3. Berbagi tidak membuat kekurangan

19.1K 2.4K 379
                                    

Terkadang keadaan sering kita jadikan kambing hitam ketika apa yang diinginkan tidak tercapai.

Sedikit gugup, Sofi mencoba untuk fokus melakukan pelayanan semampu yang ia bisa. Mulai dari mencoba ponsel rusak yang sudah diganti baru itu di depan Nevan, sampai-sampai membantu laki-laki itu untuk memindahkan nomor telepon penting ke dalam ponsel barunya itu.

"Sudah semua ya Mas."

"Oke. Udah nggak rusak lagi kan," senyumnya lebar ketika menerima ponsel barunya dari Sofi. "Besok saya ke sini lagi membawa dus lamanya," sambung Nevan menjelaskan.

Sofi di sampingnya mengangguk. Melirik Nevan dari sudut matanya. Laki-laki itu nampak puas atas pelayanan yang diberikan oleh Sofi beserta teman-teman. Karena terkadang pembeli bukan hanya mempermasalahkan tentang harga, namun juga kualitas pelayanan.

Percuma bila suatu toko menjanjikan harga murah, namun pelayanannya nol. Lebih baik harga tinggi. Tetapi kualitas pelayanan terjamin.

"Terima kasih, Mbak."

"Panggil Sofi aja, Mas." senyum Sofi.

"Iya, Mbak Sofi. Terima kasih," ucap Nevan sekali lagi.

"Nggak diminum dulu Mas," tegur Sofi ketika ia melihat gelagat Nevan sudah akan bergerak untuk pergi.

"Ah, sudah. Kembung saya banyak minum," jawabnya sambil menepuk-nepuk bagian perutnya.

Sofi mendadak diam, dia melihat Nevan membuka dompet hitamnya yang laki-laki itu keluarkan dari celana pendek yang kebetulan ia pakai.

"Buat Mbak Sofi sama teman-temannya," ucap Nevan sambil menyelipkan beberapa lembar uang seratus ribuan ketika ia menyalami Sofi.

"Ah, nggak usah Mas. Jangan begitu. Pelayanan kami bukan untuk uang. Kami tidak dipekerjakan seperti itu," tolak Sofi.

"Nggak papa, hanya sedikit. Untuk makan sama-sama," ucap Nevan dengan tatapan memberikan kode kepada Rama dan Lina yang berdiri di balik meja kasir.

Sebelum Sofi menolak uang itu, Nevan sudah lebih dulu pergi. Melambai sejenak kepada Rama dan Lina sebelum tubuhnya berjalan pergi keluar dari outlet mereka.

"Uwwwoo.. Rezeki di hari senin. Udah sepi, terus disuruh lembur. Kan lumayan dapat rezeki dari Tuhan," cengir Rama.

Laki-laki itu langsung mengambil alih uang tersebut. Menghitung jumlahnya yang ternyata berjumlah 300ribu. "Mau pesan makan apa, Neng?" goda Rama pada Lina.

"Apa aja, Bang. Yang penting makan,"

"Kalau Neng yang ini mau makan apa?" tanya Rama pada Sofi yang sudah turut merasakan kebahagiaan anak buahnya.

Mungkin bagi orang kaya, uang sejumlah 300 ribu tidak ada artinya. Tetapi bagi Sofi dan kawan-kawan, di tanggal tua seperti ini, uang dengan jumlah nominal tersebut bisa menyambung hidup mereka. Setidaknya pada tanggal-tanggal rawan akan gizi buruk bisa teratasi.

"Apa aja. Tapi jangan dihabiskan. Sisakan Ferdy juga besok. Itu kan customer dia kemarin. Setidaknya dia pun juga punya andil di sini," nasihat Sofi yang diterima begitu baik oleh Rama dan Lina.

Kedua anak buahnya itu tidak ada yang menolak usul baik tersebut. Karena bagi mereka rezeki datangnya tidak bisa diduga. Tinggal bagaimana mereka mensyukuri semuanya.

***

Tepat jam 10 malam, Sofi baru sampai  rumah. Ditangannya ada setengah lusin donat kesukaan kedua orang tuanya serta adiknya. Walau rezeki yang dia dapatkan hari ini tidak seberapa, namun dia tidak pernah lupa akan keluarganya di rumah.

CUMI REBUS #WATTYS2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang