Disclaimer:
Semua karakter dalam cerita ini milik Masashi Kishimoto.Enjoy it😊
***
Gaun, perhiasan, dan bunga.
Hinata menatap ketiganya dengan setengah hati. Gaun berwarna putih gading itu dihiasi dengan ornamen kristal dan mutiara, cukup anggun dan mewah. Ia mendesah pelan, melepaskan karbondioksida ke udara. Ia menggigit bibirnya pelan, inikah alasan ayahnya bersikap keras dan protektif padanya selama ini?Matanya kembali berkabut, gigitan di bibirnya tak berkurang, ia menahan sekuat tenaga agar liquid bening itu tidak meluncur melewati pipinya. Ia menengadah, menatap lampu kristal yang tergantung di langit-langit ruangan itu. Apakah hidupnya akan seperti lampu itu? Terpajang indah, berkilauan, tapi tak mampu mengontrol cahayanya sendiri. Ia akan bercahaya jika sang pemilik menekan tombol seklar on yang menghantarkan listrik untuk menghidupkan cahayanya, lalu padam begitu saja ketika kontrol off ditekan.
Sebentar lagi ia akan menikah, menikah dengan seseorang yang tak pernah dikenalnya sebelumnya.
Seseorang yang telah dipilih oleh ayahnya untuk menjadi suaminya. Ia hanya punya dua pilihan ketika berhadapan dengan ayahnya yang keras dan tegas, pilihan pertama yaitu menuruti setiap keputusan ayahnya, dan pilihan kedua adalah memilih pilihan pertama. Seperti saat ini, ia berdiri disini karena ia telah memilih pilihan pertama-yang selalu menjadi pilihan terbaiknya-dimana ayahnya berkata bahwa ia akan menikah dengan salah satu relasi bisnis Hyuga Corp.
Dimata ayahnya, Hinata hanyalah seorang anak yang dijadikan umpan ketika tidak ada cara lain untuk melunasi hutang perusahaannya yang semakin hari semakin membengkak. Pernikahan hinata dengan pengusaha kaya itu akan memberikan keuntungan finansial untuk perusahaan yang telah susah payah dibangunnya sejak remaja.
Matanya masih panas, ia kembali memikirkan cara untuk kabur dari sini, dengan melompati jendela misalnya. Ah tidak, konyol sekali melompati jendela ketika dia bisa berjalan keluar melalui pintu tanpa penghalang apapun. Hanya batinnya bergejolak kuat, bahwa ia akan tetap berada disini, dihari dimana sebuah pernikahan akan dimulai. Melihat wajah kecewa ayahnya adalah hal yang paling tidak diinginkannya. Ia menyayangi ayahnya, meskipun terkadang ia merasa bahwa ayahnya tidak menyayanginya.
"Astaga Hinata-chan.. Apa yang sedang kau lakukan?" Seseorang masuk dan menatapnya dengan pandangan menusuk. Hinata gelagapan, menggigit bibirnya dengan gugup.
"Ck, kufikir kau sudah siap dengan gaun itu, tapi lihat... kau bahkan belum menyentuhnya." Wanita itu mengomel kesal.
"Apa kau menungguku untuk memakaikannya di tubuhmu, hm?" Matanya sedikit memicing menatap hinata yang masih menunduk gelisah.
"A-aku akan memakainya sendiri, Ino-nee," jawab hinata pelan. Ino menggeleng.
"Dan kau akan selesai melakukannya ketika matahari berada di ufuk barat," jawab Ino masih dengan nada kesal.
"Ayo, aku akan membantumu...."
"Aku bukan anak kecil, Ino-nee," jawab hinata.
"Ah, ya tentu saja. Dan pernikahanmu akan dilaksanakan dua jam lagi, tidak ada waktu untuk menunggu kau selesai melamun," ketus Ino pada Hinata.
"Um... okay" Hinata mengangguk pelan.
❤❤❤
Sapuan terakhir dari kuas yang dipegang Ino Yamanaka menjadi penyempurna riasan make up di wajah ayu seorang Hyuuga Hinata, ah bukan, sebentar lagi akan berganti menjadi Uzumaki Hinata.

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE (The Best Feeling Ever)
FanfictionHinata terpaksa menikah dengan Uzumaki Naruto atas permintaan ayahnya. Ia meragu untuk bisa bahagia dengan seseorang yang tak dikenalnya. Seringkali ia mempertanyakan tentang kehadiran cinta yang sesungguhnya. Hingga di penghujung lelahnya, Hinata...