FEAR

781 70 134
                                    


Main cast: Lee Donghae (selalu dan tak akan terganti)
Other cast: Leeteuk, Heechul, Eunhyuk, Yesung, dan Shindong

Ini cuma cerita oneshoot, dengan segala keterbatasan ide. Maaf kalau banyak kesalahan penulisan, EYD, dan sebagainya. Kritik dan saran yang membangun sangat ditunggu. Dan jangan menunggu yang belum diupdate juga ya. Hihi.. Selamat membaca.
Disarankan sambil dengerin One More Chance-Super Junior


“Donghae-ya”

Aku langsung mengusap air mataku yang tak terasa mengalir. Ah pikiran-pikiran konyol ini membuatku jadi cengeng sekali.

“Apa yang sedang kau pikirkan, hm? Kau menangis?”

Leeteuk hyung, orang yang tiba-tiba saja masuk ke kamarku, mendekatiku yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Kenapa hyung harus selalu memperhatikanku sih, aku kan jadi malu.

Aniyo, aku tidak memikirkan apa pun, hyung. Aku hanya rindu eomma saja.” ucapku sambil berusaha memberikan senyum terbaikku.
“Benarkah? Tidak ada hal lain yang kau pikirkan?”
“Aku serius, hyung. Aku hanya sedang rindu saja pada eomma. Semenjak aku keluar dari wajib militer, bukankah kita sangat sibuk?”
“Ah, kau benar. Tapi aku rasa bukan itu yang kau pikirkan. Akhir-akhir ini aku sering sekali melihatmu melamun, Hae-ya. Berbagilah dengan hyung, hm?” Leeteuk hyung masih berusaha membuatku berkata jujur.

Leeteuk hyung ikut duduk di sebelahku, menarikku supaya mendekat, ia bawa kepalaku bersandar pada dada bidangnya. Aku tahu ini caranya supaya aku mau berkata jujur. Maaf hyung, aku terlalu malu untuk mengatakan yang sesungguhnya.

Aniyo, hyung. Hae berkata jujur kok. Ah, ayo kita segera bersiap, hyung. Bukankah hyung kemari untuk memanggilku pergi latihan?”
“Hhh.. Susah sekali membuatmu jujur kali ini. Ya sudah, kajja kita berangkat!”

Aku tertawa dalam hati. Aku bisa mengelak juga dari Leeteuk hyung. Mianhae, hyung. Aku hanya tidak ingin menambah beban pikiranmu dengan pemikiran konyolku ini.

Kami berenam, tanpa Siwon, pergi ke gedung SM Entertainment untuk latihan. Bukan untuk comeback stage, kami akan berlatih untuk mempersiapkan konser tunggal kami, Super Show. Kegiatan setelah keluar dari wajib militer memang benar-benar padat, tapi aku menikmatinya. Dua tahun berpisah dari ELF membuatku merindukan mereka.

Setelah melewati jalanan Seoul yang lumayan padat pagi ini, akhirnya kami sampai di tempat latihan. Sejujurnya, aku tidak begitu bersemangat latihan hari ini, terlalu banyak hal yang mengganggu pikiranku.

Suara dentuman musik mulai mengalun. Lagu bonamana remix sedang memenuhi ruang berbentuk persegi yang dikelilingi kaca di setiap sisinya ini. Aku dan kelima anggota lain memulai sesi latihan. Bergerak dan menari tanpa lelah, demi hasil yang maksimal.

“Stop! Donghae-ya, bisakah kau lebih serius? Apa kau sudah lupa gerakan setelah dua tahun pergi wamil?” Eunhyuk meneriakiku. Sepertinya aku mengacaukan latihan kali ini.
“Mianhae, Eunhyuk-ah. Sepertinya aku memang banyak melupakan gerakan-gerakannya.” Alasan. Aku hanya mencoba beralasan, aku tidak ingin mereka tahu kalau aku sedang memikirkan hal yang lain.
“Ya sudah, lebih baik kau istirahat saja. Tapi kau harus sambil memperhatikan kami latihan.”

Aku menurut saja. Aku berjalan ke pojok ruangan dan duduk di sana. Memperhatikan anggota yang lain berlatih. Maafkan aku Leeteuk hyung, Eunhyuk-ah, aku tidak bisa menghilangkan ketakutan ini. Apakah konser kali ini akan sesukses konser kami sebelumnya? Apakah dengan jumlah kami yang hanya sedikit ini, kami bisa membuat para ELF puas? Apakah Siwon akan bergabung dengan kami di konser kali ini?

“Hei, donghae. Donghae-ya. Ikan jeleeeekk!”

Aku terkejut ketika mendengar ada suara yang meneriakiku. Ah Eunhyuk lagi. Kenapa hari ini dia senang sekali meneriakiku.

Waeyo, Eunhyuk-ah?” aku mencoba menjawab dengan santai.
“Kau itu yang kenapa? Aku memintamu melihat kami latihan supaya kau ingat lagi dengan gerakan-gerakannya tapi kau malah enak-enakan melamun.”
“Siapa yang melamun? Aku memperhatikan kok. Kajja kita latihan lagi.” Kataku sambil menyengir lebar.

Aku berdiri, bergabung dengan yang lain. Semoga kali ini aku tidak mengacaukannya lagi.
Musik kembali berdentum, tubuhku mengikuti iramanya tanpa sadar. Aku mencoba fokus latihan, tak akan kubiarkan pikiran-pikiran itu terus menghantuiku. Tapi aku merasa aku terus melakukan kesalahan, pasti sebentar lagi mereka akan memarahiku.

“Yak! Donghae-ya, jinja! Kau ini kenapa sih? Kau sedang patah hati ya?” kali ini giliran Heechul hyung yang memarahiku.
“Hahaha. Aniya, hyungie. Aku hanya sedang merindukan eomma.” Aku berikan senyum terbaikku. Lagi-lagi aku harus pura-pura tersenyum.
“Kau tidak usah berbohong, Hae. Merindukan eommamu tidak akan membuat dirimu seperti orang linglung seperti itu. Marhaebwa!”
“Aish, aku tidak bohong, hyung. Sungguh.”
“Terserah, kalau kau tidak mau berterusterang padaku. Aku mau mencari udara segar dulu, Teuki-ya. Aku malas membuang-buang waktu untuk peduli pada orang yang bahkan tidak mau jujur pada hyungnya.”

Setelah itu, Heechul hyung benar-benar keluar dari tempat latihan dengan membanting pintu sangat keras. Aku langsung berlari untuk mengejarnya, tapi Leeteuk hyung mencegahku.

“Biarkan saja, Hae. Lebih baik kau istirahat.”
“Aku pergi ke toilet dulu, hyung.” Aku melesat keluar setelah mengatakannya.

Aku sungguh tidak bermaksud untuk tidak jujur pada mereka. Aku hanya malu mengatakannya. Tidak seharusnya aku menjadi orang yang pesimis, yang berpikir bahwa fans kami akan meninggalkan kami begitu saja. Tapi kenyataan mengatakan demikian, tidak sedikit dari mereka yang berpindah, memilih boyband dengan wajah baru yang lebih fresh, dengan aliran musik yang modern.

Tidak terasa langkah ini membawaku sampai ke atap gedung. Udara di sini sangat menyegarkan. Aku mengambil duduk di salah satu bangku yang ada. Memandang langit dari ketinggian seperti ini sangat menyenangkan.

Mengeluarkan handphone dari sakuku, aku terpikir untuk mendengarkan lagu kami, One More Chance. Bukan bermaksud narsis karena aku yang menciptakannya, tapi lagu itu yang tepat menggambarkan perasaanku saat ini.

Aku mengingat kembali masa-masa awal kami debut, dengan dua belas member. Banyak sekali halangan yang kami hadapi. Banyak kecaman, banyak sekali yang merendahkan kami. Tapi kami bisa menghadapinya bersama. Dan semakin kuat dengan kehadiran Kyuhyun yang melengkapi Super Junior dengan suara emasnya. Ah, aku merindukanmu, Kyuhyun-ah.

Cobaan demi cobaan tidak pernah berhenti menghampiri kami. Dari masalah Hankyung hyung, Kangin hyung, Kibum, dan masalah pernikahan Sungmin hyung. Bahkan saat ini, kudaku tersayang, Siwon, juga sedang menghadapi masalah. Bugsy, anjing kesayangan keluarganya, tak sengaja menggigit tetangganya hingga meninggal. Aku tidak menyangka akan ada kejadian semacam ini. Memang bukan salah Siwon sepenuhnya, tapi tetap saja ia akan terseret dalam masalah ini.

Di saat sedang asyik mengingat-ingat masa lalu, hal yang paling aku suka datang juga, hujan. Aku tidak akan berteduh kali ini, biarkan saja tubuh ini basah terkena hujan, siapa tahu dengan begini pikiran konyol yang ada di otakku ini bisa ikut luruh terbawa hujan.

Cukup lama aku duduk di sana, mendongak merasakan satu persatu tetes hujan yang turun ke bumi. ELF, jangan tinggalkan kami seperti hujan. Aku ingin kalian ada di sini bersama kami hingga akhir. Bolehkah aku meminta seperti itu? Aku egois ya? Benar, aku sangat egois, bahkan aku tidak punya hak untuk menahan mereka ketika mereka memang ingin pergi. Tapi aku hanya takut. Sungguh takut.

Tiba-tiba aku tidak merasakan lagi tetesan air hujan. Aku membuka mataku yang tertutup tanpa sengaja. Ah, ada yang memayungiku, lagi dan lagi Leeteuk hyung.

“Apa kau sudah lupa jalan ke toilet? Kenapa malah duduk di sini? Dan astaga, Donghae-ya, kau bukan anak 5 tahun yang masih pantas hujan-hujan. Ayo kita masuk!” Leeteuk hyung menarik tanganku.
“Sebentar lagi saja, hyung. Boleh ya? Aku masih ingin di sini. Kalian kalau ingin pulang, duluan saja. Aku akan pulang sendiri nanti.”
“Katakan! Katakan pada hyung hal yang sedang mengganggu pikiranmu saat ini!”
“Aku sudah mengatakannya tadi pagi kan, hyung.”
“Kau ingin aku marah seperti Heechul juga? Ayolah Hae, kau pikir hyung baru mengenalmu kemarin sore? Atau kau sudah tidak menganggap hyung lagi?”
A..aniya. Aku hanya malu untuk mengatakannya hyung.”
“Sejak kapan Lee Donghae punya malu? Kau bahkan tidak malu menangis di acara televisi. Hahaha. Sudah, ayo kita pulang. Dan setelah sampai di dorm, aku mau kau menceritakan semuanya.”

Dengan setengah terpaksa, aku mengikuti langkah Leeteuk hyung. Menuruni satu persatu anak tangga perlahan. Jujur aku merasakan badanku menggigil, kepalaku pening. Aku benar-benar tidak tahan hawa dingin rupanya.

“Kau baik-baik saja kan, Donghae-ya?” tanya Leeteuk hyung saat kami sampai di mobil.
Gwenchana, hyung. Hanya sedikit pusing.”
“Salah siapa hujan-hujan? Dasar menyusahkan saja.” Heechul hyung menyahut, sepertinya dia masih kesal padaku.
Mianhae, hyung. Aku tidak akan menyusahkan kalian lagi mulai sekarang.”

Setelah itu, aku memilih memejamkan mata, rasanya kepalaku berat sekali, tapi aku tidak mau mengeluh. Benar kata Heechul hyung, aku memang merepotkan. Aku sangat manja ketika sakit, sangat jahil ketika sedang sehat. Aku sering sekali menangis hanya karena hal kecil. Maafkan aku hyung, kalau kalian semua kerepotan.

Perlahan aku buka mataku yang rasanya masih sangat lengket ini, kepalaku rasanya juga berat sekali. Aku memegang dahiku, ada sesuatu di sana, kain kompres ternyata. Apa aku sakit? Donghae pabo. Kau menyusahkan mereka lagi.

“Kau sudah bangun, Donghae-ya?”

Otomatis pandanganku mengedar setelah mendengar pertanyaan itu. Ternyata aku tidak sendirian, dan mereka semua ada di sini. Astaga Donghae, kau pasti benar-benar merepotkan mereka lagi. Rasanya aku ingin menangis saja.

“Eh? Kenapa kau malah menangis? Ada yang sakit? Katakan pada hyung.” Leeteuk hyung langsung panik saat aku benar-benar menangis.
“Hiks…mianhae, hyung. Aku pasti merepotkan kalian lagi ya. Aku bisa mengurus diriku sendiri kok. Hiks…kalian keluar saja.”
“Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan? Kau sudah berjanji akan mengatakannya pada hyung, kan? Kami tidak merasa kau repotkan, kami justru khawatir padamu. Semalaman kau menangis dalam tidur. Maka dari itu, kami semua ada di sini.”
“Aku… aku tidak apa-apa kok hyung. Sungguh.”
“Aku sudah tidak tahan, Teuki-ya. Sepertinya anak ini butuh diberi pelajaran.” Heechul hyung tersulut emosi karena jawabanku.
“Tenanglah, Heechul-ah. Ayo, Hae. Katakan saja. Biar kami semua di sini tahu apa yang sedang kau pikirkan.”
“Aku hanya takut, hyung
“Apa yang kau takutkan, hm?”

Setelah itu, Leeteuk hyung duduk di dekatku. Membawaku ke dalam pelukannya yang teramat nyaman.

“Aku takut ELF sudah tidak mencintai kita lagi. Aku takut tidak akan ada ELF yang menonton konser kita nanti. Aku takut tidak bisa membuat mereka yang mau menonton puas. Aku takut kita tidak bisa memberikan persembahan yang maksimal dengan jumlah member yang hanya sedikit. Aku takut hyung. Hiks…”
“Aku takut Siwon tidak bisa ikut untuk konser kali ini. Bagaimana dengan formasi kita hyung? Aku ingin dia tetap ikut hyung.”
“Aku ingin ELF kita tetap menjadi ELF kita. Aku ingin mereka tetap mencintaiku, mencintai kalian seperti biasanya. Aku tidak ingin berbagi cinta mereka dengan yang lain. Aku tidak mau. Aku egois ya, hyung?”
“Aku memang egois, hyung. Aku tidak tahu diri. Mianhae. Hiks… hiks…”

Aku melihat para hyungku satu persatu. Mereka menunduk mendengar kata-kataku. Apa mereka merasakan apa yang saat ini aku rasakan? Apa sebenarnya mereka mempunyai ketakutan yang sama?

“Hae, dengarkan hyung baik-baik. Semua ketakutanmu itu sesungguhnya hyung sudah merasakannya sejak lama. Bahkan sebelum kalian pergi wamil. Tapi, hyung tidak mau hidup dalam ketakutan, itu hanya akan menghambat kita untuk memberikan yang terbaik.”
“Kita juga tidak bisa memaksakan seseorang untuk mencintai kita. Kita tidak bisa memaksa mereka untuk tetap bersama dengan kita ketika mereka ingin pergi. Dan kita tidak bisa menyuruh mereka pergi ketika mereka masih ingin berjuang dengan kita.”
“Biarkan mereka yang ingin pergi, Hae. Tapi kau tidak boleh membenci mereka. Dan berikanlah cintamu yang besar untuk mereka yang masih bertahan dan tetap mencintai kita.”
“Kau masih ingat kata-kata Siwon, bukan? Jangan menjadi seorang ELF dari awal, kamu hanya perlu menjadi ELF sampai akhir. Iya, kita akan bertahan dengan ELF yang mau bertahan sampai akhir dengan kita.”
“Nah, untuk itu, kau tidak boleh takut lagi, oke? Kita akan tetap memberikan yang terbaik walaupun tidak ada satu pun yang menonton konser kita. Kita akan tetap mencintai satu sama lain ketika sudah tidak ada yang mencintai kita. Arraseo?”
“Hiks…arraseo hyungieee…”

Aku semakin mengeratkan pelukanku pada Leeteuk hyung. Dan tak kusangka, member yang lain ikut bergabung. Kami saling berbagi kehangatan satu sama lain.

Saranghae, Donghae-ya.” Leeteuk hyung.
“Jangan cengeng lagi, Hae.” Heechul hyung.
“Aku mencintaimu, ikan jelek.” Eunhyuk.
“Tetaplah tersenyum, Hae-ya.” Yesung hyung.
“Jangan sakit lagi, Donghae-ya.” Shindong hyung.

END
Akhirnya kelar juga, ini idenya aku dapet pas lagi tidur siang. Jadi, maaf kalau aneh dan penjabarannya masih kurang ngena. Terima kasih yang sudah mau membaca. Minta kritik, saran, komentar dan vote yaa 😊

FEARWhere stories live. Discover now