PROLOG

144 22 18
                                    


'kamu lari aja, kalo misal liat ke belakang gak ada aku. Itu artinya kamu bukan apa-apa lagi di hati aku'

🌸


"Fy, lo tau gak sama Kak Arsen?"

"Engga, kenapa? Dia deketin lo?" jawab Ify, ia tidak tertarik dengan perbincangan ini.

"Kayanya sih gitu, lo setuju gak gue sama Kak Arsen?"

"Itu urusan lo, gue gak ngurus dan gak peduli!" Ify berdiri dan meninggalkan Dhifa.

Dhifa tercenung, merasa ada yang salah dengan pertanyaan yang ia lontarkan tadi pada Ify, tapi itu pertanyaan wajar. Ify lagi pms ya?

Ify berjalan sambil menghentak-hentakan kaki nya kesal. Ia sensitif dengan pertanyaan Dhifa tadi. Hati nya merasa-Iri.

Kenapa sih semua orang selalu aja ngomong gini, gue enek! Ify merutuk sendiri.

Saat berjalan ke gerbang sekolah, ia melihat Fikry, dia sedang memainkan handphone nya. Yang terlihat oleh pandangan Ify, dia mengetik pesan. Untuk seseorang.

"Ngapain lo masih disini? Bukanya cepet balik"

Fikry yang sedang fokus pada handphone langsung mengangkat wajahnya, dan ia menemukan Ify disana.

"Eh hai," cengir Fikry, kemudian ia melanjutkan "ini gue lagi nunggu orang," jawab Fikry gugup didepan Ify seperti biasa. Dan Ify benci sikap itu.

Bukan karena Ify benci Fikry, hanya saja ia memiliki perasaan risih setiap kali Fikry gugup dihadapan nya. Ify juga merasa bahwa ia salah telah terlalu bawa perasaan kepada sikap yang Fikry berikan padanya.

Tapi Ify selalu tidak bisa memaksakan hatinya untuk sekadar memiliki perasaan suka kepada Fikry, ia tak bisa.

"Oh, kalo gitu gue duluan ya?" Ify tidak mau kepo pada urusan Fikry, jadi dia memutuskan pergi. Pikirannya perlu diistirahatkan, apalagi hatinya.

Saat Ify akan pergi, ada sebuah cengkraman ditangan nya. Itu tangan Fikry, mencegah Ify pergi.

"Fy lo pulang sama siapa?" tanya Fikry, dengan tatapan teduh nya. Ah, Ify sedang tidak mood memikirkan tatapan itu.

"Gue naik angkutan umum" balas Ify cuek.

"Gue anter lo pulang ya?" pinta Fikry sambil tersenyum penuh arti.

"Gak usah repotin diri lo sendiri dengan nganter gue pulang, gue bisa sendiri Fik. Gue bukan anak kecil yang harus diantar jemput. Lo gak usah berlebihan gitu" ucap Ify yang mampu membuat Fikry bingung harus melakukan apa.

"Tapi gue cuma mau nganter lo doang," Fikry tau tawaran nya akan ditolak oleh Ify "Lo gak pernah repotin gue Fy." walaupun sedikit memaksa, Fikry mencoba mengatakan nya dengan baik, sehingga tidak menyinggung Ify.

"Gue udah bilang enggak, lo gak usah maksa gue," Ify sebenarnya tidak enak tetapi ia tidak ingin melukai Fikry "Kalo gue udah bilang nggak ya nggak, lo tuh bisa denger kan?!" Ify pergi, tanpa pamit.

Hati Ify sedang kacau, ia menjadi sensitif terhadap segala hal. Mata Ify memanas, ia tak tahan, lelah dengan semua ini. Orang-orang yang ia percaya, satu persatu mengkhianati nya.

Fikry tersenyum pasrah, ia tau bahwa Ify sedang tidak ingin diganggu. Dan ia memilih untuk diam--saat ini-- Sambil memandang punggung Ify yang menjauh.

Gue emang gak guna ya, gue tau hati lo lagi gak baik! Tapi gue malah diem gini. Gue emang gak pantes buat lo.

***

a/n
Hallo
Gue sbnrnya ragu mau publish cerita ini karena segala sesuatu, takut ini dan itu. Padahal belum gue coba wkwk.

Yashhh disinilah gue, akhirnya gue publish cerita ini, gatau bakal absurd atau stabil juga wkwk. Makasih banget karena paksaan temen gue yang akhirnya gue coba publish ini cerita. Wkwk.

Gue harap kalian suka sama cerita ini, dan nunggu terus update nya. (ngarep)😂

Jangan lupa voment nyaaa.

Love,
Anish


FALL(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang