Lembaran Baru

18 0 0
                                    

"Kok kamu jadi gini sih, sayang?" Ucap el yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan cesy.

"Aku mau kita putus" tegas cesy sekali lagi.

"Udahlah, aku cape sama hubungan ini. Kamu terlalu berlebihan sama semua hal. Aku cape!" Ucap cesy dengan nada agak tinggi.

"Ya kamu gak bisa gitu dong. Kamu pikir dengan putus bisa selesai masalah."

"Lah terus emang masalah kita apa? Kamu kok yang tiap hari ngedumel kaya ibu-ibu"

Cesy memang benar sih, masalah mereka apa coba? Yang ada malah el yang selalu membuat cesy semakin gak kuat sama hubungan ini.

"Aku tau kamu ada cowok lain. Udah ngaku aja! Dasar semua cewe sama aja!" Teriak el seakan menuduh cesy selingkuh.

Cesy yang kaget dengan suara el yang 4 oktaf itu langsung melihat kiri kanan.
Well, sekarang semua orang di cafe itu melihat kearah mereka. Dengan wajah yang kepo dan ada juga yang merasa terganggu.

"Bisa gak sih kamu ngomong suaranya dikecilin dikit. Malu tau sama yang lain." Ujar cesy pada el.

"Ya habisnya kamu selingkuh!" Tuduh el lagi dengan suara yang sama dan membuat orang-orang di cafe itu melihat sekali lagi ke arah mereka.

"Lek, kalo kau lagi cekcok sama pacarmu jangan pula kau bawa kemari. Terganggu kami makan." Ucap salah satu pelanggan restoran dengan logat bataknya yang duduk di dekat mereka.

"Oh, maaf lek. Terbawa suasana." Jawab el kepada salah satu pelanggan restoran tadi.

Lek adalah kata panggilan kepada orang yang seumuran dengan kita. Biasa dipakai di daerah Medan.

Yap, ini adalah kota Medan. Tempat dimana hal-hal yang tidak kalian temui di daerah kalian.
Kepala babi yang digantung di pinggir jalan.
Pamflet yang bertuliskan BPK alias 'Babi panggang Karo' ya memang sudah jarang sih. Tapi masih ada.
Sama seperti jakarta dan kota besar lainnya di pulau jawa. Setiap hari macet.

"Udah lah, bang el. Aku cape sama semuanya. Kamu terlalu over sama aku. Aku gakuat. Kamu tuduh aku selingkuh. Udah lah Kita selesai disini. Kamu bisa fokus sama kuliah kamu. Aku juga mau fokus sama sekolah aku. Udah mau ujian jadi aku harus rajin belajar. Aku juga udah mau kelas dua belas. Banyak hal yang harus aku selesaikan. Dan Aku mau pulang."
Ucap cesy tanpa memberikan el kesempatan berbicara. 

Tanpa menunggu el berbicara, cesy beranjak meninggalkan el yang bengong dan makanan yang sudah dingin serta belum tersentuh.

****
(Di kost)

"Yess!" Teriak cesy penuh gembira sambil merebahkan dirinya di kasur lantai. Wajahnya seperti tak ada penyesalan ataupun kesedihan.  Padahal baru putus sama pacarnya.

"Kenapa kau? Macam senang kali ku tengok." Tanya tiur teman satu kamar kost nya. 

Cesy mendengar temannya itu bertanya semakin sumringah. Ia mengeluarkan ponselnya dan berselfi. Cekrek cekrek cekrek.

"Tunggu ku ceritakan pun samamu, selesai ku upload dulu poto ku ini, ya."

"Good bye cowo alayy" cesy berguman sambil ngengetik diponselnya.

"Kau komen nanti IGku ya tiur."

"Ah terus kau minta aku yang komen di IGmu. Kasian kali hidupmu." Ucap tiur.

"Baru putus aku sama bang el." Ucap cesy tiba-tiba.

Mendengar hal itu tiur kaget bukan main. "Bah, serius kau?" Tanya tiur tak percaya.

"Iya loh. Kapan aku bohong samamu." Cesy meyakinkan tiur.

"Ah, kau kan sering bohong. Waktu kau ambil telurku dari kulkas.  Kau bilang gak ada kau nampak ternyata udah kau ceploknya. Banyak kali cakapmu."

"Udah tau kau aku yang ambil telurmu di kulkas?" Ucap cesy dengan wajah yang tertangkap basah.

"Udah ku ikhlaskan samamu itu. Kek mana, seriusnya kau putus?"

"Iya loh.. ga percayaan kali." Tegas cesy.

"Kenapa kau putus? Gitu gantengnya dia."

"Malas aku pacaran sama cowok yang macam cewek. Baper kali orangnya gantengpun tapi hati hellokity siapa yang mau. Naik tensiku tiap hari dibuatnya."

Hahahahahhaaa.. tawa tiur pecah saat itu. Hati hellokity? Yang benar saja.

"Gampang kali kau bilang putus.. gak nyesal nanti kau?" Tanya tiur lagi sambil merebahkan tubuhnya di sebelah cesy.

"Nih ya tiur, aku sebenarnya udah gak ada perasaan apa-apa lagi samanya. Lagian kami baru pacaran 13 hari kok."

"Iya, tapikan kau suka samanya dari kelas sepuluh. Masa segampang itu kau bilang putus. Kau tengok lagilah perjuanganmu kak.." celoteh tiur lagi.

"Itulah gak tau aku kenapa bisa kayak gini. Muak kali aku. Sumpah perasaan apapun gak ada lagi. Untuk apa ku pertahankan kalo gak ada lagi rasaku. Lagian mulutnya itu macam mamak-mamak punya anak 5. "

"Ah, gak tau lagi lah aku mau ngomong apa. Gak ngerti aku tentang cinta ini."

Hening sejenak.

"Gak lapar kau? Lapar aku ini. Makan bakso kita yok tiur." Ucap cesy tiba-tiba.

"Bah, perut apanya perutmu itu. Pantasan kau makin lebar. Tadi pas mau pigi, kau bilang mau makan sama bang el. Sekarang kau pulang, makan lagi katamu."

"Ee.. ga jadi aku makan tadi. Kaya mana mau makan kalo diapun terus berpidato." Jelas cesy.

"Ayok lah. Akupun pengen makan bakso ini." Ucap tiur sambil beranjak dari kasur.

****


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never Late Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang