Believe in Galaxy (EXO Fanfiction)

665 27 6
                                    

Seorang gadis terisak diatas tempat tidurnya. Ia menatap layar laptopnya dengan mata berair dan pipinya penuh dengan jejak-jejak air mata. Air yang terasa semakin lama semakin menghalau penglihatannya sampai akhirnya jatuh mengaliri pipinya bukan menjadi penghalang gadis itu untuk tetap melanjutkan apa yang sedang dibacanya walaupun itulah yang membuat gadis tersebut menumpahkan semua air matanya.

Sesekali ia berhenti membaca. Memukul dadanya yang semakin terasa sesak dan beberapa kali menyebutkan sebuah nama dari bibir mungilnya. Ia mencoba menghapus air matanya walaupun tidak benar-benar terhapus karena secepat apapun ia menghapus maka secepat itulah air mata mengalir lagi dari pelupuk matanya.

Kali ini ia melemparkan pandangannya pada sebuah foto. Dua belas pria tampan duduk sangat akrab sambil saling menggandeng satu sama lain dan tersenyum sangat bahagia. Namun senyuman bahagia yang terpancar dari keduabelas pria tersebut bukanlah sesuatu yang dapat menghentikan tangis gadis itu melainkan membuat ia semakin merasa sesak didadanya.

Ia meraih foto tersebut. Mengfokuskan matanya pada seorang pria yang tersenyum sama bahagianya dengan sebelas pria yang lain. Sangat tampan. Aura pria tersebut tidak tertutup oleh ketampanan kesebelas pria lainnya malah terpancar lebih jelas lagi saat gadis terasebut memilih untuk mengfokuskan matanya pada pria itu.

"Kenapa harus secepat ini?" bisik gadis itu dengan suara yang bergetar. Ia memandang keduabelas pria tersebut satu persatu sampai akhirnya ia kembali mengfokuskan matanya pada pria yang sedari tadi ditatapnya.

"Kalian bahkan baru saja genap dua tahun" lanjut gadis itu. Tak ada lawan bicaranya disana karena memang ia menujukan perkataannya pada keduabelas pria di foto itu, terlebih pada pria dengan warna rambut pirang yang sedari tadi ditatapnya tersebut.

"aku tidak bisa membayangkan mereka tanpamu" gadis itu menghela nafasnya panjang dan sangat berat.

Ia memutuskan untuk kembali melihat layar laptopnya. Kembali membaca sebuah tulisan yang panjang dan mungkin dapat membuat air matanya jatuh lebih banyak.

Ia membaca kata demi kata. Kalimat demi kalimat sampai akhirnya kembali air matanya mengumpul dipelupuk matanya. Ia tahu ia tak akan sanggup membaca tulisan ini tapi ia tak ingin berhenti. Sampai akhirnya ia berhasil membaca hingga akhir dan kembali ia menghela nafasnya. Panjang dan sangat berat.

Ia kembali merasakan sesak didadanya sampai akhirnya ia harus kembali memukul dadanya. Air mata yang jatuh semakin banyak ketika ia menghabiskan seluruh isi tulisan yang dibacanya.

Kembali ia menatap keduabelas pria tampan tadi. Dan kemudian ia kembali mengfokuskan tatapannya pada pria berambut pirang tadi, hanya saja kali ini ia sesekali melihat pada pria lain berambut coklat yang sedang duduk dibawah pria pirang tadi.

Tiba-tiba tangannya bergerak. Ibu jarinya didekatkan dengan pria berambut pirang itu sehingga kini ibu jarinya menyembunyikan keberadaan pria pirang didalam foto itu. Ia memandang foto itu dari jauh dengan ibu jarinya masih ditempat yang sama. Lama ia mengamatinya sampai akhirnya tangannya jatuh lemas sampai membuat ia melepaskan foto tersebut.

Gadis itu menggeleng kepalanya kuat. Isak tangisnya semakin keras. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Semua yang ia rasakan benar-benar menyesakkan dadanya, hatinya, dan perasaan terdalamnya.

"Hey, are you okay?" seorang pria kini sudah duduk disampingnya. Merangkul pundaknya dan menatapnya khawatir.

Gadis itu menggeleng kepalanya kuat. Entah untuk menjawab pertanyaan pria itu atau untuk semua yang dirasakannya. Hanya yang pasti ia saat ini tidak mungkin baik-baik saja.

Pria itu semakin mempererat rangkulannya yang bahkan sekarang terlihat seperti memeluk gadis itu. Mengelus lembut rambutnya dan mencium puncak kepalanya. Ia berusaha menurunkan kedua tangan gadis itu yang menutup wajahnya. Menghapus air mata gadis itu dan berusaha tersenyum didepannya.

"sssttt, it's okay. Everything is gonna be okay" kata pria itu dengan sangat lembut.

Gadis itu menepis tangan pria dihadapannya dan menatapnya tajam.

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu dan tersenyum sekuat ini? Dia keluargamu, ge. Dia sahabatmu" kata gadis itu tajam setajam tatapannya. Dan pria tersebut masih mempertahankan senyumnya. Digenggamnya tangan gadis itu dan mengelusnya lembut.

"aku tahu kau sedih, kau kecewa, kau marah dan kau bingung harus bagaimana lagi menanggapi semua ini" kata pria itu yang kini sebelah tangannya bergerak mengelus pipi gadis itu lembut.

"tapi kau harus percaya padanya. Dia yang tahu mana yang terbaik untuknya"

Gadis itu kini memeluknya dan menumpahkan semua tangisannya dalam pelukan pria tersebut.

"Ini terlalu cepat, ge. Aku tidak bisa tidak kecewa. Aku hanya ingin tidak ada yang hilang dari kalian karena itu akan terasa berbeda. Sangat berbeda. Karena kalian adalah satu"

"Kami memang satu. Tapi satu bukan berarti kami harus selalu bersama, love. Dia memilih ini karena dia benar-benar sudah yakin dengan apa yang dilakukannya. Walaupu terlihat sedikit egois tapi memang dia harus melakukan ini."

"Terlalu banyak kesakitan yang dia rasakan. Dan dia terlalu lama menahannya. Jika diteruskan malah akan lebih menghancurkannya secara perlahan."

"tapi, ge. Ini semua terlalu......."

"cepat?" potong pria itu. "cepat atau lambat pasti semuanya juga akan terjadi, love"

"apa kau lebih memilih melihat dia terluka dan hancur perlahan dengan tetap menahannya berada disini?"

Gadis itu menatap pria itu dalam sebelum akhirnya ia kembali memeluk pria itu erat.

"apa kau akan seperti dia juga jika suatu hari kau sakit seperti yang dialaminya?" tanya gadis itu dalam pelukannya.

"mungkin"

"oh! jika itu terjadi, i'm done all of you, xiao lu. And maybe with them too" kata gadis itu sambil melirik foto dua belas pria tampan itu.

"it's up to you, love. Apapun keputusanmu jika itu terjadi takkan membuatku berhenti mencintaimu" kata pria itu lembut lalu mengecup puncak kepala gadisnya.

~kkeut

What is this?!! Hanya perasaan galau yang aku tumpahkan semua disini. Pendek ya. Gak tau ini drabble atau gk karna nulisnya lewat hape. Jadi kalo nemu typos atau apapun harap dimaklumi aku gk baca ulang lagi dari awal sebelum di post hihi. Nanti kalo udah on di PC baru di perbaiki.

Soal Kris. Aku tidak tau mau ngomong apalagi. Hanya saja aku percaya padanya. Apapun keputusannya itulah yang terbaik untuknya. Dan dia yakin itulah yang akan membuatnya bahagia.

#WeBelieveInYouKris

Thanks udah mau baca. Bisa ninggalin vote dan komentarnya kan? siapa tahu kita bisa berbagi apa yg kita rasakan dengan kasus kris ini. Yang kuat yaps EXO Stan :)

Galaxy (EXO Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang