Sudah enam bulan Daniel tak mendengar kabar dari istrinya semenjak ibunya bilang kalau Soo Young pergi meninggalkan dirinya juga putrinya tanpa alasan bahkan dia membawa semua barang miliknya tak tersisa satu pun. Daniel tak percaya dengan apa yang ibunya katakan karena dia tahu persis siapa istrinya. dia tak mungkin meninggalkan dirinya dan juga putri yang sangat disayanginya.
Daniel percaya kalau istrinya akan kembali kedalam pelukannya menemuinya dan menjalani kehidupan seperti biasanya yang penuh kebahagiaan dengan keluarga kecilnya tetapi rasanya sangat sulit walau hanya tersenyum untuk sekarang. Daniel bahkan tak tahu apa istrinya menjalani kehidupannya dengan baik atau bahkan sebaliknya rasa takut khawatir Daniel rasakan setiap harinya dirinya tak bisa terus menerus menjalani hidup tanpa sosok seorang istri yang sangat ia sayangi hanya Soo Young lah wanita yang bisa membuat hatinya bergetar membuat dirinya selalu tersenyum setiap kali wanita itu melakukan pekerjaan kecil atau hal lainnya. Tapi kini semuanya hilang begitu saja bak ditelan bumi semua tak ada lagi kebahagian dalam hidupnya. Tak hanya Daniel putrinya juga merasakan hal yang sama. diumurnya yang sekarang menginjak enam tahun gadis kecil itu begitu merindukan sosok ibu yang selalu berada disampingnya bahkan gadis itu tak pernah absen menanyakan dimana ibunya pada Ayah dan Neneknya.
"Nek kapan bunda pulang .? Aerin kangen bunda Aerin pengen ketemu bunda hiks.."
Daniel sudah terbiasa melihat putrinya menangis menanyakan dimana bundanya setiap pagi saat gadis itu bangun tidur, karena biasanya bundanya lah yang membangunkan gadis kecil itu untuk memintanya segera mandi tapi sekarang hanya ada suara Neneknya yang membangunkan tidurnya setiap pagi.
Ny.Kang tak bisa menahan tangisnya setiap kali melihat cucunya menangis menanyakan dimana ibunya.
"Aerin sayang... Ayah janji akan bawa pulang bunda kerumah ini tapi Aerin juga harus janji tak lagi menanyakan dimana bunda setiap pagi dengan menangis seperti ini. Mengerikan apa yang Ayah katakan. hmm.?"
Gadis kecil itu mengangguk menatap mata Ayahnya seakan dirinya berjanji tak akan menangis lagi seperti ini setiap hari. Ny.Kang tak bisa terus-terusan melihat cucunya dalam keadaan seperti ini terus menerus gadis itu masih sangat butuh sosok ibu disampingnya gadis itu masih terlalu kecil.
Ny.Kang pergi meninggalkan kamar cucunya karena tak kuat menahan tangisnya."Maafin Mama Niel Mama gak bermaksud membohongi mu seperti ini tapi Mam tak bisa melihatmu jauh hancur dari ini"
second chance...
Ny.Kang dalam perjalanan menuju butik untuk sekedar mengecek beberapa pekerjaan yang harus segera selesaikan. mobil yang dikendarainya melaju dengan kecepatan sedang membelah teriknya matahari disiang hari.
"Nyonya sepertinya ada kecelakaan mungkin kita akan sedikit terlambat untuk sampai di butik"
"Apa gak ada jalan pintas.? Saya harus sampai di butik setengah jam lagi"
"Tidak ada Nyonya"
"Ya udah saya turun disini saja lagian jarak butik dari sini gak terlalu jauh"
"Tapi Nyonya--"
"Udah mendingan kamu jemput Aerin disekolah karena saya gak mau Aerin menunggu disekolah terlalu lama"
"Baik Nyonya"
Ny.Kang pun keluar dari mobilnya dengan sedikit berlari agar dirinya tak sampai telat. namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat satu korban yang dibawa masuk kedalam mobil ambulance. Ny.Kang tak yakin dengan apa yang dilihatnya tetapi matanya tak mungkin salah melihat.
"So-soo Hyun apa benar tadi Soo Hyun.? Tidak mungkin dia itu Soo Hyun tapi gadis tadi siapa.? kenapa wajahnya begitu mirip dengannya"
"Pak dirumah sakit mana korban akan dibawa.?" Ny.Kang memutuskan untuk menanyakan pada salah satu polisi yang bertugas mengatur arus lalu lintas yang membuat kemacetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
second chance
Fanfiction"aku tidak pernah sedikitpun menginginkan harta keluargamu sekalipun Kang Daniel.! Aku tulus menyayangi putrimu saat pertama kali aku bertemu dengannya" "Pergi dan jangan pernah lagi temui Aerin dan keluargaku.!"