Part 1

21 4 3
                                    


Marah, kecewa, khawatir, takut dan benci itulah yang dirasakan Reynes saat ini.
Bagaimana tidak? calon suami atau pengantin pria belum kunjung datang setelah enam jam menunggu di dalam gereja saat pemberkatan.

Gadis yang akrab disapa Re itu tertunduk lemas begitu melihat kedua temanya Frans dan Kenz kembali tanpa Kenan calon suaminya.

Frans mengelengkan kepalanya  putus asa pada Re mengisyaratkan kalau mereka tak menemukan keberadaan Kenan yang tiba-tiba menghilang dari dunia saat hari bahagia mereka.

Jantung gadis itu berdentak kencang seperti minta dipecahkan. Rasa sesak membuatnya sesekali memukul dadanya mencoba meminta ketenangan.

Lagu yang disenandungkan Nia tak lagi dapat menahan para tamu untuk berdiam di tempat seperti beberapa jam lalu. Mereka pergi meninggalkan gedung  satu persatu dengan tanda tanya.

Kenapa sang pangeran tak kunjung datang?

Waktu berjalan begitu mulus tanpa ada hambatan. Hari yang harusnya menjadi momen bahagia baginya berubah menjadi hari suram dan akan menjadi sebuah catatan sejarah seumur hidupnya. Sebuah tepukan menyadarkan gadis itu dari diamnya. Ia mengangkat kepala yang sedari tadi merapat pada dadanya.
"Kita pulang yo." Kenz menepuk bahu Re untuk kedua kalinya.

Gadis yang duduk di bangku baris pertama menoleh kebelakang dan melihat tempat yang tadi begitu ramai itu menjadi hening. Hanya ada dia, Penita Ibunya, Fatra dengan Istrinya, Kenz, Frans dan Nia.Serta beberapa kerabat dekat.

Re mendapati Penita yang sama kecewanya denganya. Dengan sigap gadis itu memeluk erat tubuh perempuan paruh baya  itu sambil menangis. Gadis itu tak menyangka kebahagian yang sudah di depan mata berakhir dengan cara seperti ini.

Pria yang sudah memikat hatinya selama lima tahun  menghilang tanpa jejak.

"Maaf Ma... ." hanya itu yang bisa diucapkan Re dengan sesungukan. Riasan yang melukis wajah cantiknya memudar karena air mata yang tak henti-henti mengalir dari kedua mata gadis itu. Penita  memeluk hangat putrinya itu mencoba memberi ketenangan meskipun dia juga sangat terluka.

"Tak apa-apa,Tuhan menunjukkan kalau dia bukan jodohmu."ucap Penita sambil mengelus punggung putrinya itu. "ayo kita pulang!" sambung perempuan paruh baya itu lagi-lagi berusaha setenang mungkin.

"Mama duluan aja aku akan menyusul nanti."

"Re, ki-"

"Mama, hanya sebentar kok."Re memotong ucapan Penita yang berniat mengajaknya pulang.

"Baiklah, Kenz kamu tinggal ya." jawab  Penita melirik Kenz yang berdiri tepat di belakang Re.
Kenz menganggukkan kepalanya memberi jawaban pada Penita ibu dari temanya itu.

"Jangan terlalu lama, kau harus istirahat."ucapnya sebelum meninggalkan tempat itu bersama keluarga yang lain.

"Aku jadi ragu kalau dia benar-benar ada Kenz."kata Re setelah membisu sekian menit dan hanya memandang ke satu objek yaitu patung Yesus yang tersalib.

"Siapa?"

"Dia yang tergantung di sana."

"Bukankah Dia orang baik? Dia rela tergantung demi dosa kita, itu luar biasa loh."

"Jangan memujinya, hari ini aku sudah membuka mataku kalau Dia tak sebaik yang kukira."

"Tunggu! Kau marah pada-Nya?"Kenz tertawa melihat Re menyalahkan Tuhan karena masalah yang menimpanya saat ini. "jangan murtak hanya karena masalah ini."lanjutnya lagi sambil terkekeh. "aku nggak percaya seorang Re yang setia berdoa membaca kitab suci dan bahkan menghabiskan malam minggunya di tempat ini menyalahkan Tuhan-Nya."

Re terdiam. Namun, air mata gadis itu masih saja meleleh membanjiri wajah tirusnya.

"Seharusnya kau meminta bantuanya."

"Aku sudah memohon supaya Dia membantukku menemukan Kenan."

"Aku nyakin kau pernah mendengar ketiga kata ini : Ya, Tunggu dan Tidak."

"Maksudmu Dia menolak permintaanku?"

"Masih ada kata 'Tunggu' kan?"

"Aku rasa Dia menolaknya."

"Artinya Dia ada kejutan yang lain untukmu."

"Lupakan! Aku tidak tertarik dengan kejutan itu. Ayo kita pulang."

"Re, aku berharap kau jangan meninggalkan-Nya hanya karena masalah ini."ucap Kenz menghentikan langkah kaki gadis itu.

"Dia yang meninggalkanku bukan aku.Ayo!"

Sebelum Kenz beranjak dari duduknya dia kembali menatap patung Yesus yang tersalib itu. "Maafkan dia, temanku itu hanya marah." katanya lalu pergi menyusul Re.

TBC

♥️♥️♥️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Riz &  ReTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang