Sedari Awal

3 0 0
                                    

"Kau masuklah sudah hampir malam". Senyum itu lagi. Entah mengapa berkali kali kau tersenyum padaku rasanya menyakitkan. Aku hanya bisa membalas dengan anggukan. genggaman ini begitu dingin hari ini, bukan... tapi sejak kita bersama.

"Tidak mampir dulu" Tanyaku menahanmu lebih lama.

"Tidak"

Sudah ku duga. Tersenyum pahit ku mencoba untuk tegar.

"Yasudah sampai jumpa.Selamat malam"

"Ya Selamat malam" kau berjalan pergi meninggalkan ku tanpa menungguku masuk, selalu aku yang menatap punggung lebar mu yang perlahan mengecil dan menghilang.

Membuka pagar. aku berjalan memasuki rumah. melewati taman yang seolah mengejekku dengan keindahannya.

Membuka pintu rumah yang tampak sepi. Hari ini tidak ada orang dirumah. menambah kesedihan dan kesepiannya diriku.

Ku senderkan punggungku pada pintu yang tertutup. Kupejamkan mata. Helaan napas seakan menjadi pengiring.

Kenapa bisa seperti ini. Aku tidak sanggup lagi. ini semakin dalam dan menyesakkan.

Tak terasa butiran air muncul dari pelupuk mata. Ini semakin berat. Kepalsuan ini semakin Menyesakkan. Tapi aku tak sanggup mengakhirinya.

Mungkin ini salah ku.

-flashback-

"Kak, Aku menyukaimu" Kata ku sambil menunduk malu. ku beranikan diriku untuk menyatakannya padamu.

"Maukah kakak menjadi kekasihku?" Tanyaku menahan malu meminta dirimu menjadi kekasihku. Padahal aku tau belum lama hatimu terluka oleh mantan gadismu.

Kau menjawab dengan satu kata yang tidak terduga. Padahal aku sudah menyiapkan hati untuk hal yang menyakitkan.

-flasback off-

Kenapa kau tidak mengatakan tidak saat itu. Setidaknya tidak akan sedalam ini. Setidaknya aku bisa menanganinya.

Namun kata 'ya' yang kau keluarkan , membuat aku bahagia saat itu walau ku tau aku hanya pelarian. aku tau, mana mungkin aku tidak menyadarinya. Tapi aku berharap kau bisa melihatku, bisa merasakan kehadiran ku, dan bisa menyayangi ku.

Tapi harapan tinggal harapan.

Ya kau baik, kau memperlakukanku dengan baik. Hanya saja sikap mu menyakitiku. Tidak setitik pun tatapan itu meyiratkan kasih sayang. Tidak setitik pun perhatianmu atas dasar kepedulian hanya kewajiban semata.

---

"Sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini. Aku tau kau pasti merasakannya. Hubungan ini tidak akan berhasil."

Dan akhirnya kau pun mengatakan tidak.

Bukan kah ini sangat terlambat. disaat luka yang kau tanam sudah sangat dalam dan aku tidak bisa menanganinya lagi. Aku tak tau cara mengobatinya kau tau.

Terimakasih atas satu tahun yang engkau berikan terima kasih atas perhatian yang kau tunjukan walau ku tahu itu hanya kewajiban dan aku hargai itu dan terimakasih atas luka yang kau tinggalkan. Aku harap kau bahagia.

End

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sedari AwalWhere stories live. Discover now