3

191 29 12
                                    

"Kecelakaan. Entah sengaja atau tidak, tapi... ku rasa seseorang sengaja mendorongku dari atap." Jelas Somi.

"APA?! ATAP?" Daehwi memekik tak percaya, kejam sekali.

Somi mengangguk kalem, mau bagaimana lagi. Itu kenyataan, tentang ia yang jatuh dari atap. Soal seseorang yang mendorongnya atau tidak, Somi juga tidak tau.

"Apa? Kenapa?" Tanya Jihoon penasaran.

"Intinya dia mati karena jatuh dari atap." Jawab Daehwi menatap Jihoon dengan bahu terangkat.

"Kenapa bisa?" Tanya Jihoon lagi.

"Lupa bagaimana caranya berdiri." Dengus Daehwi.

Mata Jihoon memutar karena kesal. Untung teman, jika tidak habis sudah manusia tak tau diri di depannya ini.

"Kenapa kau tidak langsung yah, kau tau? Kenapa harus gentayangan?" Tanya Daehwi lagi. Hantu yang gentangan itu menyebalkan ngomong-ngomong.

"Aku juga tidak mau gentayangan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, anggap aku masih penasaran." Jelas Somi dengan bahu terangkat tak peduli.

"Dimana-mana arwah gentayangan tentu saja karena penasaran bodoh. Kau menyebalkan sekali." Daehwi menjerit dengan suara lumba-lumba miliknya. Membuat Jihoon terperanjat kaget karena teriakan tak biasa milik temannya itu.

"Ya! Apa yang terjadi padamu?!" Teriak Jihoon murka. Kelas sepi seperti ini dan diantara mereka juga ada makhluk tak kasat mata yang gentayangan karena penyebab kematiannya yang masih abu-abu. Rasanya Daehwi lebih menyeramkan disaat-saat seperti ini.

"Dia menyebalkan!" Dengus Dehwi. Mengangkat bokong seksinya dari kursi dan berjalan keluar dari kelas Jihoon. Perutnya lapar ngomong-ngomong.

"Ya! Lee Daehwi! Jangan meninggalkanku sendirian." Teriak Jihoon, menyusul Daehwi dengan langkah lebar miliknya saat ia rasa bulu romanya berdiri entah karena apa.

**

Daehwi makan dalam diam, pikirannya masih melayang pada cerita Somi tadi. Seseorang sengaja membunuhnya? Malang sekali, padahal menurut Daehwi, Somi itu tergolong cantik. Meski tidak terlalu cantik.

Tak.

"Akh." Daehwi meringis saat ia rasa dahinya berdenyut sakit. Mendelik kesal. Daehwi menendang tulang kering Jihoon yang menjadi tersangka dari aksi penyiksaan dahinya.

Dug.

"Akh. Sakit!" Ringis Jihoon mengusap kakinya. Tendangan Daehwi pada tulang keringnya benar-benar luar biasa. Berdenyut sakit.

"Sekali lagi kau mengganggu acara makanku awas kau!" Menusuk daging di atas piringnya dengan brutal diiringi dengan delikan mata tajamnya yang tertuju pada Jihoon. Adonan bantet tak tau diri itu!

"Apa menurutmu dia bisa pergi?" Pertanyaan Jihoon ini ambigu sekali. Siapa yang pergi dan kenapa harus pergi?

"Bicara yang jelas. Otakku berhenti beroperasi jika mulutku sedang bekerja." Sungut Daehwi. Kembali mengunyah telur gulungnya dengan bola mata yang memutar malas. Otaknya sudah terlalu lelah bekerja karena cerita Somi tadi. Membingungkan.

"Apa Somi itu bisa pergi? Dasar bodoh!" Lihat? Kadar gula Jihoon meninggi lagi karena berbicara dengan si lelaki feminim ini.

"Arwahnya maksudmu?" Daehwi mengoreksi. Sedikit risih juga saat mendengar Jihoon tidak menyertakan kata-kata arwah pada ucapannya tadi.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang