Di sebuah rumah yang terlihat asri, terlihat seorang gadis tengah mengucek matanya. Ia berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang menerobos masuk lewat tirai jendela kamarnya yang berwarna putih.
"Hoouuamm"Ia menguap beberapa kali, kemudian barulah ia beranjak dari ranjang empuknya yang begitu nyaman itu. Langkahnya menuju ke kamar mandi untuk melakukan ritual setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.
Sepuluh menit berlalu, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Ia memakai seragam nya dengan cepat, kemudian menukar buku-buku yang ada di tasnya.
"Arrghh!! Kenapa harus ada jam pelajaran itu hari ini!" ucapnya sambil menepuk-nepuk buku itu dengan sedikit kesal.Sambil menggerutu, ia melanjutkan memasang sepatunya. Kemudian barulah ia keluar dari kamarnya, menuju ruang makan. Ia pastinya sudah di tunggu sedari tadi.
"Pagi mom. Pagi dad. Pagi adikku" ucapnya dengan suara manja seperti biasa."Pagi sayang"
"Pagi kak"
Ia duduk di kursi sebelah ibunya. Dan mulai mengolesi roti tawar kesukaannya, ia memakan roti itu dengan di temani secangkir susu coklat.
"Bagai mana sekolahmu sayang?" tanya sang ibu"Mom, kau selalu saja menanyakan hal itu setiap pagi. Apa kau tidak bosan?" tanyanya sambil memutar mata malas.
"Vanara! Jangan menjawab seperti itu" tegur sang ayah. Gadis yang du panggil dengan sebutan Vanara itu hanya mengerecutkan bibirnya kesal.
"Haha.. Sudah, jangan merengut seperti itu. Momy minta maaf sayang" sang ibu menengahi"Vana juga minta maaf mom. Vana tidak bermaksud seperti itu tadi"
Vanara memeluk ibunya dengan manja. Sang ibu tersenyum menyambut pelukan sang putri. Sementara sang ayah dan adiknya menatap jengah.Sarapan di lanjutkan kembali, sang ayah dan kedua adiknya makan dengan tenang, tidak seperti Vanara dan sang ibu yang terus bercengkrama.
"Dad.. Tolong izinkan Vana pakai mobil sendiri ya" ucap Vanara dengan wajah memelas pada sang ayah"Tidak. Adikmu masih SMP, belum bisa punya sim"
"Tapi dad.. Mereka kan bisa di antar pak Darwin" Vanara tetap membujuk sang ayah
"Vana.. Kita sudah membahas hal ini dari seminggu yang lalu. Dan jawabannya tetap sama, tidak." ucap sang Ayah dengan tegas. Vanara hanya bisa menggerutu dalam hati.
Ia beranjak dari duduknya kemudian menyalami kedua orangtuanya untuk berpamitan sebelum pergi ke sekolah. Kedua adiknya juga melakukan hal yang sama, kemudian mengekor di belakang Vanara yang masih menggerutu kesal.
"Hati-hati di jalan sayang" teriak Sang Ibu sambil melambaikan tangan. Vanara melajukan mobilnya setelah memberikan senyum terpaksa pada sang ibu.
"Sudahlah kak. Kau sangat jelek saat merengut seperti itu" ucap salah satu adik Vanara"Kau tidak tau betapa malunya aku. Selalu setiap hari mengantar kalian. Memangnya aku ini sopir? Sungguh ini tidak adil sama sekali" ucap Vanara dalam hati sambil menatap kedua adiknya dari kaca yang ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolor Dewa Neptunus
Short Storykisah seorang gadis yang berharap bisa memiliki seorang kekasih bak pangeran dari negeri dongeng. ia memiliki seorang sahabat yang sering bicara lata. akankah ia menemukan sang pangeran?