~Author POV“Apa Dok, cuma tiga bulan lagi?” Ujar seorang wanita tua resah, matanya tampak sangat lelah dan sedih. Dia menatap pria dengan jas putih didepannya tidak percaya. Air matanya tampak sudah menggenang di pelupuk matanya.
“Benar, maafkan kami Nyonya Rose, penyakit yang diderita Elizabeth sudah tidak mungkin diobati. Selama ini kami telah melakukan yang terbaik untuknya, tapi hal terbaik yang bisa kami lakukan hanyalah membantu memanjangkan usianya dan hari-hari itu akan segera berakhir dalam tiga bulan kedepan.” Ujar pria berjas putih itu nanar. Meskipun dia adalah seorang dokter yang harus profesional dalam pekerjaannya, tapi tidak dapat dipungkuri dia juga sangat sedih dengan hal ini.
Wanita tua itupun tidak sanggup menahan air matanya lagi, dia menangis di dalam ruang putih itu. Hatinya begitu hancur mengetahui putri tersayangnya hanya bisa bersamanya selama tiga bulan lagi.
Namun, jauh diluar semua itu seorang gadis muda yang cantik mendengarkan obrolan kedua orang di dalam melalui celah pintu yang sedikit terbuka. Dia hanya menunduk mendengarkan dan ketika dirasanya tidak ada lagi yang perlu didengar dia pergi meninggalkan tempat itu.
Benar, gadis cantik yang mengenakan baju pasien itu adalah pemeran utama cerita ini, Elizabeth Rose. Dia baru saja mendengar masa depannya, kematian.
Elizabeth terus berjalan menunduk, tidak peduli saat menabrak seseorang atau mendengar saat beberapa suster memanggilnya. Dia bahkan tidak tau akan kemana, tetapi kakinya membawa dirinya ke taman belakang rumah sakit yang sepi.
Dia duduk disana sendirian, termenung dengan pandangan yang kosong. Kemudian dia mendongak menatap langit, menatap langit biru yang begitu indah. Dia pun menutup matanya, merasakan hembusan angin yang membelainya lembut.
Dan ketika dia membuka matanya kembali, sesuatu dengan cepat jatuh dari langit. Dia sempat terkejut, buru-buru dia menurunkan pandangannya dan mencari apa yang jatuh itu.
Saat itu pula dia melihat bukan sesuatu, tapi seseorang.
Seseorang baru saja jatuh dari langit? Pikirnya heran.
Dia pun berdiri dari bangku taman yang dia duduki dan berjalan mendekati seseorang atau lebih tepat bocah laki-laki yang sedang mengaduh kesakitan di tanah. Dari baju bebas yang dikenakannya sudah jelas dia bukan salah satu pasien disini seperti dirinya.
“Kau tak apa?” Tanya Elizabeth ketika dia berada satu meter dari laki-laki itu.
Laki-laki itu berbalik menatapnya, dia sangat tampan dengan mata birunya yang indah. Mereka tampak seumuran, tapi apa yang terjadi?
"Aku baik-baik saja hehe." Jawab laki-laki berumur lima belas tahun itu diiringi tawa bodoh nya. Laki-laki itu tampak canggung dan malu, dia menggaruk tengkuk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Oh kalau gitu yasudah." Ujar Elizabeth tidak peduli karena yakin laki-laki itu baik-baik saja dan berbalik meninggalkan nya.
"Eh! Tunggu!" Panggil laki-laki itu cepat, dia heran kenapa gadis ini bisa begitu cepat berubah dingin.
Elizabeth yang mendengarnya langsung berhenti melangkah dan berbalik menatapnya.
"Ada apa? Katanya baik baik saja?" Tanya Elizabeth lagi dengan wajah datarnya.
"Setidaknya bantu aku berdiri, badan ku sakit sekali karena jatuh dari pohon." Jawab laki-laki itu kembali diakhiri dengan senyum bodohnya.
Pohon?
Elizabeth mendongakkan kepalanya dan menatap pohon ceri diatasnya.
Ternyata laki-laki ini jatuh dari pohon rupanya, kukira dia jatuh dari langit. Pikir Elizabeth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triwulan
Teen FictionTak perlu memberiku hadiah. Karna kau adalah hadiah itu sendiri