♡. Cuddles ; 2Park.

1.4K 139 19
                                    

Tittle: Cuddles.

Genre: Romance, Fluff and mooore.

Main Cast: Wanna One x Park Jihoon.

.

-Disclaimer: Plots and story are mine, so don't judge and don't be plagiator please...respect the author. if you don't like the story, closetab button is always here for you, xixixi thankies!~

.

.

IT'S YAOI!

BOYS LOVE STORY!

.

∞ 2PARK / CHAMWINK Version ∞

.

.

4 pages & 747 words.

.

.

© flawxless's present

.

.

.

.

Woojin x Jihoon

.

Woojin menaruh ponselnya sembarang arah, ia menatap langit mendung yang sejak tadi masih saja nyaman pada tempatnya. Sialnya, hanya mendung, tidak hujan. Membuat cuaca sangat dingin dan mendukung. Dan juga, membuatnya merindukan Jihoon, yang sejak tadi belum mengiriminya kabar. Padahal, jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.

"Si gembul itu... mau sampai kapan ia terus tertidur dan tidak mengabariku." Gerutu Woojin mengambil ponselnya lagi dan mulai menatap layar ponselnya, dengan foto Jihoon yang tengah tertidur sambil meringkukan badannya lucu, menampakkan pantat bulatnya yang menggemaskan.

"Astaga, Jihoon. Aku bisa gila karena merindukanmu." Ucap Woojin sambil mengetukan jari telunjuknya pada layar ponselnya yang terdapat foto Jihoon, geregetan.

Tanpa peduli lagi, Woojin segera meluncur pada nama-nama contact yang tertera pada ponselnya, dan mengetuk pelan tombol hijau pada contact bernama "Mbul Hoonie"

Cuaca seperti ini, benar-benar membuat Woojin gila. Ia ingin segera menemui Jihoon, menindihnya serta memberi kecupan-kecupan kecil di seluruh wajah serta leher kekasih mungilnya. Ya sebut saja, saat ini, Woojin sangat menginginkaan cuddles menggemaskan bersama, Park Jihoon.

.

OoOoO

.

"Ya! Bangun, gembul!" Jihoon mengucek matanya perlahan dengan satu tangan yang menggengam ponsel dan menaruh benda itu di samping telinganya. Ia menguap kecil dan mengangguk kepalanya, "Aku sudah bangun, gingsul. Jangan berteriak padaku-!" Gerutu Jihoon dengan sedikit mengerucutkan bibirnya. Padahal, seseorang di seberang sana dapat melihatnya pun tidak.

"Aku merindukanmu. Aku akan segera ke rumahmu, dan kalau kau masih bergelung dengan selimut dan kasur sialan itu, aku akan langsung masuk ke dalam kamarmu dan menindihmu, Park."

Jihoon hanya mengangguk asal, kesadarannya belum semuanya pulih. Ia menggerutu kecil mendapatkan kekasihnya yang secara tiba-tiba menjadi cerewet. "Kau juga Park, bodoh. Sudahlah, terserah." Ucap Jihoon cepat dan langsung menutup ponselnya, tanpa menyadari adanya deru nafas berat di seberang sana dan tanpa Jihoon ketahui juga, Woojin tengah menunjukkaan smirk kecilnya.

"Baiklah, kelinci manis. Kau, yang mengundangku." Gumam Woojin pelan dan berat, setelah itu, ia langsung merapikan diri dan bergegas menemui kekasih mungil dan gembulnya, yang sudah bisa di tebak oleh Woojin, masih akan tetap bergelung dengan selimutnya.

.

OoOoO

.

"Sayang..."

Itu Woojin. Yang kini tengah berada di kamar Jihoon, setelah mendapatkan izin memasuki kamar Jihoon oleh salah satu pengurus rumah yang sudah kenal baik dengan Woojin dan juga sudah di anggap keluarga sendiri oleh, Jihoon.

"Bangun, gembul." Ucap Woojin lagi, lalu mulai ikut menidurkan dirinya di sebelah Jihoon, ia mengangkat sedikit selimut yang di kenakan Jihoon dan ikut masuk ke dalamnya.

Tangannya kini tengah sibuk memeluk pinggang kecil Jihoon, dengan dagu yang ia usakan gemas di bahu Jihoon, sesekali bibirnya bergerak nakal mengecupi pipi bulat Jihoon dan perpotongan leher jenjang, Jihoon. Membuat laki-laki mungil itu sedikit menggeliat geli dengan bibir yang ia gigit kecil agar tidak meloloskan suara-suara aneh. Dan hal itu, semakin membuat Woojin tersenyum dan terus bersemangat melanjutkan kegiatannya.

"Diam, Woojin-ah. Aku mengantuuuk." Rengek kecil Jihoon yang hanya mendapatkan kekehan dari Woojin. "Kau mengantuk, tapi aku merindukanmu. Ayolah, aku belum mencium bibirmu hari ini, mbul." Ucap Woojin pelan dan ikut merengek kecil dengan satu tangan yang menusuk-nusuk pelan pipi bulat Jihoon yang sedikit memerah.

"Ambil sendiri, gingsul jelek." Gumam pelan Jihoon sedikit bersemu. Woojin mengerjapkan matanya kecil, dengan cepat ia memutar tubuhnya, mengukung Jihoon tepat di bawah tubuhnya. Matanya menatap liar dengan smirk kecil terpatri di wajah tampannya.

"Kenapa kau terus menggodaku, Jihoon?" Tanya Woojin yang hanya mendapatkan kedikan bahu dari Jihoon. "Kau mau ku berikan kecupan, atau lumatan panas, bunny nakal?" Tanya Woojin dengan suara beratnya, membuat laki-laki di bawahnya semakin bersemu dan melebarkan matanya lucu.

Jihoon sudah sepenuhnya bangun sekarang. Ia menatap Woojin lembut, dengan kedua tangan yang kini memeluk leher sang dominant erat.

Dan tanpa aba-aba, Jihoon mengangkat kecil kepalanya dan mengecup kilat bibir Woojin, setelah itu, memberikan Woojin kedipan mata kecil, yang hal tersebut membuat Woojin sedikit tersentak dan terdiam beberapa saat.

"Kecupan kecil lalu di lanjutkan lumatan panas dan cuddles setelahnya, sama sekali pilihan yang bagus kan, Woojin-ah?"

Dan, Woojin bersumpah. Jihoonnya sangat seksi dan sangat menggemaskan di waktu yang bersamaan. Membuat kepalanya pening dan membuat dirinya dengan susah payah harus menahan hormon gila yang semakin bergolak hebat.

✓ ] Cuddles。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang