1

358 42 2
                                    

"YA! Dewi Ular kemari kau!" Pekikan melengking itu menggema diseluruh sudut Seoul Of Performing Art School. Memantul melalui dinding-dinding koridor dan begitu seterus hingga mencapai lantai dasar.

"Hahahahahahaha apa masalahmu? Bukankah aku benar jika kau menggunakan dalaman berwarna merah muda?" Yang dipanggil Dewi Ular menyahut lantang. Tak mempedulikan orang lain yang akan mendengar pekikan nyaring miliknya. Toh yang malu juga bukan dia.

"Lee Daehwi sialan! Mati kauu!" Merasa harga dirinya semakin terinjak dan mengalami krisis, sang korban berseru murka. Bukan tanpa alasan, hanya saja atas dasar apa si Dewi Ular, atau biasa dipanggil Lee Daehwi ini mengatakan ia menggunakan dalaman berwarna merah muda? Apa dia melihat bagaimana Jihoon, si korban memilih dalamannya tadi pagi? Tidak! Ini pencemaran nama baik.

"Eeyyy tak baik mendoakan teman sendiri yang tidak-tidak." Ujar Daehwi dengan senyum manis sejuta wattnya. Setidaknya itu tidak berlaku untuk Jihoon, terlebih saat-saat seperti ini. Tidak akan!

Jihoon diam mematung dengan mata membulat sempurna. Bukan, ia bukan tersadar akan ucapan Daehwi. Jihoon hanya tidak bisa berkata-kata saat Daehwi memasuki area terlarang di Sekolahnya. Siapapun tidak pernah berani dan tidak pernah diperbolehkan menginjakan kaki kesana.

"Ya! Lee Daehwi berhenti! Kau cari mati?! Cepat kembali!" Jihoon memekik cemas akan nasib temannya beberapa waktu yang akan datang.

Itu daerah terlarang. Baik untuk siswa, guru, dan semua staff Sekolah. Bahkan ada yang dikabarkan gantung diri setelah tak sengaja melintasi daerah tersebut.

Itu lorong sepi dengan dua kelas kosong yang mengapit dimasing-masing sisinya. Gelap dan berdebu. Semenjak dua tahun lalu, dua kelas itu dijadikan gudang, dan tak terawat hingga sekarang. Bukan karena malas. Mereka semua tak berani karena banyak sumber yang mengatakan bahwa daerah itu angker. Entah bagaimana yang jelas Jihoon sudah pucat pasi dan berkeringat dingin karena Daehwi.. sahabat idiotnya itu tak kunjung belik badan dan menjauhi daerah itu.

"Ooou come on Park Jihuuuuuuaaan! Follow me, one step a two step girl.." Daehwi berseru bahagia, tak tau apa yang akan terjadi berikutnya karena itu rahasia Tuhan baginya.

Jihoon menyesal karena si idiot itu tak pernah mau mengikuti jejaknya untuk bergosip dengan para calon ibu rumah tangga. Jika bukan para wanita siapa lagi? Hanya mereka yang mempunyai telinga dimana-mana.

Satu lagi yang Jihoon sesalkan, Daehwi si bodoh itu tak pernah percaya akan hal-hal yang berbau mistis. Termasuk dengan lorong gelap dan dua kelas kosong yang mengapitnya. Jihoon heran, apa semua siswa pindahan seperti Daehwi ini? Eyy Jihoon harap tidak. Itu bisa menjadi bencana jika iya.

**

"Haah haah kemana si pinku-pinku papa it- uwaaaa."

Sret.

Bugh.

Daehwi meneguk salivanya kasar. "Apa ini yang mereka sebut dengan kelas angker yang kosong itu?" Daehwi mencicit pelan. Keringat dingin mulai menetes dan wajahnya mulai pucat tak berdarah. Ia ketakutan tentu saja.

"Ck! Angker apanya?! Ini hanya kelas kosong tak berlampu. Dasar idiot! Meja dan kursinya saja masih tertata rap- uwaaaaa eommaaaaa." Pekikan lumba-lumba Daehwi reflek menampakan diri. Kali ini dia serius, rasanya Daehwi ingin mati saja saat ini.

Ini bencana yang sesungguhnya.

"Apa kau?" Lirih Daehwi merangkak mundur.

"Aku? Ou kita sama. Kau menyakiti hatiku."

"K.. kau tidak tidak berka.. ka.. kaki!" Daehwi memekik lagi. Bahkan lebih keras dari sebelumnya. Makhluk di depannya ini sungguh luar biasa mengerikan. "Wajahmu berdarah-darah bodoh!" Pekik Daehwi histeris.

"Yaisssh. Sopan sedikit anak kecil. Aku ini kakak tingkatmu!"

"Mati saja kau! Kakak tingkat macam apa?! Bola matamu keluar satu eommaaaaaaaa!"

"Ya! Titisan duyung! Pelankan suaramu. Kau merusak gendang telingaku!"

"Kau juga memang sudah rusak!"

"Anak kecil ini sungguh sialan!"

Hening.

Tak ada yang bersuara, yang terdengar hanya helaan nafas Daehwi yang memburu. Sedikit banyak Daehwi mulai penasaran, dengan sela-sela jemarinya, ia mengintip sedikit, dan memekik lagi atas apa yang ia lihat. "Pakai bajumu hantu sialan!"

Ctak.

"Aauuu,, sakit!"

"Jangan mengintip bocah mesum! Dasar otak kotor!"

"Aku tidak tau!"

"Buka matamu."

'Tidak mau!" Tolak Daehwi bersikeras. Apa makhluk di depannya ini sudah gila?! Yang benar saja! Mata Daehwi itu masih polos suci tak ternoda.

Makhluk di depan Daehwi ini berdecak kesal. Pria kecil ini lumayan keras kepala. Selain keras kepala juga kurang ajar. Sungguh generasi yang luar biasa.

"Uwaaaaaaa." Daehwi memekik lagi. Mundur kebelakang dengan kecepatan penuh dan menunjuk-nunjuk dengan jemari lentiknya. "Dimana wajah berdarah-darahmu. Mana bola matamu yang keluar itu? Kaki siapa yang kau maling?" Histeris Daehwi. Wajahnya sudah memerah hingga telinga dan matanya sudah melotot besar dengan mulut menganga lebar.

"Bagaimana? Aku cantik bukan?" Makhluk di depannya itu bertanya seraya berputar-putar ria di depan Daehwi.

"Kau.. siapa?!" Heran Daehwi.

"Haha perkenalkan. Namaku.."


































See u next chap.

Thank u

DAP.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang