6. Wound

480 50 19
                                    

Well... Percakapanku dengan Akashi sedikit mengganggu sebenarnya. Saat makan malam tadi Akashi memuji sup tahu buatanku, tidak seperti Midorima yang mengatakan kroket buatanku tidak enak karena ada wortelnya. Tapi aneh, ia malah membawa kroket itu ke kamarnya saat makan malam selesai.

"Selesai juga..." kulepas sarung tangan untuk cuci piring dan menaruhnya di rak. Enam pemuda warna warni itu berkumpul di ruang tengah dengan kesibukan mereka masing-masing. Kise dan Murasakibara sibuk bermain game, Aomine membaca majalah tentang basket, Akashi sedang menerima panggilan, sedangkan Midorima menyirami bunga mataharinya.

"Kagami-san sudah selesai?" Aku terlonjak kaget saat salah satu anggota dengan hawa amat tipis berada di belakangku secara tiba-tiba, "Ah... maaf mengagetkanmu." Aku mengangguk, "Aku sudah selesai dari tadi." Jawabku, Kuroko mengangguk-angguk pelan.

"Kagami-san mau temani aku?" Tanya Kuroko, "Kemana?" Ia menunjuk kearah rumah kecil di halaman belakang, "Memberi makan nigou."

Kunaikkan sebelah alisku, Nigou? Peliharaannya?

"Tenang saja... dia hewan yang baik dan imut," ujar Kuroko.

Aku hanya mengangguk saja. Lelaki seperti Kuroko pasti memelihara kelinci atau anjing, tapi kuharap ia memelihara kelinci saja daripada anjing.

Kuroko berjalan lebih dulu di depanku dengan membawa makanan untuk hewannya, tapi bukan wortel ataupun sayuran yang ia taruh di dalam mangkuk itu. Melainkan sebungkus sereal berwarna kecoklatan, "Ahaha... mungkin kelincinya sudah bosan makan wortel." Gumamku.

Kuroko berjalan mendekat ke pintu masuk rumah peliharaanya dan menaruh mangkuk yang dibawanya lalu menuangkan bungkus berisi sereal itu.

"Nigou itu anjing yang baik, Kagami-san. Ia tidak pernah menggigit siapapun," aku ikut tersenyum. "Heee... anjing yang lu-"

Tunggu sebentar, dia bilang anjing?

Woof... dan, aku tersadar kalau peliharaannya memang anjing. Munculah seekor anjing kecil yang seperti siberian husky berbulu hitam dan bermata bulat, seperti mata Kuroko.

"Kagami-san? Kau tak apa?" Kuroko memandangiku dengan tatapan khawatir saat melihatku mematung, "Anjing..." gumamku.

Dan... setelah berkata demikian, teriakanku membuat kelima anggota lainnya berlari cepat kearahku dan mau tak mau harus mengangkat tubuhku yang tergeletak dengan tidak elitnya diatas rerumputan.

***

Silau matahari menyambut pagiku, begitu pula 'jeritan' alarm di jam wekerku yang tetap berbunyi meski sudah kumatikan. "Sudah bangun?" Sambil mengerjapkan kedua mataku berkali-kali, aku menoleh kearah sebelahku.

Seorang pemuda bersurai dark blue memandangiku dengan tatapan bingung, "Hoi! Kau sudah bangun, kan?" Aku mengangguk pelan. Kubenahi selimut yang melapisi tubuhku sembari mengumpulkan nyawa, Aomine nampak keheranan melihat reaksiku yang tak menunjukkan tanda-tanda akan kembali terjaga.

"Hei, bangunlah.. kau mau bubur ini dingin?"

Huh? Dia bilang bubur? Aku langsung duduk diatas kasur dan memandangi Aomine dengan kesadaran penuh, "Selamat pagi, Aomine-san." Ujarku sambil tersenyum kearahnya, Aomine mengangguk.

"Aomine saja," ujarnya tanpa membalas senyumanku. Aomine mengambil mangkuk berisi bubur dan menyodorkannya padaku. "Ini bubur plum, makanlah." Aku mengambil mangkuk berisi bubur plum yang Aomine tawarkan padaku.

Satu sendok masuk ke dalam mulutku, "Bagaimana?" Tanya Aomine dengan wajah agak ingin tahu. Aku hanya tersenyum, "Kau perlu belajar lagi. Tapi bagiku ini enak, rasanya segar. Terimakasih," Aomine tersenyum angkuh. Dan jujur saja, senyum itu menyebalkan.

Our Lovely Manager (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now