4.

28 1 0
                                    

Aku kanker sayang.
Sungguh tiga kata barusan berhasil meloloskan air yang semakin lama semakin deras di pelupuk mata ku.
Rahmat kanker? Kanker apa? Ga mungkin, dia keliatan sehat-sehat saja, ya walaupun badan nya memang kurus.
Aku menangis, menangis sejadi jadinya, seakan akan cepat atau lambat rahmat akan meninggalkan ku, rahmat akan pergi untuk selamanya.
" gak, lo harus sembuh, lo pasti sembuh, lo harus kuat mat, lo ga boleh lemah, lo harus kuat demi gue, demi keluarga lo " kata yang sangat menuntut itu begitu otomatis keluar dari bibir ku berbarengan dengan derasnya air mata ini, saat aku melihat keadaan rahmat yang sedang terbaring lemah di kamar nya, tidak, ia tidak dirawat dirumah sakit, ia benci rumah sakit.
" hehe iya sayang aku kuat kok, asal kamu nemenin aku terus ya, nemenin aku ngelawan ini semua " pinta nya dengan nada lirih, membuat hati ku semakin terasa tersayat, oh tuhan, dia yang sakit mengapa aku yang menderita?
" pasti sayang pasti " ucap ku tersedu sedu, tak tau lagi harus berkata apa, yang jelas aku menginginkan kak rahmat-ku sembuh segera.

***

Setelah hari itu, hari dimana aku menjenguk dan mengetahui penyakit nya, rahmat jadi jarang memberi kabar, bahkan kami juga jarang bertemu di sekolah, bahkan biasanya kamu janjian di depan gerbang untuk bertemu sekedar mengucapkan morning pun tak lagi kami lakukan. Ya aku memaklumi nya, ia sakit, ia butuh banyak waktu untuk beristirahat. Tapi ini aneh, ku rasa ini terlalu keterlaluan. Hari itu, rabu mendadak kepala ku sakit sekali, sakit yang hampir tidak aku rasakan sekitar 2 tahun belakangan ini, aku meminta ke 3 sahabat ku untuk mengantarkan ku ke UKS, dan dengan senang hati mereka mengantarkan ku, karena mereka juga malas mengikuti pelajaran yang tak jelas ini. Aku yang berjalan sembari di bopong teman teman ku, karena sungguh sakit kepala ini membuat ku tidak sanggup untuk berjalan, alhasil di tengah perjalanan, tubuhku ambruk ke jalanan, mataku menerjap nerjap, kulihat kak rahmat-ku lewat, mata kami bertemu, aku masih dengan posisi terkapar di tanah, dan dia? Dia hanya diam, bahkan sekedar menanyakan aku kenapa saja? Tidak! Setelah itu? Semuanya menggelap.
Perlahan aku membuka mata ku, pertama aku mendengar suara tangisan, dan lantunan ayat suci al-qur'an di dekat ku, yang pertama ku lihat, ke 3 sahabatku tengah menangis sambil memegang tangan ku, sisa nya anak anak dari keputrian sekolah ku tengah mengaji untuk ku.
" udah jam berapa? " tanya ku dengan suara serak khas orang bangun tidur.
" eh ra lo udah bangun, anjir lo bikin gua sad af deh ra, lo kenapa? Belom makan lo ye? " itu sahabat ku, sahabat terbawel ku, Nur.
" yeh gue nanya ini jam berapa, malah nyerocos " tanyaku lagi dengan nada kesal.
" hehe jam 12 lewat ra, kenapa lo mau makan? Lo tau ga? Kita semua disini udah 6 jam tau ga, gue bertiga nangis, dan anak anak keputrian pada ngajiin lo " nur kembali angkat bicara, kali ini di sertai dengan senggukan dan air mata yang mulai berurai.
Jadi mereka disini menemaniku selama 6 jam? Ahh sungguh mengharukan, wait? 6 jam berarti sudah melewati waktu dzuhur kan ya? Sebaiknya aku membiarkan mereka sholat terlebih dahulu.
" Hei, udah udah ga usah nangis, gue gapapa, udah pokonya sekarang yang ada disini, cabut gih sholat dulu " perintah ku dengan jelas, dan di jawab dengan anggukan serta mereka keluar dari ruangan UKS ini.
Fikiran ku pun tak lepas dari bayangan rahmat, tadi ia melihat ku terjatuh, tapi apa? Ia tidak membantuku, bertanya aku kenapa pun tidak, eh bagaimana aku bisa sampai kesini? Apa rahmat yang menggendong ku? Aku pun tersenyum senang dengan pemikiran positif ku.

***
.
.
.
.
.
Keep enjoy to reading it guys. Udah mau mulai ke berbagai permasalahan nih, jadi tetep dibaca iya😁

She is Larasati PertiwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang