Lalu diapun mendongak apakah hujan turun ternyata bukan hujan dia di siram sama Geng terexis di sekolah ini. Ya dia adalah gengnya Sesil dan dua dayang-dayangnya.
"Astaga Rossi lo gakpapa? Heh Sel lo apa gak punya hati sembarangan siram pala orang" Bentak Laras yang baru datang kepada Sesil, sementara sesil hanya tersenyum meremehkan. Lain pula dengan Rossi yang hanya diam sambil menunduk,bukannya dia takut kepada Sesil tapi dia tidak ingin mencari masalah di sekolah ini."Apa urusannya ama lo!! Orang miskin gini aja lo bela ras, lo itu anak orang kaya gak pantes temenan sama orang miskin kayak dia" Sergah Sesil, Laras yang naik pitam ingin menggeplak pala Sesil tapi sebelum itu terjadi Rossi sudah menahan tangan Laras duluan. "Udahlah Ras aku gakpapa kok, Sesil emang benar aku ini cuman orang miskin. Lebih baik kita pergi dari sini" ajaknya kepada Laras karena sudah tidak tahan jadi bahan tontonan orang- orang yang menatap remeh kepadanya.
"Tuh dia aja ngaku orang miskin,kenapa elo yang sewot huhh" hardik Sesil kepada Laras "Awas aja lo kalo masih gangguin si Rossi" sambil berjalan meninggalkan Sesil dan dayangnya.Belpun berbunyi menandakan jam pulang sudah tiba semua orang bersorak ingin cepat-cepat keluar karena mata pelajaran sejarah yang sangat membosankan. Mereka pun keluar satu persatu begitupun Rossi dan Laras
"Ssi lo gak mau ikut nebeng ama gwe?"
"Nggak deh Ras, Lagian aku harus pergi kerja lagi kamu pulang aja gpp"
"Ya udah gwe duluan yah, See you sahabatku"
"Ok see you to sahabatku"Diapun terus berjalan menuju tempat dia bekerja yaitu salah satu restoran yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya dan rumahnya sebagai pelayan. Sesampainya disana dia langsung berjalan kearah lokernya untuk berganti baju,setelah berganti baju diapun lekas keluar untuk mulai bekerja.
"Ross!" Panggil salah satu temannya dia pun mengangguk "Ya?" "Tolong antar ini kemeja nomor 1 VVIP yah! Gwe mau ketoilet bentar" "Ya udah sini" sambil mengambil nampan tersebut untuk diantarkan. Sesampainya disana diapun langsung menaruh makanan diatas meja tersebut tanpa melihat orang yang berada di meja tersebut. Dan dia bergegas ingin pergi tapi tidak jadi karena ada yang mencekal tangannya. "Tunggu!!" Kata pria tersebut, Rossi pun berbalik sambil melepas cekalan di tanggannya tanpa mau melihat wajah pria tersebut. tapi dia tau bahwa pria tersebut masih muda.
"Ya tuan ada apa? Apa masih ada yang ingin tuan pesan?" Tanyanya kepada pria tersebut sambil sedikit senyum agar terlihat sopan."Tidak" jawabnya
"Baiklah kalo begitu saya permisi tuan" Rossipun pergi meninggalkan seorang pria dengan tatapan yang sulit diartikan. "Huhhh apakah benar dia tidak mengenalku padahal aku seorang most Wanted disekolah kami" dalam benaknya sambil terus memakan makanan yang telah di sediakan.*****
"Huhhhh akhirnya pulang juga" Sambil berjalan keluar restoran untuk pulang, "Seandainya papa masih ada mungkin hidupku tak seberat ini" keluhnya tanpa memperhatikan jalan yang sudah sepi pada jam 22:23 WIB. Ya dia memang sudah terbiasa pulang malam begini karena restoran tempat dia bekerja buka sampai jam 22:00 Wib*****
Sesampainya dia di rumah dia langsung merebahkan badannya diatas karpet usang peninggalan mamanya setelah dirasa cukup dia langsung bergegas kedapur untuk memasak mie instan untuk lauknya karena dia hanya makan satu bungkus roti dari tadi pagi. Dia selalu lupa makan karena sibuk bekerja. Setelah makan dia langsung mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket.
*****
Setelah mandi dia tidak langsung tidur tapi dia harus mengerjakan pr biologinya,karena dia sadar sekolahnya lebih utama dari apapun agar dia bisa mencapai cita-citanya sebagai cewek kantoran. Dan membanggakan kedua orangtuanya yang sudah meninggal. Tidak terasa waktu sudah tengah malam dia pun langsung naik keatas ranjang untuk mengistirahatkan badannya menyelam kealam mimpi.Sampai sini dulu ya ceritanya..
ceritanya makin anehya?. maaf ya kalo ceritanya makin membosankan namanya juga masih belajar...Salam ❤ A_S_H10
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Dalam Keheningan
ChickLit"Aku gak tau mau bilang apa, hidup ku hancur sehancurnya bagaikan kaca yang jatuh dari ketinggian 100 M" Dan hidup ku makin rumit setelah kemunculan seorang cowok yang gak ku kenal sama sekali. Makin lama rasanya aku ingin menyerah saja sungguh aku...