Catatan kecil untuk adekku di perantauan yg sedang berjuang membenahkan diri karena luka hati yg kiranya terbawa hingga mati.
Dek ku dengar matamu tuli, telingamu bisu, dan mulutmu buta oleh cinta yg menyesatkan kata, yg memanipulasi rasa hingga membuat hidupmu bagai neraka.
Dek ku dengar kau sedang mati suri karena tak sanggup jika hanya hidup sendiri. Dek ku dengar pula ragamu kosong tak berisi sebab jiwamu terbawa pergi.
Dek jangan sedih hidup ini cuma sekali, dek hati patah akan terganti dan air mata akan terisi kembali. Dek jangan menyerah pada amarah karena resah dan gundah itu lazim rasanya. Dek hidup ini terlalu sebentar untuk berhenti dan hidup ini terlalu berharga untuk kau akhiri.
Dek aku tau kau terlalu lelah memikul resah, terlalu sakit merasakan pahit, dan sembilu semakin pilu lalu lukamu menganga dan bernanah. Dek ceritamu masih panjang untuk apa kau tangisi kisah pendek yg telah berakhir.
Dek lihatlah aku membuatkanmu sebuah perahu yg ku kirim lewat laut biru, biar kamu tau duniamu tak sebesar daun timbatu.
Dek ingat pesanku dulu sebelum ku lepas kau menyusuri awan kelabu, jangan terbawa angin barat nanti kau mudah tersesat, jangan bingung memilih warna karena pelangi itu nyata, dan jangan terlalu maruk jika kau tak mau terpuruk sama jangan pula terlalu menyembah cinta soalnya kalau kamu tak berdaya dia yg akan berjaya.
Dek jatuh cinta itu wajar namun jangan buat dia jadi kurang ajar. Dek nafasmu milikmu, maka jangan biarkan debu patah hati menyesakkanmu hingga mati.
-Dy